Sabtu, 21 November 2020

Al-Mahabbah syarat Ittiba' : Mencintai adalah Syarat Meneladani

Al-Mahabbah syarat Ittiba' : Mencintai adalah Syarat Meneladani

Oleh : 
Ibn Asnawi(*)


Nafashadhramaut.id Cinta atau 'al-mahabbah' (dalam bahasa arab) merupakan sebuah anugerah paling indah dan paling berharga yang Allah Swt. turunkan dari langit ke muka bumi. Karena cinta-lah banyak pengorbanan tercipta dengan tanpa pamrih dan tanpa tendensi hal tertentu.

Betapa seorang Ibu berkorban untuk anaknya, guru berkorban untuk muridnya, suami berkorban untuk istrinya, atau pun seseorang berkorban demi sahabatnya. Semua itu karena ada ikatan kuat pada dua hati yang berbeda, namun dalam satu rasa, yaitu rasa cinta nan tulus.

Kehebatan cinta dapat merubah segala yang pahit menjadi manis, yang sendu menjadi riang, yang gagal menjadi sukses, bahkan dapat menjadi tumpangan keselamatan di akhirat kelak.

Ingatkah sabda Rasulullah saw.?

المرء مع من أحب.

"seseorang itu bersama orang yang ia cintai (di akhirat)." HR. Bukhari dan Muslim. Maka seperti yang sering dikatakan,

يحشر المرء مع من أحب .

"Seseorang bakal dibangkitkan kelak bersama seseorang yang ia cintai."

 

Dalam ittiba' atau meneladani sunah Rasulullah saw. syarat terpenting adalah cinta (al-mahabbah), karena ittiba' dengan mahabbah akan menuai kesungguhan dan ketulusan bagi orang yang menjalaninya.

Berbeda dengan ittiba' tanpa cinta (al-mahabbah). Maka yang ada hanyalah kering kerontang pada penjalannya. Seperti kisah Dzul Khuwaisiroh, seorang yang teguh dalam berittiba', namun kering dari al-mahabbah dan berakhir pada rasa sombong tingkat langit, hingga merasa lebih baik dari Rasulullah saw. Kelak keturunannya terkenal menjadi penganut sekte Khowarij. Ittiba' tanpa mahabbah sangat berbahaya, hingga Dzul Khuwaisiroh berani berkata pada Rasuluah saw,

 

"Berlakulah adil, wahai Muhammad!"

 

Maka Rasulullah saw. menjawab,

 

"Celaka kamu! Siapa yang akan berlaku adil, jika bukan aku?!"

 

Sebagai utusan Allah Swt. maka sudah pasti beliau adalah pembawa keadilan.

Bagaimana pertanyaan atau tuduhan itu bisa terlontar kalau bukan karena kering hatinya dari cinta pada sang pembawa risalah, yang ia melihat Rasululah saw. hanya sekadar wadah risalah yang hanya penyampai ayat-ayat dari langit ke bumi. Itu saja tak lebih. Padahal Rasulullah saw. adalah kekasih Allah Swt. Sang Maha Memiliki Segalanya. Beliau juga manusia terbaik secara mutlak.

Inilah imbas ittiba' tanpa mahabbah..

Meneladani tanpa cinta pada sang diteladan..

 

Rasulullah saw. bersabda,

 

"Tidak sempurna iman kalian hingga mencintaiku melibihi cinta kalian pada diri kalian sendiri, anaknya, kedua orang tuanya dan semua manusia." HR. Abdur Rozak.

 

Bermodal cinta, seseorang akan menuai banyak keberuntungan. Cinta pada sang Rasul dengan setulus dan sejujur mungkin. Kemudian membuktikan cinta itu dengan meneladani setiap sunah Rasul yang sampai pada kita, dan mengaplikasikannya pada setiap langkah dan tindakan kita sehari-hari.

 

Kesimpulannya, pada siapa kita jatuhkan cinta kita, maka bersama mereka-lah kita bakal berkumpul bersama.

 

Jika orang-orang soleh yang dicinta, maka Anda bakal beruntung bersama kafilah mereka. Lain halnya jika orang fasik, terlebih apabila orang kafir yang dicinta, maka bersama mereka pula kita satu kafilah, tenggelam pada dasar jahannam. Naudzubillah.

 

Semoga kecintaan kita tulus teruntuk orang-orang soleh yang bakal membalas cinta kita, hingga kita bisa meneladani kebaikan mereka pada setiap helaan nafas kita.

Aamiiin ya robbal 'alamin.

 

Ditulis di Mukalla – Yaman, 8 Juli 2020.

(*) Penulis adalah alumni Univ. Imam Syafi'i, dan saat ini sedang menempuh pendidikan S2 di Hadhramaut University.

Posting Komentar

Whatsapp Button works on Mobile Device only

Start typing and press Enter to search