Oleh : Ibn Asnawi(*)
Nafashadhramaut.id | Cinta atau 'al-mahabbah' (dalam bahasa arab) merupakan sebuah anugerah paling indah dan paling berharga yang Allah Swt. turunkan dari langit ke muka bumi. Karena cinta-lah banyak pengorbanan tercipta dengan tanpa pamrih dan tanpa tendensi hal tertentu.
Betapa
seorang Ibu berkorban untuk anaknya, guru berkorban untuk muridnya, suami
berkorban untuk istrinya, atau pun seseorang berkorban demi
sahabatnya. Semua itu karena ada ikatan kuat pada dua
hati yang berbeda, namun dalam satu rasa,
yaitu rasa cinta nan tulus.
Kehebatan
cinta dapat merubah segala yang pahit menjadi manis, yang sendu menjadi riang,
yang gagal menjadi sukses, bahkan dapat menjadi tumpangan keselamatan
di akhirat kelak.
Ingatkah
sabda Rasulullah saw.?
المرء مع من
أحب.
"seseorang itu bersama orang yang ia
cintai (di akhirat)." HR. Bukhari dan Muslim. Maka seperti yang sering
dikatakan,
يحشر المرء مع من أحب .
"Seseorang bakal dibangkitkan kelak bersama seseorang yang ia cintai."
Dalam
ittiba' atau meneladani sunah Rasulullah saw. syarat terpenting adalah cinta
(al-mahabbah), karena ittiba' dengan mahabbah akan menuai kesungguhan dan
ketulusan bagi orang yang menjalaninya.
Berbeda
dengan ittiba' tanpa cinta (al-mahabbah). Maka
yang ada hanyalah kering kerontang pada penjalannya. Seperti kisah Dzul Khuwaisiroh,
seorang yang teguh dalam berittiba', namun kering dari al-mahabbah dan berakhir
pada rasa sombong tingkat langit, hingga merasa lebih baik dari Rasulullah saw.
Kelak keturunannya terkenal menjadi penganut sekte Khowarij. Ittiba' tanpa
mahabbah sangat berbahaya, hingga Dzul Khuwaisiroh berani berkata pada Rasuluah
saw,
"Berlakulah
adil, wahai Muhammad!"
Maka
Rasulullah saw. menjawab,
"Celaka
kamu! Siapa yang akan berlaku adil,
jika bukan aku?!"
Sebagai
utusan Allah Swt. maka sudah pasti beliau adalah pembawa keadilan.
Bagaimana
pertanyaan atau tuduhan itu bisa terlontar kalau bukan karena kering hatinya
dari cinta pada sang pembawa risalah, yang ia melihat Rasululah saw. hanya sekadar
wadah risalah yang hanya penyampai ayat-ayat dari langit ke bumi. Itu
saja tak lebih. Padahal Rasulullah saw. adalah kekasih Allah Swt. Sang Maha
Memiliki Segalanya. Beliau juga manusia terbaik secara mutlak.
Inilah
imbas ittiba' tanpa mahabbah..
Meneladani
tanpa cinta pada sang diteladan..
Rasulullah
saw. bersabda,
"Tidak
sempurna iman kalian hingga mencintaiku melibihi cinta kalian pada diri kalian
sendiri, anaknya,
kedua orang tuanya dan semua
manusia." HR. Abdur
Rozak.
Bermodal
cinta, seseorang akan menuai banyak keberuntungan. Cinta pada sang Rasul dengan
setulus dan sejujur mungkin. Kemudian membuktikan cinta itu dengan meneladani
setiap sunah Rasul yang sampai pada kita, dan mengaplikasikannya pada setiap
langkah dan tindakan kita sehari-hari.
Kesimpulannya, pada
siapa kita jatuhkan cinta kita, maka bersama mereka-lah kita bakal berkumpul
bersama.
Jika
orang-orang soleh yang dicinta, maka Anda
bakal beruntung bersama kafilah mereka. Lain halnya jika orang fasik,
terlebih apabila
orang kafir yang dicinta,
maka bersama mereka pula kita satu kafilah, tenggelam
pada dasar jahannam. Naudzubillah.
Semoga
kecintaan kita tulus teruntuk orang-orang soleh yang bakal membalas cinta kita,
hingga kita bisa meneladani kebaikan mereka pada setiap helaan nafas kita.
Aamiiin
ya robbal 'alamin.
Ditulis di Mukalla – Yaman, 8 Juli 2020.
Posting Komentar