Staf Pengajar di Universitas Imam Syafi’i, Mukalla, Hadhramaut, Yaman.
IG • FB • TG • WP • YT : @elrashied_imam
elrashied.wordpress.com
Nafashadhramaut.id | Kitab setebal
550 halaman yang ditulis oleh Dr. Badi' As-Sayyid Al-Lahham ini memuat biografi
Imam Jalaluddin Abdurrahman As-Suyuthi dan jasa-jasa beliau dalam berkhidmah
kepada Ilmu Hadits.
.
Aku mulai
tertarik membaca kitab ini karena beberapa waktu lalu Dr. Hasan Al-Kaff selaku
dosen Ushul Fiqih di Program Pasca Sarjana, Hadhramaut University bercerita
tentang Imam Suyuthi yang sempat mengklaim dirinya sebagai Mujtahid Mutlak
lantas didemo oleh sebagian Ulama Mesir di masanya, khususnya Imam Sakhowi yang
memang banyak silang pendapat dengan beliau.
.
Dalam Mazhab
Syafi'i, secara memang Ijtihad Mutlak pintunya sudah tertutup, sedangkan
Ijtihad yang bentuknya Juz'i, tidak di semua bab-bab Fiqih sebagaimana
yang dilakukan oleh 4 Imam Mazhab, maka itu sah-sah saja, terlebih dalam
permasalahan kontemporer yang belum ada nash dari Fuqaha' sebelumnya.
.
Imam Suyuthi
sendiri ketika mengaku sebagai Mujtahid Mutlak sekaligus sebagai Mujaddid
pada masanya, bukanlah tanpa alasan. Akan tetapi memang secara keilmuan, hampir
di semua bidang ilmu syariat dan ilmu alat beliau bukan sekadar menguasai,
bahkan beliau menulis kitab setidaknya lebih dari 1 untuk 1 cabang ilmu. Total
kitab beliau 725 karangan sebagaimana sensus yang dilakukan oleh Ust. Ahmad
Asy-Syarqowi dalam kitabnya "Maktabah Al-Jalal As-Suyuthi".
.
Ketika menuangkan
buah pikiran dalam sebuah kitab, beliau tidak sekadar menukil dan meringkas,
akan tetapi beliau juga menampakkan kepiawaiannya dalam cabang ilmu tersebut
dengan menambahkan hal-hal atau ijtihad baru yang belum dituliskan oleh
ulama-ulama sebelumnya.
.
Setidaknya,
kitab-kitab yang ditulis oleh Imam Suyuthi merupakan salah satu saksi derajat
keilmuan beliau yang secara tidak langsung melegalisir keabsahan beliau dalam
mengaku sebagai Mujtahid Mutlak. Meski beliau terbilang sukses dalam
karir keilmuan, akan tetapi banyak sekali ulama di masanya yang memusuhi
beliau. Hal ini bukan karena perbedaan pendapat semata, akan tetapi karena
bintang beliau yang bersinar terlalu terang tersebut terbit terlalu dini.
.
Imam Suyuthi
dilahirkan di tengah-tengah kitab perpustakaan pribadi Sang Ayah, yaitu Syeikh
Abu Bakar As-Suyuthi di Kairo, tepatnya pada malam Ahad, 1 Rajab 849 H (3
Oktober 1445 M). Saat itu Sang Ayah sedang membutuhkan sebuah kitab di
perpusnya, lantas meminta kepada istrinya agar mengambilkan kitab tersebut di
perpus. Saat itu Sang Ibu sedang dalam keadaan hamil besar, ketika hendak
mengambil kitab yang diminta oleh Sang Ayah, tiba-tiba air ketubannya pecah,
dan lahirlah Imam Suyuthi di tengah-tengah kitab, hingga akhirnya beliau
dijuluki "Ibnul Kutub" (Anak kitab-kitab). Ya, beliau lahir di
tengah kitab, hidup bersama kitab dan meninggal di antara kitab.
.
***
.
Awal permusuhan
itu terjadi ketika Imam Suyuthi mulai mengajar di Asy-Syaikhuniyah pada 9 Dzul
Hijjah 876 H saat usia beliau masih 18 tahun. Kebanyakan yang memusuhi beliau
adalah ulama yang usianya jauh lebih tua, dan sebagian ulama yang memusuhi
beliau adalah murid-murid ayah beliau. Sebab, dahulu Imam Suyuthi yang sering
mereka gendong, kini malah duduk menggantikan ayahnya. Ya, itulah kebencian
yang didasarkan pada iri, sedangkan iri tanda tak mampu.
.
Sebagian ulama
yang memusuhi Imam Suyuthi adalah karena silang pendapat dalam beberapa masalah
ilmiah. Biasanya, beliau hanya membela atas pendapat-pendapat yang beliau
anggap lebih Rojih (unggul) yang dianggap ulama semasanya pendapat
beliau menyalahi banyak ulama (di masanya), yang kebanyakan adalah masalah
Fatwa, dan sebagian masalah Tafsir, Nahwu, Manthiq, Aqidah, Ijtihad dan
Mujaddid.
.
Imam Suyuthi
menganggap dirinya sebagai Mujtahid Mutlak, sedangkan Mujtahid Mutlak
yang beliau maksud adalah Mujtahid yang posisinya antara Mujtahid Mustaqil
(seperti Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi'i, Imam Ahmad bjn Hambal dll)
dan Mujtahid Muqoyyad atau Mujtahid Mazhab (seperti Imam
Buwaithi, Imam Rofi'i, Imam Nawawi dll).
.
Ada dua alasan
kenapa beliau mengakui dirinya sebagai Mujtahid:
.
1. Setiap masa
harus ada Mujtahid, sebagaimana disebutkan dalam hadits:
"لا تزال طائفة من أمتي ظاهرين حتى يأتيهم أمر الله وهم ظاهرون"
"Akan
terus ada sekelompok orang dari umatku yang nampak (dengan ilmu dan hujjah)
hingga datang kepada mereka perkara Allah (tanda-tanda kiamat), sedangkan
mereka dalam keadaan dzohir."
Imam Bukhari
mengatakan, "Mereka adalah ulama." Imam Suyuthi berkata, "Yakni
para mujtahid. Maka tak ada masa melainkan di situ ada mujtahid hingga tiba
tanda-tanda Kiamat Kubra."
.
Beliau juga
berpegangan kepada pendapat yang menyatakan kewajiban adanya mujtahid
yang berdiri di atas hujjah pada setiap masa, sebagaimana dinyatakan oleh: Imam
Mawardi, Imam Royani, Imam Haramain, Imam Ibnu Sholah, Imam Zarkasyi dll.
.
Adapun hadits
mengenai keberadaan Mujaddid sendiri merujuk kepada hadits:
"إن الله يبعث لهذه الأمة من يجدد لها دينها على رأس كل مائة"
"Sesungguhnya
Allah mengutus untuk umat ini seseorang yang memperbarui agama mereka setiap
penghujung 100 tahun."
.
2. Kelengkapan
sarana untuk ijtihad, di mana beliau mempunyai wawasan dan kedalaman di semua
cabang ilmu syariat dan ilmu alat. Dan, kitab-kitab beliau menjadi saksi nyata
tentang keluasaan ilmunya.
.
Selain mengaku
sebagai Mujtahid, beliau juga mengaku sebagai Mujaddid, tepatnya
pada tahun 896 H, di mana beliau berkata dalam kitabnya, At-Tahadduts Bin
Ni'mah hal. 227, "Sekarang kita sudah berada pada tahun 896 H,
sedangkan Imam Mahdi dan Nabi Isa a.s. belumlah datang, Al-Faqir (saya)
berharap dari keutamaan Allah untuk menganugerahinya sebagai Mujaddid di
penghujung abad ini (9 H), dan hal ini bagi Allah tidaklah susah."
.
Begitupun dalam
Kitab At-Tanabbu'ah Fiman Yub'atsu 'Ala Ro'sil Mi'ah, beliau berkata,
"Sesungguhnya
aku berharap dari anugerah dan keutamaan Allah sebagaimana Imam Ghozali pernah
berharap untuk dirinya sendiri, (aku berharap) akulah yang diutus (sebagai Mujaddid)
pada abad ke-9 ini."
.
Kemudian beliau
memberikan landasan kenapa mengakui dirinya sebagai Mujaddid dalam
kitabnya, Thorzul 'Imamah hal. 687:
"Seorang Mujaddid
itu dikenali dengan keluasan dan kedalaman ilmunya, banyaknya jasa dan luwes
akhlaknya, ilmunya tersebar ke segala penjuru, begitupun kitab-kitabnya,
sebagaimana hal tersebut terjadi pada diri saya atas berkat Allah swt."
.
Hanya saja,
meski Imam Suyuthi pada dasarnya berhak mengakui diri sebagai Mujtahid
sekaligus Mujaddid, banyak dari ulama semasanya yang menolak
mentah-mentah pengakuan tersebut, hal ini sebagaimana beliau ceritakan dalam
kitabnya, At-Tahadduts Bin Ni'mah hal. 193,
"Kemudian
masuklah tahun 889, mereka begitu ribut membahas pengakuan (saya) dalam hal
Ijtihad, mereka berkumpul dengan para pembesar di negeri ini, baik pejabat
maupun pemimpin, mereka ingin mengangkat masalah ini ke Sultan agar menyidang
saya. Ketika kabar ini sampai ke saya, saya berkata, "Ulama telah
menuliskan tak semestinya seorang Mujtahid berdiskusi dengan Muqollid
(bukan Mujtahid), sedangkan berdiskusi dengan saya harus dihadiri oleh
beberapa Mujtahid, Mujtahid yang berdiskusi denganku dan Mujtahid
yang menjadi hakim antara saya dan lawan saya."
.
Dahulu, Dr.
Hasan Al-Kaff yang merupakan cucu dari Mufti Pesisir Hadhramaut, Sayyid
Abdullah Mahfudz Al-Haddad yang merupakan pendiri Univ. Al-Ahgaff, beliau
berkata, "Imam Suyuthi menanggapi mereka dengan perkataan enteng, ‘Maaf,
seorang Mujtahid tak semestinya berdialog dengan Muqollid. Jika
kalian mau berdiskusi, silakan datangkan seorang Mujtahid juga. Jika
kalian menyetujui yang pertama, maka silakan pulang. Namun jika kalian
menyetujui yang kedua, maka kalian telah mengakui adanya Ijtihad sebagaimana
apa yang saya klaim selama ini.’"
.
Hal yang
menjadikan lawan-lawan Imam Suyuthi semakin jengkel dalam hal Ijtihad ini
adalah karena Imam Suyuthi terlalu sering membicarakannya di banyak kesempatan,
yang seolah-olah menampakkan kesombongan dan tertipu dengan keilmuannya dalam
anggapan mereka, karena hal tersebut jauh dari kata Tawadhu' yang semestinya
menjadi ciri khas Ulama. Mereka juga berkata, "Tak ada satu pun dari
Imam-Imam Mujtahid yang meminta legalitas dari orang-orang agar diakui
sebagai Mujtahid." Kemudian Imam Suyuthi menjawab, "Orang awam (Muqollid)
tak bisa mengenali seorang Ulama itu berstatus Mujtahid atau tidak,
terkecuali jika Mujtahid tersebut mengabari mereka, karena orang awam
tidak mengerti kadaran seseorang dianggap sebagai Mujtahid."
.
Mereka juga
mengingkari pengakuan Imam Suyuthi sebagai Mujaddid dan berkata,
"Tak ada dari 8 Mujaddid sebelumnya yang mengaku sebagai Mujaddid,
akan tetapi murid-murid dan pengikut mereka yang menyatakan mereka sebagai Mujaddid."
Lantas Imam Suyuthi menjawab, "Imam Ghozali mengakui dirinya sebagai Mujtahid."
.
Selain
murid-muridnya sendiri, ada beberapa Ulama yang melegalisir keabsahan Imam
Suyuthi dalam pengakuan dirinya sebagai Mujtahid, di antaranya: Imam Mulla Ali
Al-Qori, Imam Laknawi dll.
.
***
.
Sepanjang
hidupnya, kehidupan Imam Suyuthi hanya berkutat antara belajar, mengajar,
menulis kitab dan berfatwa. Beliau mulai diizinkan mengajar pada tahun 866 H,
dalam artian usianya masih sangat dini yaitu 17 tahun. Pada tahun yang sama,
beliau juga diizinkan untuk berfatwa. Dan, pada tahun ini juga beliau sudah
mulai menulis kitab hingga akhir hayat beliau, yaitu 911 H, dalam artian beliau
menulis, mengajar dan berfatwa selama 45 tahun.
Selain itu
beliau juga menjadi Syaikh Tasawwuf dan Hakim Agung di Mesir dari pihak Dinasti
Abbasiyah yang saat itu Khalifahnya adalah Al-Mutawakkil 'Alallah.
.
Kehidupan Imam
Suyuthi, selain dipenuhi dengan keilmuan, beliau juga hidup penuh dengan ujian.
Mulai dari diuji dengan permusuhan orang-orang di masanya, baik itu murid-murid
ayahnya maupun bukan. Banyaknya orang yang hasud dan melaporkan beliau kepada
pemimpin agar disidang dan sejenisnya. Selain itu beliau sejak kecil hidup
dalam keadaan yatim, karena Sang Ayah yang meninggal saat usianya masih 6
tahun. Akan tetapi Sang Ayah selalu membawanya ke majelis-majelis ulama, orang
sholeh dan para Masyayikh Thoriqoh, sehingga selain kecenderungan dan
kecintaannya kepada ilmu, Imam Suyuthi juga mempunyai ketertarikan pada
Tasawwuf sejak usia dini.
.
Selain hidup
dalam keadaan yatim, Imam Suyuthi juga diuji dengan kehilangan anggota keluarga
yang lainnya karena Wabah Tho'un. Istri, anak, saudara dan kerabat
beliau meninggal karena wabah tersebut. Maka dari itu, beliau tidak mempunyai
keturunan yang meneruskan tonggak perjuangan dan keilmuannya selain kitab-kitab
dan murid-muridnya.
.
***
.
Lahir, hidup
dan mati di tengah-tengah kitab, itulah Imam Suyuthi. Beliau mewakafkan dirinya
untuk ilmu dan agama. Kesibukannya hanya belajar, mengajar, berfatwa dan
mengarang kitab sepanjang hidup beliau. Semoga Allah menerima semua amal ibadah
beliau, memberikan manfaat atas usaha-usaha beliau, mengampuni dosa-dosanya dan
merahmatinya. Aamiin.
.
Oh ya, suatu
ketika saat Imam Suyuthi pergi haji ke tanah suci dan minum air zamzam, beliau
berdo'a,
"Agar di
dalam fiqih sampai pada derajat Sirojuddin Al-Bulqini dan dalam hadits sampai
pada derajat Al-Hafidz Ibnu Hajar." Hal ini bersandarkan pada hadits:
"ماء زمزم لما شرب له"
"Air
Zamzam itu tergantung niat diminumnya untuk apa." HR. Ibnu Majah, Ahmad dan
Baihaqi.
.
Memang
dianjurkan untuk berdo'a ketika meminum Air Zamzam, karena do'a di kala itu
dikabulkan. Ya, Air Zamzam sesuai dengan apa yang diniatkan oleh yang
meminumnya. Dan, Imam Suyuthi pun telah sampai pada apa yang beliau harapkan,
menjadi Mujtahid seperti Imam Bulqini yang merupakan Mujaddid Abad 8 H
dan sekaligus rujukan ilmu hadits sebaimana Imam Ibnu Hajar Al-Asqolani yang
merupakan Amirul Mu'minin Fil Hadits.
.
Imam Suyuthi
memang belum pernah mengambil ilmu dari keduanya secara langsung. Untuk Imam
Sirojuddin Al-Bulqini, Imam Suyuthi telah berguru kepada putranya, Alamuddin
Al-Bulqini. Adapun Imam Ibnu Hajar, Imam Suyuthi sempat hadir di majelisnya
ketika beliau masih kecil dan dibawa oleh ayah beliau. Salah satu guru beliau
juga adalah Imam Syarafuddin Al-Manawi, kakek dari pengarang Faidul Qodir yang
merupakan syarah terhadap Al-Jami' Ash-Shoghir karya Imam Suyuthi. Begitu juga
beliau belajar kepada Imam Jalaluddin Al-Mahalli.
.
***
.
Ketekunan,
totalitas dan kecintaan yang mendalam terhadap ilmu. Ya, itulah yang bisa kita
ambil dari perjalanan hidup Imam Suyuthi. Imam Suyuthi berkata dalam kitab At-Tadduts
Bin Ni'mah hal. 244, "Sesungguhnya aku adalah seorang lelaki yang
dibuat jatuh cinta kepada ilmu, meneliti hal yang terkecil hingga yang besar di
dalamnya, menyelami hakikat ilmu..."
.
Beliau sudah
hafal Al-Qur'an dalam usia 8 tahun di tangan ayahnya sendiri. Kemudian
menghafal beberapa matan kitab seperti Minhajut Tholibin, Minhajul Wushul,
Alfiyah Ibn Malik, Umdatul Ahkam, lantas menyodorkan hafalan-hafalan tersebut
kepada ulama-ulama besar Mesir di masa beliau saat usianya masih 15 tahun.
Selain memiliki hafalan yang kuat, Imam Suyuthi juga hidup di lingkungan
keilmuan yang dipenuhi oleh ulama-ulama besar, terlebih dukungan dari keluarganya
yang juga memiliki perhatian khusus dalam hal ilmu agama.
.
Selain
keteguhan dan kegigihan dalam menuntut ilmu, Imam Suyuthi juga memiliki
sifat-sifat yang patut diteladani, mulai dari keteguhan beliau dalam
menjalankan Sunnah Nabi, terlebih sunnah-sunnah yang banyak dilupakan. Kemudian
keberanian beliau dalam Amar Ma'ruf dan Nahi Mungkar, bahkan
terhadap penguasa sekalipun. Kemudian kesabaran beliau dalam menjalani cobaan
dan ujian selama hidupnya. Kemudian keteguhan pendirian beliau terhadap apa yang
beliau anggap benar dan berlandaskan pada dalil yang kuat. Selain itu beliau
juga disifati dengan kedermawanan, zuhud, dan menjaga harga diri. Bahkan beliau
selalu menolak pemberian dari pejabat dan pemerintah. Beliau juga tidak pernah
bolak-balik ke rumah pejabat dan pemimpin.
.
Imam Suyuthi
meninggal pada hari Jum'at, 19 Jumadal Ula 911 H bertepatan denvan 17 Oktober
1505 M, kemudian beliau dimakamkan di halaman Jami' Qushun di Kairo.
.
Oh ya, ketika
ditinggal wafat oleh istrinya, Imam Suyuthi sempat menggubah syair atas
kepergiannya:
.
يا من رآني بالهموم مطوقا * وظللت في فقدي غصونا ذا شجون
أتلومني في عظم نوحي والبكا * شأن المطوق أن ينوح على غصون
.
"Wahai
seseorang yang menatapku terlilit oleh kegundahan, kini aku penuh dengan
kesedihan dalam kehilanganku ranting-ranting (tempatku berkeluh-kesah)."
"Apakah
kau mencelaku karena lamanya ratapan dan tangisanku, seperti merpati yang
meratap di atas ranting-ranting pohon."
.
Akhirnya, kitab
setebal 550 halaman ini selesai dibaca dalam tempo 2 bulan lebih, dengan
mencicilnya 30-45 menit sebelum Khutbah Jum'at di Univ. Imam Syafi'i - Mukalla
dimulai. Dua pertiga kitab ini membahas tentang jasa dan keilmuan Imam Suyuthi
di bidang Hadits, sedangkan sepertiganya berbicara tentang biografi, karangan
dan wawasan keilmuan beliau secara umum.
.
Semoga dari
keluarga dan keturunan kita ada yang berjuang dan berkhidmah untuk ilmu dan
agama secara ikhlas, bermanfaat dunia dan akhirat. Aamiin.
.
Mukalla, Jum'at
9 Jumadal Akhiroh 1442 H / 22 Januari 2021.
.
➖➖➖➖➖➖➖➖➖
Silakan
dishare, semoga bermanfaat.
Rasulullah saw
bersabda:
"Barang
siapa menunjukkan kebaikan, maka ia mendapatkan pahala yang sama dengan orang
yang melakukannya." HR. Muslim
"Sampaikanlah
dariku walaupun hanya satu ayat." HR. Bukhari
➖➖➖➖➖➖➖➖➖
#Salaf #Mujtahid
#Mujaddid #Fiqih #Hadits #ImamSuyuthi #BiografiUlama #Ulama #Sejarah
#SejarahUlama #MazhabSyafii #KisahUlama
Posting Komentar