Sabtu, 21 November 2020

Bagaimana Mencintai Ahlu Bait?

Bagaimana Mencintai Ahlu Bait?

Oleh : Ali Rahman Ibnu Sani
(*)


Nafashadhramaut.id Deskripsi Cinta Kepada Rasulullah saw.

Secara etimologi, hampir seluruh manusia berinteraksi dalam dunia cinta karena dua perkara; Ada kalanya karena mendengar atau pun dengan melihat. Namun, agama Islam telah menyerukan kepada kita agar mencintai seorang yang tidak pernah kita pandang, hidup pada masa 1442 tahun yang lalu, panutan yang penuh kesima akan akhlak mulianya, ucapannya tidak tercampur sekalipun dengan marak nafsu, dan namanya tergempar di seluruh penghujung dunia. Nabi Muhammad saw.

Mencintainya tidak terlalu rumit. Engkau hanya cukup takzim padanya, patuh akan syariatnya, mengkaji gubahan kisahnya, sehingga cinta akan tertambat dalam hati begitu saja. Lalu seruan hati turut menyebut namanya, ibarat pernafasan yang mengelus-elus dalam sela jiwa.

Tidak hanya sekedar cinta, namun turut berpegang teguh dengan pedoman hidupnya. Tidak hanya mengikuti saja, tetapi hati juga menyerukan gelora cinta hingga dapat mempercayainya seyakin-yakinnya dalam tutur katanya dan affair apa saja yang telah beliau tempuh selama hidupnya. Mengingatnya adalah sumber ketenangan. Puji syukur kita dijadikan umatnya. Imam Bushiri dalam Qasidah 'Muhammadiyah'nya bersyair:

محمد ذكره روح لأنفسنا # محمد شكره فرض على الأمم

“Nabi Muhammad. Menyebutnya adalah kegembiraan dalam jiwa kita # Nabi Muhammad. Mensyukurinya ialah kewajiban atas umat-umat”

Mengenal Ahlu Bait

Tidak mengenal, maka tidak akan sayang. Selain mencintai Nabi, seorang mukallaf dituntuni kewajiban untuk mencintai keluarganya dengan menjaga sopan santun, memandang dengan kasih sayang. Karena darah Nabi mengalir dalam tubuh mereka, wajah mereka putih bening, bersih, rapi dalam berpakaian, fasih dalam berbicara, seolah-olah kita membayangkan bayangan Kanjeng Nabi bersalin dalam diri mereka. Kita biasa menyebut keluarga Nabi dengan “Ahlu Bait” atau pun bisa dikatakan: “Ahlul Kisa". Merekalah keturunan yang bersilsilah dari Rasulullah, Sayyidina Ali bin Abi Thalib, Sayyidatuna Fatimah Az-Zahra, Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husein, kemudian juga keturunan-keturunan mereka sampai hari kiamat.

Dalil yang menunjukkan ketetapan adanya mereka, dikutip dari hadits yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi yang berbunyi:

إني تركت فيكم ما إن تمسكتم به لن تضلوا بعدي، أحدهما أعظم من الآخر كتاب الله حبل ممدود من السماء إلى الأرض، ولن يفترقا حتى يردا علي الحوض فانظروا كيف تخلفوني فيهما.

Sungguh, aku telah meninggalkan sesuatu untuk kalian semua, selama kalian berpegang teguh padanya, kalian tidak akan tersesat setelah masaku ini. Salah satunya lebih agung dari lainnya, yaitu (yang pertama) Kitab Allah bagaikan tali yang dijalurkan dari langit ke bumi. Dan (kedua) Ahlu Baitku. Kedua-duanya tidak akan pernah berpisah hingga bertemu denganku di telaga surga. Pandanglah kalian! Bagaimanakah kalian menggantikanku dalam keduanya.”

Dalam hadits ini diterangkan, bahwa bagi seorang mukallaf hendaknya meyakini keberadaan Ahlu Bait yang ditakdirkan oleh Allah semata-mata untuk ketenteraman di muka bumi. Saking agungnya, hingga Nabi menggandengkan mereka bersama keagungan mukjizat Al-Qur’an yang bertahan dari masa ke masa. Tidak terubah sedikit pun. Hal itu menjadi bukti akan mulianya Kanjeng Nabi Muhammad saw. beserta bukti peninggalan bersejarah beliau yang tidak pernah punah hingga kelak di akhirat (hari kiamat). Bagaimana mungkin ada orang yang menggantikan dua peninggalan ini? kata Nabi saw.

Al-Qur’an dan keberadaan Ahlu Bait menjadi keistimewaan umat ini. Berbeda dengan umat-umat terdahulu yang kitab sucinya telah diotak-atik. Tidak sesuai dengan ajaran Nabi mereka. Bila sudah terbuktikan seperti ini, maka sebagai seorang mukmin sejati hendaknya kita mengutarakan kecintaan kita sebagai umat yang berbakti kepada Nabinya dalam rangka bersyukur dapat termasuk dalam golongan umat Nabi yang mulia ini.

 

Pertanyaan:

 
Mengapa
Ahlu Bait (keluarga Nabi) disebut dengan Ahlul Kisa’?

 

Berlandaskan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dan yang lainnya (Ulama Hadits), dari ucapannya Sayyidah Aisyah r.a. beliau berkata, “Kanjeng Nabi saw. keluar di waktu pagi-pagi sekali. Ia membawa kain yang terbuat dari bulu dihiasi beraneka warna yang terbuat dari bulu hitam (dalam bahasa Arab disebut kisa'). Saat Hasan bin Ali datang, Rasulullah memasukannya dalam kain tersebut, lalu Husein juga datang dan ikut bersama Hasan (masuk kedalam kain itu), kemudian Fatimah datang, ia juga dimasukkan, hingga Ali datang, pun Rasulullah memasukkannya ke dalam kain tersebut. Kemudian Rasulullah saw. bersabda, menuturkan firman Allah:

إنما يريد الله ليذهب عنكم الرجس أهل البيت ويطهركم  تطهيرا.

Sungguh Allah hendak menghilangkan kotoran dari kalian, Ahlu Bait dan mensucikan kalian dengan sesuci-sucinya."

Oleh karena itu, setelah mereka disaungkan dalam satu kain kisa’, mereka dan keturunannya disebut dengan Ahlu Kisa’.

 

Keutamaan Ahlu Bait

 

Secarik referensi yang kuat menunjukkan bahwa Ahlu Bait sebagai realisasi ketenteraman di muka bumi ini, Kanjeng Nabi Muhammad saw. bersabda:

النجوم أمان لأهل السماء وأهل بيتي أمان لأمتي من الخلاف فإذا ذهب النجوم ذهبت السماء وإذا ذهب أهل بيتي ذهبت الأرض.

“Bintang-bintang adalah ketenteraman bagi ahli langit, sedangkan Ahlu Baitku adalah ketenteraman bagi umatku. Dampak perbedaannya, apabila hilang bintang-bintang, maka hilanglah langit. Dan jika Ahlu Baitku punah, maka hilanglah bumi.

Sebuah puisi untuk memperjelas makna hadits:

Bintang ketenteraman di angkasa ..

Bintang menenangkan pandangan hati yang terkelam ..

 

Mendung dan Angin ketenteraman di langit biru ..

Mendung tempat teduh,  Angin memadamkan resah di tubuh..

Kenapa dienggani kehadiranmu di muka bumi sebagai utusan penenteram bumi ..

Engkau sebagai kakek dari darah dagingmu

Warisan ketenteramanmu tidak akan menyepi di muka bumi ..

 

Timbul Pertanyaan yang lain:

 
Bagaimana Ahlu Bait bisa menjadi keturunan Nabi Muhammad saw
.? padahal mereka berasal dari keturunan Sayyidina Ali bin Abi Thalib r.a. ( secara otomatis terputus nasabnya, bukan dari Nabi)?

Jawaban pertanyaan ini adalah dengan berlandaskan hadits yang dipaparkan oleh Imam Tabrani dalam kitab "Mu'jamul Kabir"-nya, dari sahabat Jabir yang berbunyi:

إن الله تعالى جعل ذرية كل نبي في صلبه وجعل ذريتي في صلب علي ابن أبي طالب.

“Sesungguhnya Allah menjadikan jalur keturunan setiap Nabi dari tulang punggung mereka, sedangkan keturunanku dijadikan dari tulang punggung (Sayyidina) Ali bin Abi Thalib.”

Hadits ini menerangkan kekeliruan orang-orang dalam keistimewaan sepotong peninggalan Rasulullah saw. yaitu Ahlul bait yang berasal dari keturunan Sayyidina Ali. Dengan keberkahan dari sang kakek, Ahlul Bait tersebar di seantero penghujung alam. Mereka senantiasa membawa panjinya, mengajak manusia ke jalan yang benar, dan membinasakan kezaliman di muka bumi. Semua ini adalah pemberian khusus dari Allah kepada Kanjeng Nabi Muhammad saw. Berbeda dengan Nabi-Nabi sebelumnya.

 

Anjuran Mencintai Ahlu Bait

 

Utamanya dalam cinta kepada mereka ialah menjaga tingkah, sopan dan santun. Tidak mencela mereka, walaupun telah berbuat hal yang dilarang agama, karena tiada keimanan bagi siapa pun yang tidak mencintai mereka serta tiada kenduri dendam kepada mereka. Tugas kita hanyalah menasihati mereka (Ahlu Bait) apabila mereka berbuat kesalahan, bukan membenci mereka. Membenci kesalahan yang dilakukan, bukan membenci pelakunya.

Allah Swt. berfirman dalam Al-Qur’an:

قل لا أسألكم عليه أجرا إلا المودة في القربى.

“Katakanlah (Muhammad), aku tidak meminta kepadamu sesuatu imbalan apa pun atas seruanku kecuali memberi kasih sayang dalam kekeluargaan.” (QS. Asy-Syura: 23)

Para sahabat bertanya, Siapakah mereka, wahai Rasulullah, yang telah datang perintah dari Allah untuk menyayangi mereka?” Beliau menjawab, “Fatimah dan kedua anaknya."

Imam Ahmad, Ibnu Majah dan Al-Hakim meriwayatkan dari Abu Hurairah r.a.:

من أحب الحسن والحسين فقد أحبني ومن أبغضهم فقد أبغضني.

Barang siapa yang mencintai Hasan dan Husein, sungguh ia telah mencintaiku. Dan barang siapa yang membenci mereka, maka dia telah membenciku.

Adapun referensi hadits yang diriwayatkan Imam Tabari, Imam Ibnu Majah, dan Imam Al-Hakim yang menjelaskan tidak diperbolehkan menyakiti mereka, serta akan mendapatkan ancaman siksa yang amat pedih, Rasulullah saw. bersabda:

أنا حرب لمن حاربهم وسلم لمن سالمهم.

Aku adalah musuh bagi orang yang memerangi mereka (Ahlu Bait), dan teman bagi orang yang berdamai dengan mereka.

Maka tentu, siapa pun yang berani menyakiti Ahlu Bait, sungguh dia telah menyakiti Rasulullah. Dan barang siapa yang menyakiti beliau, sesungguhnya ia telah membuat Allah murka kepadanya.

Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi memberi sebuah kaidah:

كلما زاد له تشريف زاد له تقريب.

Setiap kali orang bertambah memuliakan, maka bertambah pula baginya kedekatan.

Bagaimana bisa cinta, bila tidak dekat? Bagaimana bisa dekat, jika menyakiti? Dua pertanyaan ini menghimpit seorang pecinta atas evaluasi diri dalam objek cintanya, yaitu kepada Rasulullah dan Ahlu Kisa’.

Berikut berbagai syair dalam membangun diri untuk mencintai keluarganya alaihissholatu wassalam.

Syaikh Al-Allamah Abdurrahman Al-Kaff telah menyebutkan dawuh syair yang menerangkan rahasia mencintai Ahlu Bait dalam kitab "Al-Jirob Al-Miskin"-nya, Ibnu Al-Faridh r.a. berkata:

ذهب العمر ضياعا وانقضى # باطلا إذ لم أفز ممكن بشي

غير ما أوليت من عقد ولاء # عترة المبعوث حقا من قصي

"Umur telah lewat sia-sia dan dihabiskan dengan perkara kebatilan, itu jika aku tidak dapat meraih apa pun dari kalian (Ahlu Bait).

Hanya saja, aku telah terbiasa menjalani akad perdamaian bersama keluarga seseorang yang diutus (Muhammad) dengan benar dari arah kejauhan."

Imam Syafi’i r.a. bersyair:

آل النبي ذريعتي # وهمو إليه وسيلتي

أرجو بهم أعطي غدا # بيدي اليمين صحيفتي

يا أهل بيت رسول الله حبكم # فرض من القرآن أنزله

كفاكم من عظيم القدر أنكم # من لا يصلي عليكم لا صلاة له

Keluarga Nabi adalah jalanku # Merekalah mediaku

Aku berharap dengan bermedia dengan mereka # besok dapat diberikan catatan amalku dengan tangan kananku

Wahai Ahlu Bait Rasulullah, Cinta kepada kalian # Adalah salah satu kewajiban dari Allah dalam Qur’an yang diturunkan

Cukup derajat untuk menunjukkan kemuliaan kalian # Bahwasanya orang yang tidak shalawat atas kalian, maka pahala sholatnya tidaklah sah baginya (ketika tasyahhud dalam sholat)

 

Pesan kepada Ahlu Bait

 

Menjadi seorang yang berketurunan dari seseorang yang mulia adalah sesuatu kemuliaan, terlebih apabila termasuk seorang Syarif/Sayyid dan lainnya. Namun bukan berarti terpaku oleh nasab mulia, dapat tertipu oleh nasab, karena setiap orang dapat berjuang untuk menuju kemuliaan.

Disebutkan dalam sebuah syair:

ليس الفتى من يقول هذا أبي # ولكن الفتى من يقول ه‍ا أنا ذا

Bukanlah anak muda yang berkata “Inilah ayahku”

akan tetapi sejatinya dia adalah yang berkata “Inilah aku”

Nasab bukanlah tolok ukur dalam konteks kehidupan. Namun, Ahlu bait memiliki keistimewaan yang seharusnya mereka dimuliakan dan dihormati, sebagaimana kita takzim kepada Rasulullah saw.

Imam Abdullah bin Alwi Al-Haddad menyebutkan secarik syair:

ثم لا تغتر بالنسب # لا ولا تقنع بكان أبي

واتبع في الهدى خير النبي # أحمد الهادي إلى السنن

Kemudian, janganlah engkau tertipu oleh nasab

Jangan dan jangan merasa puas dengan adanya pangkat orang tua

Ikutilah hidayahnya sebaik-sebaiknya Nabi

Ahmad sang penunjuk kepada prinsip yang benar

Maka, kewajiban bagi Ahlu Bait adalah menjauhi dari perbuatan tercela, terus berusaha agar tidak memasuki pintu kehinaan, terlebih lagi terpeleset ke dalam dunia; "Bid'ah-bid’ah haram, masuk neraka!". Na'udzu billah. Karena ini hanya dilakukan orang-orang yang tersesat, seperti Wahabi, Mujassimah, Syi'ah dan lainnya yang sangat buruk dan tidak pantas dijadikan panutan hidup.

Semoga Allah senantiasa memberikan kita keberkahan Nabi dari Ahlu Baitnya, dan kita semua selalu dijaga oleh Allah Swt. Aamiin.   

Waallahu a’lam.

 

Referensi:


Mujazul Kalam, Karya Syd. Syekh Dr. Muhammad bin Ali Ba’athiyah.

Salamatud Daroini, Karya Habib Abu Bakar Al-Adni bin Ali Masyhur.


Ditulis di Mukalla – Yaman, Juli 2020.

(*) Penulis adalah alumni Univ. Imam Syafi'i, dan saat ini sedang menempuh pendidikan S2 di Hadhramaut University.

Posting Komentar

Whatsapp Button works on Mobile Device only

Start typing and press Enter to search