Nafashadhramaut.id | Tahun ini, kuliah masih aktif seperti biasanya. Tahun-tahun kemarin beberapa hari sebelum masuk bulan Ramadhan, kuliah telah memasuki masa liburan. Gara-gara liburan panjang pasca menyebarnya covid-19 di Yaman membuat jadwal kuliah belum berakhir hingga akhir bulan Sya'ban ini. Bahkan ujian semester akan diadakan di pertengahan bulan Ramadhan. Masya Allah, semoga Allah memberikan kelancaran. Aamiin.
Jum'at lalu merupakan akhir Jum'at di bulan Sya'ban. Seperti biasanya semua mahasiswa menghadiri rutinitas mingguan itu di masjid universitas Imam Syafi'i. ketika itu, yang menjadi khotib Jum'at adalah Syekh Dr. Abdullah Bilfaqih, seorang dosen di universitas Imam Syafi'i yang sekaligus hakim di kota Mukalla. Dalam khutbahnya, beliau mengingatkan para hadirin untuk baik-baik menyambut bulan Ramadhan yang mulia ini. Berikut bunyi khutbahnya:
Wahai Hamba-hamba Allah, sesungguhnya kita memiliki di setiap bergulirnya hari-hari, pelajaran bagi seseorang yang mau mengambil pelajaran untuk menggunakan setiap detik dari kehidupannya dalam macam-macam ketaatan, dari berdzikir, shalat, selalu pergi ke masjid dan shalat berjama'ah. Karena tak seorang pun dari kita yang mengetahui kapan ajal kita tiba dan kapan kehidupan kita berakhir.
Tidak ada sesuatu yang lebih mahal dalam kehidupan ini kecuali waktu, dan tak ada nikmat yang lebih besar dalam kehidupan ini kecuali sehat dan waktu luang. Rasulullah –shallallahu 'alaihi wasallam- bersabda, "Ada dua nikmat yang mana banyak dari orang-orang yang lalai darinya, itulah nikmat sehat dan waktu luang."
Wahai Hamba-hamba Allah, akan tiba paling baiknya tamu dan paling agungnya sesuatu yang datang. Ialah bulan Ramadan. Bulan dilipatgandakan pahala, diangkatnya derajat, diampuninya dosa-dosa, dan dihapusnya kesalahan-kesalahan. Sebuah bulan yang dipenuhi dengan keberkahan, kebaikan dan dikabulkannya doa-doa. Sebuah bulan yang Allah khususkan dari seluruh bulan-bulan dengan kemuliaan, diwajibkan berpuasa untuk orang-orang mukmin dan diturunkannya al-Qur'an di dalamnya.
Nabi Muhammad menyunnahkan qiyamul lail pada bulan Ramdhan untuk umatnya. Sebuah bulan yang tak ada tandingannya. Satu kebaikan di dalamnya (Ramadhan) dibalas dengan seribu kebaikan di luar bulan Ramadhan. Satu kewajiban sama dengan tujuh puluh kewajiban di luar bulan Ramadhan bagi orang yang diterima oleh Allah.
Para salaf shalih dulu berdoa kepada Allah selama enam bulan agar mereka disampaikan ke bulan Ramadhan, dan pada enam bulan berikutnya mereka berdoa agar Allah menerima apa yang telah mereka lakukan di bulan Ramadhan. Dan di antara doa mereka adalah:
"Ya Allah, serahkan aku ke dalam bulan Ramadhan dan serahkan bulan Ramadhan untukku, dan terimalah bulan Ramadhan itu (amal-amal yang dilakukan pada bulan Ramadhan) dariku."
Begitulah para salah shalih terdahulu. Puncak kebahagiaan mereka dengan datangnya bulan Ramadhan sangatlah besar, dan kebahagiaan mereka di setiap waktu Ramadhan dan apa yang mereka lakukan di dalamnya dari amal shalih berkesinambungan dan berlanjut.
Rasulullah –sallallahu 'alaihi wasallam- bersabda ketika memberikan kabar gembira kepada para sahabatnya akan kedatangan bulan Ramadhan, "Bulan Ramadhan telah mendatangi kalian. Bulan yang berkah, di mana Allah mewajibkan kepada kalian puasa Ramadhan. Ketika itu pintu-pintu langit dibuka, ditutup pintu-pintu Neraka al-Jahim, setan-setan dibelenggu. Pada bulan itu, Allah memiliki suatu malam di mana malam itu lebih mulia dari seribu bulan. Barang siapa yang diharamkan dari kebaikan malam itu, maka sungguh dia telah diharamkan."
Dalam hadits yang lain, Rasulullah –shallallahu 'alaihi wasallam- bersabda, "Bulan Ramadhan telah mendatangi kalian yang mana bulan itu adalah pimpinan bulan-bulan. Maka selamat datang dengan kedatangannya. Bulan puasa telah tiba dengan banyak keberkahan. Maka muliakanlah dia layaknya peziarah yang akan tiba."
Wahai Hamba-hamba Allah, sesungguhnya bulan yang mendapatkan perhatian yang lebih ini pantas untuk kita sambut dengan sambutan yang baik. Kita sambut dengan sebaik-baiknya sambutan yang digunakan untuk menyambut utusan yang mulia dengan membersihkan diri dari segala macam dosa, bertaubat kepada Allah, kemudian dengan berazam untuk berpuasa serta memperbanyak melakukan kebaikan, dari shalat, sedekah, membaca Qur'an, berbuat baik kepada kerabat, mencintai sanak saudara, meskipun itu semua wajib dilakukan setiap waktu.
Dan cara penyambutannya bukan dengan mengumpulkan uang atau makanan yang paling lezat, pun bukan dengan menonton film berepisode, bukan dengan begadang dalam bermain-main dan membuang-buang waktu, karena itu termasuk perangainya orang-orang yang lalai, dan itu merupakan kerugian yang jelas.
Wahai Orang Muslim, jika kau belum mengumumkan taubatmu, maka kapan kau akan mengumumkannya? Jika kau belum membersihkan dirimu dari kehinaan maksiat, maka kau akan membersihkannya? Dan jika kau belum mengangkat kedua tanganmu kepada tuhanmu untuk memohon ampun, maka kepada siapa lagi kau akan kembali?
Wahai Hamba-hamba Allah, barang siapa yang dirahmati di bulan Ramadhan, maka dia benar-benar dirahmati. Dan barang siapa yang diusir di dalamnya, maka dia benar-benar telah diusir. Maka kesempatan Ramadhan ini apabila dilewatkan begitu saja, maka dia benar-benar telah rugi dan menyesal.
Maka dari itu, disebutkan dalam sebuah hadits bahwa Nabi Muhammad –shallallahu 'alaihi wasallam- ketika menaiki mimbar beliau bersabda, "Aamiin" tiga kali. Maka tatkala beliau ditanyai akan hal iu, beliau menjawab, "Jibril mendatangiku, lantas dia berkata, "Wahai Muhammad, barang siapa yang mendapati salah satu kedua orang tuanya, maka dia meninggal kemudian dia masuk Neraka, semoga Allah menjauhkannya dari rahmat-Nya, katakan: Aamiin!" Maka aku berkata: Aamiin.
Dia (Jibril) berkata kembali, "Wahai Muhammad, barang siapa yang mendapati bulan Ramadhan kemudian dia meninggal dan dosa-dosanya tidak diampuni lantas dia dimasukkan ke dalam Neraka, semoga Allah menjauhkannya dari rahmat-Nya, katakan: Aamiin!" Maka aku berkata: Aamiin.
Dia (Jibril) berkata kembali, "Barang siapa yang mana ketika namamu disebutkan di hadapannya, maka dia tak bershalawat kepadamu maka dia meninggal lantas masuk neraka, semoga Allah menjauhkannya dari rahmat-Nya, katakan: Aamiin!" Maka aku berkata: Aamiin."
Maka bertakwalah kepada Allah, wahai Hamba-hamba Allah, dan perlihatkanlah kebaikan dalam diri kalian, dan sambutlah bulan Ramadhan dengan taubat dan istighfar, karena kedua hal itu merupakan kunci diterimanya amal ibadah dan merupakan sebuah perantara yang paling besar bagi semua hal yang diinginkan.
Di khutbah kedua, beliau menyebutkan sebuah hadits di mana Rasulullah –shallallahu 'alaihi wasallam- bersabda,
(من صام رمضان إيماناً واحتساباً غفر له ما تقدم من ذنبه)
"Barang siapa yang berpuasa pada bulan Ramadhan karena meyakini akan kewajibannya dan mengharapkan pahala dari Allah, maka dosanya yang lampau diampuni oleh Allah."
Dan yang terakhir, semoga kita beserta keluarga dan guru-guru kita diberikan taufik dan pertolongan oleh Allah untuk beribadah dengan baik di bulan Ramadhan. Aamiin.
Ditulis oleh | Muhammad Ali Fikri
Mahasiswa tingkat 3 di Universitas Imam Syafi'i Fak. Syari'ah, Mukalla, Hadhramaut, Yaman.
Diterjemahkan dari khutbah Jum'at Syekh Dr. Abdullah bin Abi Bakar Bilfaqih, Dosen Universitas Imam Syafi'i, Mukalla, sekaligus hakim kota Mukalla.
*Mukalla, 29 Sya'ban 1442 H
Posting Komentar