Sabtu, 21 November 2020

STOP! BERHENTI KATAKAN ORANG TUA NABI KAFIR!

STOP! BERHENTI KATAKAN ORANG TUA NABI KAFIR!

Oleh : Rafsan Muammar(*)


Nafashadhramaut.id Jika Anda membuka buku Sejarah, cobalah untuk menelaah Sejarah Para Sahabat Nabi-Radhiyallahu ‘Anhum-, Pejuang islam, Murid didikan Nabi -Shallallahu ‘Alaihi wa Salam-.

 

Dengan menilik balik sejarah mereka, Anda akan menemukan banyak nilai agama, moral,dan sosial. Ada satu tokoh Quraisy bernama Ikrimah putra dari Abu Jahal yang merupakan pembenci Rasulullah -Shallallahu ‘Alaihi wa Salam-. Kisah keislamannya menarik untuk disimak.

 

Ikrimah bin Abu Jahal telah Sekian tahun memusuhi Islam, bahkan saat Fathu makkah (Hari pembebasan Mekah dari kekafiran), Ikrimah masih acungkan senjata terhadap Kaum Muslimin. Kedatangan 10.000 Kaum Muslimin ke Mekah menjadi momok menakutkan bagi penduduk Mekah, begitu pula bagi Ikrimah.

 

Setelah coba acungkan senjata, Ikrimah pergi ke Yaman melarikan diri. Di sisi lain, Ummu Hakam, Istri dari Ikrimah bin Abu Jahal, Justru menemui Rasulullah-Shallallahu ‘Alaihi wa Salam- lalu pergi menyusul suaminya membawa berita hangat bahwa Rasulullah telah memaafkan dan mengampuninya.

 

Saat Ikrimah dan Istrinya hampir tiba di Mekah, Para Sahabat berkerumun, membicarakan Sosok Abu Jahal, Tokoh Kafir Quraisy, yang merupakan Ayah dari Ikrimah. Abu Jahal diperbincangkan karena kekafiran dan kebencianya terhadap Islam.

 

Rasulullah segera datang lalu bersabda, “Ikrimah bin Abu Jahal akan datang ke tengah-tengah kalian sebagai orang beriman dan kaum muhajirin. Karena itu, janganlah kalian memaki-maki tentang ayahnya! Sebab, memaki orang yang sudah meninggal berarti menyakiti orang yang masih hidup. Sekalipun makian itu tidak dapat terdengar orang yang sudah meninggal.”

 

Cerita ini dapat kita jumpai di buku Sejarah Nabi dan Sejarah Para Sahabat, di mana Rasulullah -Shallallahu ‘Alaihi wa Salam- melarang mereka untuk mengkafirkan Abu Jahal di hadapan Ikrimah putranya. Karena hal itu dapat menyakiti hati Ikrimah, sekalipun Abu jahal Kafir, tetap saja hal itu tidak diperbolehkan oleh Nabi.

 

Lantas, Bagaimana dengan Muslim yang dengan mudahnya Mengkafirkan Ayah dan Ibu Rasulullah-Shallallahu ‘Alaihi wa Salam-? Padahal, tidak ada dalil Alquran dan Sunah yang menyatakan bahwa keduanya kafir! Tidak juga dijumpai dalam Kitab Sejarah bahwa Ayah dan Ibu Rasulullah pernah menyembah berhala! Justru sebaliknya, Sejarah menyatakan Ayah dan Ibu Rasulullah -Shallallahu ‘Alaihi wa Salam- bertauhid!

 

Pantas saja ketika datang seseorang bertanya kepada Imam Qurtubi tentang bagaimana nasib orang yang mengkafirkan Ayah dan Ibu Rasulullah, Imam Qurtubi menjawab, “ Orang tersebut mendapat laknat Allah." Karena siapa pun yang mengatakan bahwa Ayah dan Ibu Nabi termasuk tokoh Kafir Quraisy, telah menyakiti Rasulullah-Shallallahu ‘Alaihi wa Salam-.

 

Allah –‘Azza wa jalla- telah mengancam orang yang telah menyakiti Rasulullah akan mendapat laknat dan murka-Nya. Allah Berfirman :

 

إِنَّ الَّذِينَ يُؤْذُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُۥ لَعَنَهُمُ اللَّهُ فِى الدُّنْيَا وَالْأَاخِرَةِ وَأَعَدَّ لَهُمْ عَذَابًا مُّهِينًا

 

“ Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya, Allah melaknatnya di dunia dan di akhirat, dan menyediakan azab yang menghinakan mereka.” ( Al-Ahzab: 57 ).

 

Jika tidak ingin mendapatkan laknat Allah dan Murka-Nya, maka berhentilah mengatakan dan menghukumi bahwa Ayah dan Ibu Rasulullah-Shallallahu ‘Alaihi wa Salam- merupakan orang Kafir dan layak masuk ke Neraka! Abu Jahal saja yang kekafirannya telah jelas dan nyata, tidak diizinkan oleh Nabi untuk dikafirkan di hadapan putranya, Ikrimah. Sebab, hal tersebut dapat menyakiti Ikrimah yang saat itu masih hidup.

 

Gunakanlah lisan kita untuk berdzikir kepada Allah dan bersolawat kepada Rasul-Nya. Hal itu lebih bermanfaat bahkan sangat dianjurkan Agama daripada digunakan untuk menyakiti Rasulullah-Shallallahu ‘Alaihi wa Salam-.

 

Semoga kita dijadikan oleh Allah sebagai orang-orang yang pandai menjaga Lisan. Dan dijauhkan dari lembah kesombongan. Aamiin.

 

Lihat kitab Mujazul Kalam, karya Syekh Muhammad bin Ali Ba’atiyah.


Ditulis di Mukalla – Yaman, Agusutus 2020.

(*) Penulis adalah alumni Univ. Imam Syafi'i, dan saat ini sedang menempuh pendidikan S2 di Hadhramaut University.

Posting Komentar

Whatsapp Button works on Mobile Device only

Start typing and press Enter to search