Jumat, 10 September 2021

IMAM SUYUTHI DAN KLAIM IJTIHAD


 Oleh: Imam Abdullah El-Rashied

Staf Pengajar di Universitas Imam Syafi’i, Mukalla, Hadhramaut, Yaman.

IG • FB • TG • WP • YT : @elrashied_imam

elrashied.wordpress.com



Nafashadhramaut.id | Kitab setebal 550 halaman yang ditulis oleh Dr. Badi' As-Sayyid Al-Lahham ini memuat biografi Imam Jalaluddin Abdurrahman As-Suyuthi dan jasa-jasa beliau dalam berkhidmah kepada Ilmu Hadits.

.

Aku mulai tertarik membaca kitab ini karena beberapa waktu lalu Dr. Hasan Al-Kaff selaku dosen Ushul Fiqih di Program Pasca Sarjana, Hadhramaut University bercerita tentang Imam Suyuthi yang sempat mengklaim dirinya sebagai Mujtahid Mutlak lantas didemo oleh sebagian Ulama Mesir di masanya, khususnya Imam Sakhowi yang memang banyak silang pendapat dengan beliau.

.

Dalam Mazhab Syafi'i, secara memang Ijtihad Mutlak pintunya sudah tertutup, sedangkan Ijtihad yang bentuknya Juz'i, tidak di semua bab-bab Fiqih sebagaimana yang dilakukan oleh 4 Imam Mazhab, maka itu sah-sah saja, terlebih dalam permasalahan kontemporer yang belum ada nash dari Fuqaha' sebelumnya.

.

Imam Suyuthi sendiri ketika mengaku sebagai Mujtahid Mutlak sekaligus sebagai Mujaddid pada masanya, bukanlah tanpa alasan. Akan tetapi memang secara keilmuan, hampir di semua bidang ilmu syariat dan ilmu alat beliau bukan sekadar menguasai, bahkan beliau menulis kitab setidaknya lebih dari 1 untuk 1 cabang ilmu. Total kitab beliau 725 karangan sebagaimana sensus yang dilakukan oleh Ust. Ahmad Asy-Syarqowi dalam kitabnya "Maktabah Al-Jalal As-Suyuthi".

.

Ketika menuangkan buah pikiran dalam sebuah kitab, beliau tidak sekadar menukil dan meringkas, akan tetapi beliau juga menampakkan kepiawaiannya dalam cabang ilmu tersebut dengan menambahkan hal-hal atau ijtihad baru yang belum dituliskan oleh ulama-ulama sebelumnya.

.

Setidaknya, kitab-kitab yang ditulis oleh Imam Suyuthi merupakan salah satu saksi derajat keilmuan beliau yang secara tidak langsung melegalisir keabsahan beliau dalam mengaku sebagai Mujtahid Mutlak. Meski beliau terbilang sukses dalam karir keilmuan, akan tetapi banyak sekali ulama di masanya yang memusuhi beliau. Hal ini bukan karena perbedaan pendapat semata, akan tetapi karena bintang beliau yang bersinar terlalu terang tersebut terbit terlalu dini.

.

Imam Suyuthi dilahirkan di tengah-tengah kitab perpustakaan pribadi Sang Ayah, yaitu Syeikh Abu Bakar As-Suyuthi di Kairo, tepatnya pada malam Ahad, 1 Rajab 849 H (3 Oktober 1445 M). Saat itu Sang Ayah sedang membutuhkan sebuah kitab di perpusnya, lantas meminta kepada istrinya agar mengambilkan kitab tersebut di perpus. Saat itu Sang Ibu sedang dalam keadaan hamil besar, ketika hendak mengambil kitab yang diminta oleh Sang Ayah, tiba-tiba air ketubannya pecah, dan lahirlah Imam Suyuthi di tengah-tengah kitab, hingga akhirnya beliau dijuluki "Ibnul Kutub" (Anak kitab-kitab). Ya, beliau lahir di tengah kitab, hidup bersama kitab dan meninggal di antara kitab.

.

***

.

Awal permusuhan itu terjadi ketika Imam Suyuthi mulai mengajar di Asy-Syaikhuniyah pada 9 Dzul Hijjah 876 H saat usia beliau masih 18 tahun. Kebanyakan yang memusuhi beliau adalah ulama yang usianya jauh lebih tua, dan sebagian ulama yang memusuhi beliau adalah murid-murid ayah beliau. Sebab, dahulu Imam Suyuthi yang sering mereka gendong, kini malah duduk menggantikan ayahnya. Ya, itulah kebencian yang didasarkan pada iri, sedangkan iri tanda tak mampu.

.

Sebagian ulama yang memusuhi Imam Suyuthi adalah karena silang pendapat dalam beberapa masalah ilmiah. Biasanya, beliau hanya membela atas pendapat-pendapat yang beliau anggap lebih Rojih (unggul) yang dianggap ulama semasanya pendapat beliau menyalahi banyak ulama (di masanya), yang kebanyakan adalah masalah Fatwa, dan sebagian masalah Tafsir, Nahwu, Manthiq, Aqidah, Ijtihad dan Mujaddid.

.

Imam Suyuthi menganggap dirinya sebagai Mujtahid Mutlak, sedangkan Mujtahid Mutlak yang beliau maksud adalah Mujtahid yang posisinya antara Mujtahid Mustaqil (seperti Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi'i, Imam Ahmad bjn Hambal dll) dan Mujtahid Muqoyyad atau Mujtahid Mazhab (seperti Imam Buwaithi, Imam Rofi'i, Imam Nawawi dll).

.

Ada dua alasan kenapa beliau mengakui dirinya sebagai Mujtahid:

.

1. Setiap masa harus ada Mujtahid, sebagaimana disebutkan dalam hadits:

"لا تزال طائفة من أمتي ظاهرين حتى يأتيهم أمر الله وهم ظاهرون"

"Akan terus ada sekelompok orang dari umatku yang nampak (dengan ilmu dan hujjah) hingga datang kepada mereka perkara Allah (tanda-tanda kiamat), sedangkan mereka dalam keadaan dzohir."

Imam Bukhari mengatakan, "Mereka adalah ulama." Imam Suyuthi berkata, "Yakni para mujtahid. Maka tak ada masa melainkan di situ ada mujtahid hingga tiba tanda-tanda Kiamat Kubra."

.

Beliau juga berpegangan kepada pendapat yang menyatakan kewajiban adanya mujtahid yang berdiri di atas hujjah pada setiap masa, sebagaimana dinyatakan oleh: Imam Mawardi, Imam Royani, Imam Haramain, Imam Ibnu Sholah, Imam Zarkasyi dll.

.

Adapun hadits mengenai keberadaan Mujaddid sendiri merujuk kepada hadits:

"إن الله يبعث لهذه الأمة من يجدد لها دينها على رأس كل مائة"

"Sesungguhnya Allah mengutus untuk umat ini seseorang yang memperbarui agama mereka setiap penghujung 100 tahun."

.

2. Kelengkapan sarana untuk ijtihad, di mana beliau mempunyai wawasan dan kedalaman di semua cabang ilmu syariat dan ilmu alat. Dan, kitab-kitab beliau menjadi saksi nyata tentang keluasaan ilmunya.

.

Selain mengaku sebagai Mujtahid, beliau juga mengaku sebagai Mujaddid, tepatnya pada tahun 896 H, di mana beliau berkata dalam kitabnya, At-Tahadduts Bin Ni'mah hal. 227, "Sekarang kita sudah berada pada tahun 896 H, sedangkan Imam Mahdi dan Nabi Isa a.s. belumlah datang, Al-Faqir (saya) berharap dari keutamaan Allah untuk menganugerahinya sebagai Mujaddid di penghujung abad ini (9 H), dan hal ini bagi Allah tidaklah susah."

.

Begitupun dalam Kitab At-Tanabbu'ah Fiman Yub'atsu 'Ala Ro'sil Mi'ah, beliau berkata,

"Sesungguhnya aku berharap dari anugerah dan keutamaan Allah sebagaimana Imam Ghozali pernah berharap untuk dirinya sendiri, (aku berharap) akulah yang diutus (sebagai Mujaddid) pada abad ke-9 ini."

.

Kemudian beliau memberikan landasan kenapa mengakui dirinya sebagai Mujaddid dalam kitabnya, Thorzul 'Imamah hal. 687:

"Seorang Mujaddid itu dikenali dengan keluasan dan kedalaman ilmunya, banyaknya jasa dan luwes akhlaknya, ilmunya tersebar ke segala penjuru, begitupun kitab-kitabnya, sebagaimana hal tersebut terjadi pada diri saya atas berkat Allah swt."

.

Hanya saja, meski Imam Suyuthi pada dasarnya berhak mengakui diri sebagai Mujtahid sekaligus Mujaddid, banyak dari ulama semasanya yang menolak mentah-mentah pengakuan tersebut, hal ini sebagaimana beliau ceritakan dalam kitabnya, At-Tahadduts Bin Ni'mah hal. 193,

"Kemudian masuklah tahun 889, mereka begitu ribut membahas pengakuan (saya) dalam hal Ijtihad, mereka berkumpul dengan para pembesar di negeri ini, baik pejabat maupun pemimpin, mereka ingin mengangkat masalah ini ke Sultan agar menyidang saya. Ketika kabar ini sampai ke saya, saya berkata, "Ulama telah menuliskan tak semestinya seorang Mujtahid berdiskusi dengan Muqollid (bukan Mujtahid), sedangkan berdiskusi dengan saya harus dihadiri oleh beberapa Mujtahid, Mujtahid yang berdiskusi denganku dan Mujtahid yang menjadi hakim antara saya dan lawan saya."

.

Dahulu, Dr. Hasan Al-Kaff yang merupakan cucu dari Mufti Pesisir Hadhramaut, Sayyid Abdullah Mahfudz Al-Haddad yang merupakan pendiri Univ. Al-Ahgaff, beliau berkata, "Imam Suyuthi menanggapi mereka dengan perkataan enteng, ‘Maaf, seorang Mujtahid tak semestinya berdialog dengan Muqollid. Jika kalian mau berdiskusi, silakan datangkan seorang Mujtahid juga. Jika kalian menyetujui yang pertama, maka silakan pulang. Namun jika kalian menyetujui yang kedua, maka kalian telah mengakui adanya Ijtihad sebagaimana apa yang saya klaim selama ini.’"

.

Hal yang menjadikan lawan-lawan Imam Suyuthi semakin jengkel dalam hal Ijtihad ini adalah karena Imam Suyuthi terlalu sering membicarakannya di banyak kesempatan, yang seolah-olah menampakkan kesombongan dan tertipu dengan keilmuannya dalam anggapan mereka, karena hal tersebut jauh dari kata Tawadhu' yang semestinya menjadi ciri khas Ulama. Mereka juga berkata, "Tak ada satu pun dari Imam-Imam Mujtahid yang meminta legalitas dari orang-orang agar diakui sebagai Mujtahid." Kemudian Imam Suyuthi menjawab, "Orang awam (Muqollid) tak bisa mengenali seorang Ulama itu berstatus Mujtahid atau tidak, terkecuali jika Mujtahid tersebut mengabari mereka, karena orang awam tidak mengerti kadaran seseorang dianggap sebagai Mujtahid."

.

Mereka juga mengingkari pengakuan Imam Suyuthi sebagai Mujaddid dan berkata, "Tak ada dari 8 Mujaddid sebelumnya yang mengaku sebagai Mujaddid, akan tetapi murid-murid dan pengikut mereka yang menyatakan mereka sebagai Mujaddid." Lantas Imam Suyuthi menjawab, "Imam Ghozali mengakui dirinya sebagai Mujtahid."

.

Selain murid-muridnya sendiri, ada beberapa Ulama yang melegalisir keabsahan Imam Suyuthi dalam pengakuan dirinya sebagai Mujtahid, di antaranya: Imam Mulla Ali Al-Qori, Imam Laknawi dll.

.

***

.

Sepanjang hidupnya, kehidupan Imam Suyuthi hanya berkutat antara belajar, mengajar, menulis kitab dan berfatwa. Beliau mulai diizinkan mengajar pada tahun 866 H, dalam artian usianya masih sangat dini yaitu 17 tahun. Pada tahun yang sama, beliau juga diizinkan untuk berfatwa. Dan, pada tahun ini juga beliau sudah mulai menulis kitab hingga akhir hayat beliau, yaitu 911 H, dalam artian beliau menulis, mengajar dan berfatwa selama 45 tahun.

Selain itu beliau juga menjadi Syaikh Tasawwuf dan Hakim Agung di Mesir dari pihak Dinasti Abbasiyah yang saat itu Khalifahnya adalah Al-Mutawakkil 'Alallah.

.

Kehidupan Imam Suyuthi, selain dipenuhi dengan keilmuan, beliau juga hidup penuh dengan ujian. Mulai dari diuji dengan permusuhan orang-orang di masanya, baik itu murid-murid ayahnya maupun bukan. Banyaknya orang yang hasud dan melaporkan beliau kepada pemimpin agar disidang dan sejenisnya. Selain itu beliau sejak kecil hidup dalam keadaan yatim, karena Sang Ayah yang meninggal saat usianya masih 6 tahun. Akan tetapi Sang Ayah selalu membawanya ke majelis-majelis ulama, orang sholeh dan para Masyayikh Thoriqoh, sehingga selain kecenderungan dan kecintaannya kepada ilmu, Imam Suyuthi juga mempunyai ketertarikan pada Tasawwuf sejak usia dini.

.

Selain hidup dalam keadaan yatim, Imam Suyuthi juga diuji dengan kehilangan anggota keluarga yang lainnya karena Wabah Tho'un. Istri, anak, saudara dan kerabat beliau meninggal karena wabah tersebut. Maka dari itu, beliau tidak mempunyai keturunan yang meneruskan tonggak perjuangan dan keilmuannya selain kitab-kitab dan murid-muridnya.

.

***

.

Lahir, hidup dan mati di tengah-tengah kitab, itulah Imam Suyuthi. Beliau mewakafkan dirinya untuk ilmu dan agama. Kesibukannya hanya belajar, mengajar, berfatwa dan mengarang kitab sepanjang hidup beliau. Semoga Allah menerima semua amal ibadah beliau, memberikan manfaat atas usaha-usaha beliau, mengampuni dosa-dosanya dan merahmatinya. Aamiin.

.

 

Oh ya, suatu ketika saat Imam Suyuthi pergi haji ke tanah suci dan minum air zamzam, beliau berdo'a,

"Agar di dalam fiqih sampai pada derajat Sirojuddin Al-Bulqini dan dalam hadits sampai pada derajat Al-Hafidz Ibnu Hajar." Hal ini bersandarkan pada hadits:

"ماء زمزم لما شرب له"

"Air Zamzam itu tergantung niat diminumnya untuk apa." HR. Ibnu Majah, Ahmad dan Baihaqi.

.

Memang dianjurkan untuk berdo'a ketika meminum Air Zamzam, karena do'a di kala itu dikabulkan. Ya, Air Zamzam sesuai dengan apa yang diniatkan oleh yang meminumnya. Dan, Imam Suyuthi pun telah sampai pada apa yang beliau harapkan, menjadi Mujtahid seperti Imam Bulqini yang merupakan Mujaddid Abad 8 H dan sekaligus rujukan ilmu hadits sebaimana Imam Ibnu Hajar Al-Asqolani yang merupakan Amirul Mu'minin Fil Hadits.

.

Imam Suyuthi memang belum pernah mengambil ilmu dari keduanya secara langsung. Untuk Imam Sirojuddin Al-Bulqini, Imam Suyuthi telah berguru kepada putranya, Alamuddin Al-Bulqini. Adapun Imam Ibnu Hajar, Imam Suyuthi sempat hadir di majelisnya ketika beliau masih kecil dan dibawa oleh ayah beliau. Salah satu guru beliau juga adalah Imam Syarafuddin Al-Manawi, kakek dari pengarang Faidul Qodir yang merupakan syarah terhadap Al-Jami' Ash-Shoghir karya Imam Suyuthi. Begitu juga beliau belajar kepada Imam Jalaluddin Al-Mahalli.

.

***

.

Ketekunan, totalitas dan kecintaan yang mendalam terhadap ilmu. Ya, itulah yang bisa kita ambil dari perjalanan hidup Imam Suyuthi. Imam Suyuthi berkata dalam kitab At-Tadduts Bin Ni'mah hal. 244, "Sesungguhnya aku adalah seorang lelaki yang dibuat jatuh cinta kepada ilmu, meneliti hal yang terkecil hingga yang besar di dalamnya, menyelami hakikat ilmu..."

.

Beliau sudah hafal Al-Qur'an dalam usia 8 tahun di tangan ayahnya sendiri. Kemudian menghafal beberapa matan kitab seperti Minhajut Tholibin, Minhajul Wushul, Alfiyah Ibn Malik, Umdatul Ahkam, lantas menyodorkan hafalan-hafalan tersebut kepada ulama-ulama besar Mesir di masa beliau saat usianya masih 15 tahun. Selain memiliki hafalan yang kuat, Imam Suyuthi juga hidup di lingkungan keilmuan yang dipenuhi oleh ulama-ulama besar, terlebih dukungan dari keluarganya yang juga memiliki perhatian khusus dalam hal ilmu agama.

.

Selain keteguhan dan kegigihan dalam menuntut ilmu, Imam Suyuthi juga memiliki sifat-sifat yang patut diteladani, mulai dari keteguhan beliau dalam menjalankan Sunnah Nabi, terlebih sunnah-sunnah yang banyak dilupakan. Kemudian keberanian beliau dalam Amar Ma'ruf dan Nahi Mungkar, bahkan terhadap penguasa sekalipun. Kemudian kesabaran beliau dalam menjalani cobaan dan ujian selama hidupnya. Kemudian keteguhan pendirian beliau terhadap apa yang beliau anggap benar dan berlandaskan pada dalil yang kuat. Selain itu beliau juga disifati dengan kedermawanan, zuhud, dan menjaga harga diri. Bahkan beliau selalu menolak pemberian dari pejabat dan pemerintah. Beliau juga tidak pernah bolak-balik ke rumah pejabat dan pemimpin.

.

Imam Suyuthi meninggal pada hari Jum'at, 19 Jumadal Ula 911 H bertepatan denvan 17 Oktober 1505 M, kemudian beliau dimakamkan di halaman Jami' Qushun di Kairo.

.

Oh ya, ketika ditinggal wafat oleh istrinya, Imam Suyuthi sempat menggubah syair atas kepergiannya:

.

يا من رآني بالهموم مطوقا * وظللت في فقدي غصونا ذا شجون

أتلومني في عظم نوحي والبكا * شأن المطوق أن ينوح على غصون

.

"Wahai seseorang yang menatapku terlilit oleh kegundahan, kini aku penuh dengan kesedihan dalam kehilanganku ranting-ranting (tempatku berkeluh-kesah)."

"Apakah kau mencelaku karena lamanya ratapan dan tangisanku, seperti merpati yang meratap di atas ranting-ranting pohon."

.

Akhirnya, kitab setebal 550 halaman ini selesai dibaca dalam tempo 2 bulan lebih, dengan mencicilnya 30-45 menit sebelum Khutbah Jum'at di Univ. Imam Syafi'i - Mukalla dimulai. Dua pertiga kitab ini membahas tentang jasa dan keilmuan Imam Suyuthi di bidang Hadits, sedangkan sepertiganya berbicara tentang biografi, karangan dan wawasan keilmuan beliau secara umum.

.

Semoga dari keluarga dan keturunan kita ada yang berjuang dan berkhidmah untuk ilmu dan agama secara ikhlas, bermanfaat dunia dan akhirat. Aamiin.

.

Mukalla, Jum'at 9 Jumadal Akhiroh 1442 H / 22 Januari 2021.

.

➖➖➖➖➖➖➖➖➖

Silakan dishare, semoga bermanfaat.

Rasulullah saw bersabda:

"Barang siapa menunjukkan kebaikan, maka ia mendapatkan pahala yang sama dengan orang yang melakukannya." HR. Muslim

"Sampaikanlah dariku walaupun hanya satu ayat." HR. Bukhari

➖➖➖➖➖➖➖➖➖

 

#Salaf #Mujtahid #Mujaddid #Fiqih #Hadits #ImamSuyuthi #BiografiUlama #Ulama #Sejarah #SejarahUlama #MazhabSyafii #KisahUlama


Posting Komentar

Whatsapp Button works on Mobile Device only

Start typing and press Enter to search