Rabu, 16 November 2022

Sayyidi Syeikh Dr. Muhammad bin Ali Ba'athiyah: Jelaskan Kelebihan Umat Nabi Muhammad saw.

 


Nafashadhramaut.id | Lombok, (12/11/2022), Sayyidi Syeikh Muhammad bin Ali Ba'atiyah mengunjungi Pesantren Darul Istiqomah NWDI yang berada di Kp. Montong Berung, Lepak Timur, Kec. Sakra Tim, Kabupaten Lombok Timur, di bawah asuhan Ust. Ishlahul Wathon, kakak dari Ust. Sya'roni alumni Univ. Imam Syafi'i.

Kunjungan kali ini merupakan agenda safari dakwah yang kian rutin dilakukan demi menjalin hubungan baik antar Hadhramaut – Indonesia. Berada di bawah naungan organisasi RAWI (Rabithah Al-Atha Wal Irfan) wadah alumni Universitas Imam Syafii, Mukalla-Hadramaut yang berada di Indonesia.

Sesampainya di PP. Darul Istiqomah, Sayyidi Syeikh dan kru yang mendampingi mendapat perlakuan dan sambutan hangat. Tidak ingin melewatkan kesempatan, pihak pondok pun mengadakan acara muhadharah bagi seluruh santri dan masyarakat sekitar.

Acara tersebut diawali dengan lantunan ayat suci Al-Qur'an, pembacaan sholawat, lalu disambung dengan sambutan pimpinan pondok pesantren. Dalam sambutannya, beliau mengucap rasa syukur dan merasa bahagia, sebab Sayyidi Syeikh sebagai tokoh terkemuka di Hadramaut sudi meluangkan waktunya untuk datang ke beberapa pondok di Indonesia.

Tak ingin berlama-lama, akhirnya para kyai pondokpun memberikan kesempatan kepada Sayyidi Syeikh untuk menyampaikan nasihat dan ilmu.

Mengawali untaian perkataannya, Sayyidi Syeikh Muhammad bin Ali Ba'atiyah menyebutkan salah satu keniscayaan mencintai Rasulullah Saw adalah dengan mencintai kaum dan suku tempat beliau dilahirkan, dan kita sebagai umatnya tentu patut bersyukur atas anugerah yang telah Allah berikan. Keniscayaan ini tidak memandang aspek pribadi atau golongan, tetapi semata-mata karena aspek hakikat. Sebab, hakikat suatu umat adalah menjadi pengikut Nabi Muhammad Saw dan semua kehormatan serta kemuliaan berasal darinya.

Perlu diperhatikan, topik yang disampaikan beliau kali ini berkaitan dengan keutamaan dan keistimewaan umat Nabi Muhammad Saw, berbeda dengan umat-umat sebelumnya. Tentu kita tahu, bahwa kemuliaan ini tak luput dari peran dan sosok yang sangat mulia, beliau-lah yang namanya termaktub di Arsynya Allah swt, tertulis di pintu-pintu surga, di pepohonan- pepohonannya, bahkan cahaya beliau telah lama ada jauh sebelum Nabi Adam diciptakan.

Berbagai keistimewaan Nabi Muhammad Saw telah menjadikan umat-Nya mulia dan memiliki kedudukan di sisi Allah swt. Mengingat hal ini, akhirnya Sayyidi Syekh Muhammad Ba'atiyah pun menuturkan bahwa seluruh dosa umat Nabi Muhammad saw akan ditutupi dari pandangan manusia, tidak halnya semasa zaman Bani Israil, ketika ada salah satu dari mereka bermaksiat maka tertulis di jidatnya bahwa dia "pezina" atau tertulis di pintu-pintu rumahnya.

Menukil sebuah hadist yang tertera dalam kitab Shahih Bukhari Muslim, beliau menyebutkan,

عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: قال النبي صلى الله عليه وسلم: (( كلّ أمتى معافى إلا المجاهرين، وإن من المجاهرة أن يعمل الرجل بالليل عملا، ثم يصبح وقد ستره الله عليه، فيقول: يا فلان، عملت البارحة كذا وكذا، وقد بات يستره ربه، ويصبح يكشف ستر الله عنه)).

Dari Abi Hurairah ra berkata, Nabi Muhammad saw bersabda: "Setiap dari umatku akan diampuni kecuali mereka yang bermaksiat secara terang-terangan, dan termasuk dari kategori tersebut ialah seorang lelaki yang melakukan maksiat di malam hari, kemudian saat pagi tiba Allah swt telah menutup aibnya dari pandangan manusia. Lantas ia malah berkata kepada yang lain: Wahai fulan, tahukah engkau semalam aku telah berbuat ini dan ini? Sedangkan pada saat itu Allah telah menutup aibnya, dan kini ia membukakan aibnya sendiri terhadap orang lain."

Seorang muslim juga lazim menganggap bahwa kemuliaan Nabi tak terhenti oleh ruang dan waktu, beliau merupakan orang yang dimintai syafaatnya oleh Nabi Adam as ketika dirinya diusir dari surga ke bumi akibat tergiur dengan rayuan syaitan. Masa demi masa berlalu, namun pengampunan Allah swt masih saja tak datang. Hingga suatu masa, Nabi Adam minta pengampunan dengan menyebut nama Muhammad saw, di saat itu pula-lah Allah menuangkan rahmat-Nya.

Dalam kitab Tafsir Al-Alusiy, Sayyidi Syeikh mengabarkan bahwa Nabi Adam memanjatkan do'a kepada Allah swt agar dipertemukan dengan Nabi Muhammad saw, seraya berkata, "Ya Allah, Sungguh Aku rindu dengan keturunanku yang akan menjadi kekasih-Mu kelak, pertemukanlah aku dengannya!" Lantas Allah menjawab, "Dekatkanlah kedua ibu jarimu, lalu usapkan di kedua bola matamu!", Nabi Adam pun lakukan hal itu dan benarlah ia melihat keindahan rupa dan wujud Nabi Muhammad saw di antara dua ibu jariNya.

Jika kita hendak meneliti, umur umat Nabi Muhammad Saw sangatlah pendek dan singkat ketimbang umur umat nabi terdahulu yang terkadang mencapai hingga ratusan bahkan ribuan tahun. Namun demikian, pahala yang diraih oleh umat Nabi ini kian berlimpah berkali-kali lipat, bayangkan saja 1 kebaikan dibalas dengan 10 pahala, kemudian dikalikan dengan 700 kali pahala kebaikan lainnya.

Sayyidi Syekh juga memaparkan, bahwa ulama umat Nabi Muhammad Saw memiliki kedudukan yang sama dengan nabi-nabi terdahulu. Adapun rujukan dalil yang menunjukkan hal ini ialah perkataan Nabi saw: "Ulama adalah pewaris para Nabi", dan ulama yang dimaksud di sini ialah ulama yang berasal dari umat Nabi Muhammad saw.

Al-kisah, Nabi Musa a.s pernah berjumpa dengan Nabi Muhammad Saw, di saat itu pula Nabi Musa bertanya kepada Nabi Muhammad Saw, "Wahai Muhammad, apakah benar apa yang kamu ucapkan bahwa ulama umat-Mu setara dengan nabi-nabi dari Bani Israil?

"Ya benar, kecerdasan ulama umatku sama seperti nabi Bani Israil". "Tunjukkanlah kepadaku", ucap Nabi Musa.

Lantas Nabi Muhammad saw menunjuk seseorang yang ada di sekitarnya.

Nabi Musa bertanya, "Wahai Fulan, siapakah namamu?"

"Namaku adalah Muhammad bin Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali" jawabnya.

"Aku hanya bertanya namamu, mengapa engkau menyebut nama ayah juga kakekmu? Begitu pula nama qabilahmu, bukahkah itu adab yang buruk?

"Wahai Kalimullah .. Bukahkah engkau juga melakukan hal yang sama ketika ditanya oleh Allah?

وما تلك بيمينك يا موسى. قال هي عصاي أتوكأ عليها وأهش بها على غنمي ولي فيها مآرب أخرى.

Apakah itu yang di tangan kananmu hai Musa? Berkata Musa: "ini adalah tongkatku, aku bertelekan kepadanya, dan aku pukul (daun) dengannya untuk kambingku, dan bagiku ada lagi keperluan yang lain padanya."

Sontak, Nabi Musa pun terdiam, tertegun akan jawaban Imam Ghazali dan mengakui keilmuan ulama umat Nabi Muhammad saw.

Begitulah, semakin terlihat jelas bahwa umat Nabi Muhammad Saw menyandang kedudukan tinggi di sisi Allah swt. Keistimewaan itu didorong oleh banyaknya kemuliaan yang diraih oleh Nabi Muhammad saw.

*Ikuti info terbaru mengenai dakwah Sayyidi Syeikh di Indonesia pada media berikut ini:*

@rawi.indonesia

@nafas_hadhramaut

@uis_ye

www.nafashadhramaut.id

 

 


Posting Komentar

Whatsapp Button works on Mobile Device only

Start typing and press Enter to search