Alhamdulillah, beberapa waktu silam bersama kita telah melewati
momen-momen istimewa dalam kalender Islam, seperti Muharram, Rabi'ul Awwal,
Rabi'ul Akhir, dan bulan lainnya.
Pada saat ini, dengan izin Allah Swt kita telah memasuki bulan yang
agung, bulan yang didalamnya menyimpan peristiwa yang luar biasa, yang mana
peristiwa tersebut merupakan kemuliaan bagi Nabi kita Muhammad saw, yaitu
peristiwa Isra' Mi'raj yang bertepatan pada tanggal 27 Rajab.
Tentunya di balik peristiwa Isra' Mi'raj, terdapat banyak sejarah,
hikmah, dan lainnya, mulai dari perjalanan Nabi saw ketika Isra' menuju Masjid
Al-Aqsa Palestina, maupun Mi'raj menuju Sidratul Muntaha dan berjumpa dengan
Allah Swt, lalu bagaimana kisah dan sejarah peristiwa Isra Mi'raj? adalah
sebagai berikut:
A. Riwayat Isra Mi'raj Nabi Muhammad saw.:
Ketahuilah, bahwa tiada perbedaan pendapat antar para ulama dalam
peristiwa Isra yang dialami Nabi saw, karena hal itu sesuai dengan ayat
Al-Qur'an secara keseluruhan, adapun secara detail / terperinci bersumber dari
hadist-hadist dan penjelasannya yang diriwayatkan oleh para sahabat baik dari
kalangan lelaki maupun perempuan.
Al-Imam Al-Hatimi As-Sufiy mengatakan bahwa peristiwa Isra terjadi
sebanyak 30x, dengan menjadikan segala kejadian yang dialami adalah Isra. Para
ulama sepakat bahwa Isra terjadi setelah Nabi saw diutus menjadi Rasul, dan
Isra yang di maksud adalah Isra dengan jasad dan dalam keadaan sadar.
Hal ini tentunya tidak kontradiksi / bertentangan dengan hadist
yang diriwayatkan Imam Bukhari dari sahabat Anas bin Malik bahwa, "Isra
terjadi sebelum diturunkannya wahyu" karena Isra pada saat itu dalam
keadaan tak sadar (dengan ruh) dan Isra ini sebagai pengantar dan kemudahan
baginya, sebagaimana permulaan kenabian dengan penglihatan yang benar.
As-Syekh Abdul Wahab As-Sya'raniy mengatakan bahwa Isra yang
dialami oleh Nabi saw sebanyak 34x, satu kali dengan jasad dan selebihnya
dengan ruh, dan Isra yang dialami dengan jasad terjadi pada malam 17, ada yang
mengatakan malam 27 selain bulan Rabi'ul Awwal, ada juga pendapat lain pada
malam 29 selain bulan Ramadhan, ada juga pada malam 27 selain bulan Rabi'ul
Akhir, ada yang mengatakan Rajab dan pendapat ini dipilih oleh Al-Hafidz Abdul
Ghani Al-Maqdisiy dan diamalkan oleh masyarakat secara umum, ada juga yang
mengatakan pada bulan Syawwal, juga bulan Dzulhijjah.
Dari sekian banyak Isra yang terjadi perkataaan Syekh Abdul Wahab
tidak bisa ditetapkan bahwa semua Isra terjadi pada malam yang terdapat khilaf
(perbedaan pendapat), telitilah. Hal itu terjadi setahun sebelum Nabi saw,
pendapat ini yang diyakini Ibn Hazm, ada yang mengatakan 2 tahun sebelum
hijrah, ada juga 3 tahun. Intinya Isra Mi'raj terjadi setelah keluarnya Nabi
saw menuju Thaif, Ibn Ishaq mengatakan Isra Mi'raj terjadi sebelum keluarnya
Nabi saw menuju Thaif.
Para ulama juga berbeda pendapat terkait hari keluarnya Rasulullah
saw untuk Isra, ada yang mengatakan hari Jum'at, ada juga hari Sabtu, Ibn
Dihyah berkata, "Insya Allah Isra terjadi pada hari Senin, agar sesuai
dengan hari ketika Nabi saw lahir, diutus menjadi Rasul, hijrah ke Madinah, dan
wafatnya. Karena Nabi Muhammad saw dilahirkan pada hari Senin, diutus menjadi
Rasul pada hari Senin, wafat pada hari Senin, hijrah dari Mekkah menuju Madinah
hari Senin, sampai di Madinah hari Senin, dan wafatnya pun pada hari Senin.
Lalu, apa hikmah dibalik peristiwa Isra' menuju Baitul Maqdis
kemudian sampai ke langit ke 7? apakah Rasul saw melakukan Isra' dari Masjidil
Haram lalu sampai ke langit ke 7? Pertama, "Nabi saw pada malam itu
mengumpulkan pandangan yang dilihat antara 2 kiblat (Masjidil Haram dan Masjidil
Aqsa) kedua, "Karena Baitul Maqdis tempat singgah para Nabi sebelum Rasul
saw, akhirnya Rasul saw bersinggah di sana untuk mengumpulkan berbagai
keutamaan, ketiga, "Menjadi tempat berkumpulnya umat manusia, dan
mayoritas pendapat yang sepakat bahwa malam tersebut menyerupai keadaan alam
akhirat, dan peristiwa Isra termasuk ke dalam keadaan tersebut.
Kemudian, apakah malam Isra adalah malam Mi'raj juga, atau keduanya
berbeda? Ibn Dihyah berkata, "Al-Imam Bukhari lebih cenderung bahwa
keduanya berbeda, karena beliau mengkhusukan pembahasan terkait keduanya,
perkataan ini dikembalikan oleh Ibn Dihyah bahwa dari sebab tersebut tiada
dalil yang menunjukan bahwa keduanya berbeda, di permulaan bab shalat nampak
jelas akan persamaannya, karena beliau menulis, "Bab bagaimana kewajiban
melaksanakan shalat pada malam Isra, sedangkan shalat diwajibkan pada malam
Mi'raj, dari hal ini nampak akan persamaanya menurut Ibn Dihyah, dan di masalah
perlu sedikit teliti.
Dalam masalah ini, para ulama terdahulu berbeda pendapat, di antara
mereka ada yang mengatakan, "Bahwa Isra dan Mi'raj terjadi pada satu malam
dalam keadaan sadar dengan jasad dan ruh dan setelah diutus menjadi Rasul, dan
pendapat ini yang diambil oleh mayoritas dari ulama hadist, fiqih, dan aqidah.
Kedua, ada juga yang berpendapat bahwa Isra terjadi pada satu
malam, dan Mi'raj di malam yang lainnya.
Ketiga, bahwa Isra' dan Mi'raj terjadi dua kali, pertama dalam
keadaan mimpi sebagai pembuka untuk Isra berikutnya, dan yang kedua dalam
keadaan sadar, pendapat lain mengatakan bahwa Isra dalam keadaan sadar,
sedangkan Mi'raj dalam mimpi / tak sadar, pendapat yang mengatakan bahwa Isra
pada satu malam, Mi'raj di malam lainnya dan keduannya terjadi dalam keadaan
sadar, mereka katakan, "Isra yang pertama kembali dari Baitul Maqdis, pada
pagi harinya Nabi saw memberi kabar kepada kaum Quraisy dari kejadian yang
telah terjadi.
Keempat, mengatakan bahwa Mi'raj terjadi berkali-kali, di antara
mereka adalah Al-Imam Abu Syamah dan yang lainnya mengikuti pendapat beliau
dengan menjadikan Hadist yang dikeluarkan Al-Bazzar dan Said Al-Mansur melewati
perantara Abi Imran Al-Juwaini dari Sahabat Anas radiyAllahu 'anhu bahwa Nabi
saw bersabda, "Ketika aku sedang duduk, Malaikat Jibril a.s datang
kepadaku dan menohok di antara dua pundakku, kami pun berdiri menuju batu
seperti sarang / tempat burung, aku pun duduk di antara keduanya, dan Malaikat
Jibril a.s pun duduk di tempat yang lain, Nabi pun naik sampai ke tempat yang
tinggi sampai menutupi timur dan barat, aku dibukakan pintu dari pintu-pintu
langit, dan aku melihat cahaya yang luar biasa, ada pendapat: “Nampaknya
kejadian ini terjadi di Madinah.”
B. Kisah / Peristiwa Perjalanan Isra' Mi'raj Nabi Muhammad saw.:
Hudbah bin Khalid telah meriwayatkan kepada kami begitu juga dengan
Hummam bin Yahya dan Qatadah dari Sayyidina Anas bin Malik dari Malik bin
Sa'sa'ah r.a. Ia memberi kabar bahwa Nabi saw menceritakan kepada mereka
kejadian Isra yang beliau alami ketika beliau berada di kota Hatim atau kota
Hijr (Dua kota di Madinah) dalam keadaan berbaring, datanglah kepadanya
seseorang dan membelah dada Nabi Muhammad saw., Nabi pun berkata kepada Jarud
yang saat itu berada di sampingnya, Jarud berkata terbelahnya dada Nabi saw di
bagian dada sampai di bawah leher, dan ada juga yang mengatakan hingga bagian
rambut beliau.
Setelah itu hati Nabi saw dikeluarkan lalu dimasukkan ke dalam
suatu wadah yang terbuat dari emas dan dipenuhi dengan suatu rohani yaitu iman,
di dalam wadah itu hati beliau disucikan, pada saat kejadian tersebut beliau
dalam keadaan tak sadar setelah kejadian itu selesai beliau kembali dalam
keadaan sadar.
Lalu aku didatangi suatu kendaraan yang ukurannya tidak lebih besar
dari seekor keledai juga tidak lebih kecil dari seekor kuda dan berwarna putih,
Jarud pun berkata kepada Nabi saw, "Itu adalah Buraq wahai aba
Hamzah" Sayyidina Anas berkata, "Ya, itulah buraq yang kecepatannya
secepat kedipan mata".
Nabi saw pun akhirnya mengendarai buraq tersebut dan pergi bersama
dengan Malaikat jibril a.s. menuju pintu langit pertama, Malaikat jibril pun
mengetuk pintu, lalu ditanya, "Siapa ini"? beliau menjawab,
"Jibril", ditanya kedua kalinya,"Siapa yang bersamamu"? ia
berkata, "Nabi Muhammad", apakah ia telah diutus menjadi Rasul?
beliau berkata,"Ya, ia telah diutus menjadi seorang Rasul, lalu terdengar
suara, "Selamat datang untuknya (Untuk Nabi saw) dengan penuh kegembiraan.
Ketika pintu tersebut dibuka untukku berjumpalah diriku dengan Sayyidina Adam
a.s. dan Malaikat Jibril berkata, "Ini ayahmu Adam, berikan salam
kepadanya". Aku pun memberi salam dan beliau kembali menjawab salamku dan
berkata, "Selamat datang wahai anak dan Nabi yang shaleh".
Setelah kejadian tersebut selesai beliau dengan Malaikat Jibril a.s
kembali naik dan sampai pada pintu langit kedua lalu mengetuk pintu dan
ditanya, "Siapa ini"? beliau menjawab, "Ini Jibril" dan
siapa yang sedang bersamamu? beliau menjawab, "Nabi Muhammad", apakah
ia telah diutus menjadi seorang Rasul? beliau menjawab, "Ya, ia telah diutus".
Setelah itu Terdengar panggilan, "Selamat datang untuknya" (Dengan
penuh kegembiraan). Ketika pintu dibuka untukku lalu aku memasukinya
berjumpalah diriku dengan kedua Nabi dan Rasul yaitu Isa dan Yahya. Aku pun
mengucapkan salam atas keduanya dan keduanya pun menjawab salamku dan berkata,
"Selamat datang wahai saudara dan Nabi yang shaleh".
Kemudian aku pun kembali meneruskan perjalanan menuju langit ketiga
bersama Malaikat Jibril a.s. dan mengetuk pintu, lalu ditanya dengan pertanyaan
yang sama,"Siapa ini"? beliau menjawab "Jibril" ditanya
lagi, "Siapa yang bersamamu"? bersamaku "Nabi Muhammad
saw", apakah ia telah diutus menjadi Rasul? Ya, ia telah diutus menjadi
Rasul. Terdengar suara seraya memanggil, "Selamat datang dengan penuh
kegembiraan", dan ketika aku memasukinya bertemulah diriku dengan Nabi
Yusuf a.s. aku pun mengucapkan salam kepadanya dan ia menjawab seraya berkata,
"Selamat datang wahai saudara dan Nabi yang shaleh".
Perjalanan dari langit ke tiga pun telah selesai, beliau kembali
meneruskan perjalanannya menuju langit keempat, ketika sampainya di langit
tersebut dan mengetuk pintu beliau pun kembali ditanya, "Siapa ini"?
Jibril, "bersama siapa engkau datang"? Nabi Muhamamad saw, apakah ia
telah diutus menjadi Rasul? Ya, ia telah diutus menjadi Rasul, pintu pun dibuka
dan ketika aku memasukinya bertemulah dengan Nabi Idris a.s. Aku ucapkan salam
kepadanya dan ia pun menjawab, "Selamat datang wahai saudara dan Nabi yang
shaleh".
Keduanya kembali meneruskan perjalanan dan sampailah pada langit
kelima lalu mengetuk pintu dan kembali ditanya, "Siapa ini" Jibril.
"Bersama siapa engkau datang"? Bersamaku Nabi Muhammad saw,
"Apakah wahyu telah diturunkan baginya"? Ya, dan terdengar suara,
"Selamat datang dengan penuh kegembiraan. Ketika aku memasukinya
bertemulah diriku dengan Nabi Harun a.s. Malaikat Jibril berkata, "Ini
adalah Harun ucapkan salam kepadanya", aku pun memberi salam kepadanya dan
ia pun menjawab salamku seraya berkata, "Selamat datang wahai saudara dan
Nabi yang shaleh".
Perjalanan pun kembali diteruskan dan sampailah di langit keenam,
Malaikat Jibril mengetuk pintu dan kembali ditanya, "Siapa ini"?
Jibril, "bersama siapa engkau datang"? Bersamaku Nabi Muhammad saw,
"Apakah ia telah diutus"? Ya, ia telah diutus, terdengar suara "Selamat
datang dengan penuh kebahagiaan", ketika aku memasukinya aku pun bertemu
dengan Nabi Musa a.s. Malaikat jibril memerintahkannya untuk mengucap salam,
beliau pun mengucapkan salam dan Nabi menjawabnya seraya berkata, "Selamat
datang wahai saudara dan Nabi yang shaleh".
Pada saat Rasul saw melewati langit keenam, Nabi musa a.s. pun
tersedih dan ditanya, "Apa yang membuat engkau sedih wahai
NabiyAllah"? beliau menjawab, "Aku bersedih karena ada seseorang yang
diutus setelahku dan umatnya lebih banyak memasuki surga dibandingkan dengan
umatku.
Pada akhirnya perjalanan pun mulai menuju puncaknya, Malaikat
Jibril a.s. dan Nabi Muhammad saw naik sampai langit ketujuh, ketika sampai
kembali ditanya dengan pertanyaan di langit-langit sebelumnya, beliau pun masuk
dan bertemu dengan Nabi Ibrahim a.s. Malaikat Jibril berkata, "Ini ayahmu
Ibrahim a.s. ucapkan salam kepadanya", Rasul pun mengucapkan salam dan
Nabi Ibrahim a.s. menjawab salamnya seraya berkata, "Selamat datang wahai
anak dan Nabi yang shaleh".
Akhirnya Rasul saw. naik menuju Sidratul Muntaha, tumbuhan dan
pepohonan di dalamnya begitu besar dan luas, dan besar daun-daunya seperti
telinga gajah, Malaikat Jibril pun berkata, "Inilah Sidratul Muntaha, yang
di dalamnya terdapat empat sungai, dua sungai terlihat nampak (Di dunia) dan dua
lainnya tak terlihat (Berada di Surga), Rasul pun bertanya kepada Malaikat
Jibril, "Sungai apa ini wahai Jibril"? Malaikat Jibril menjawab,
"Adapun sungai yang nampak adalah Nil dan Eufrat, dan dua lainnya berada
di Surga".
Setelah kejadian tersebut Rasul saw pun diangkat menuju Baitul
Ma'mur dan diberikan suatu wadah yang berisi anggur susu dan madu, Rasul saw
mengambil wadah yang berisi susu dan Malaikat Jibril berkata, "Inilah
Fitrah (Kesuciaan) atas engkau dan juga umatmu.
Kemudian diwajibkanlah bagi Rasul saw sholat selama 50 waktu dalam
sehari semalam, akhirnya Rasul saw pun kembali dan ketika dalam perjalannya
beliau melewati Nabi Musa a.s. dan bertanya kepada Rasul, "Apa telah yang
telah diwajibkan bagimu"? Rasul menjawab, "Aku diwajibkan sholat 50
waktu dalam sehari semalam".
Nabi Musa a.s. berkata, "Sungguh umatmu tak akan mampu sholat
50 waktu dalam sehari semalam, Demi Allah aku telah mencoba hal tersebut
terdahap umat sebelum engkau dan aku telah memperbaiki Bani Israil dengan sebenar-benar
mungkin, kembalilah dan meminta keringanan untuk umatmu.
Dengan perintah Nabi Musa a.s. Rasul saw akhirnya kembali kepada
Allah Swt dan meminta keringanan, dan diberikan keringanan dengan 40 rakaat
lalu kembali dan Nabi Musa a.s. berkata, "Umatmu masih belum mampu".
Beliau pun kembali meminta keringanan dan diberikan dengan jumlah 30 rakaat
ketika kembali kepada Sayyidina Musa a.s. beliau berkata dengan perkataan yang
sama. Rasul pun kembali meminta keringanan untuk umatnya dan diberikan 20 rakaat,
ketika kembali Nabi Musa a.s. berkata, "Umatmu belum sanggup". Rasul
kembali meminta keringanan untuk umatnya dan diberikan 10 rakaat, Nabi Musa
a.s. masih mengatakan hal yang sama. Rasul kembali yang kesekian kalinya dan
diberikan keringanan dengan 5 waktu sholat dalam sehari semalam dan Nabi Musa
a.s. masih mengucapkan kalimat yang sama, "Umatmu belum sanggup untuk hal
tersebut". Aku telah mencoba hal ini terhadap Bani Israil dan memperbaiki
mereka dengan sebaik-baik mungkin, mintalah keringanan kepada Allah Swt untuk
umatmu.
Nabi saw berkata kepada Sayyidina Musa a.s., "Aku telah
meminta banyak keringanan dengan Tuhanku wahai NabiyAllah sampai aku malu, akan
tetapi aku rela dan menerimanya. Ketika Rasul saw telah melewati Nabi musa a.s.
terdengar suara panggilan, "Aku telah diberikan kemudahan dalam kewajiban
yang telah Ku-berikan dan juga keringanan terhadap hamba-hamba-Ku. [Wallahu
‘A’lam]
Referensi:
-'Umdatul Qaariy Syarh Shahih Al-Bukhari, Juz: 17, Hal: 25-29, Cet:
Dar Al-Kutub Al-Ilmiah, Karya: Al-Alamah Badruddin Mahmud bin Ahmad Al-'Ainiy.
-As-Sirah Al-Halabiyah, Juz: 1, Hal: 514-515, Cet: Dar Al-Kutub
Al-Ilmiah, Karya: Abi Farj Al-Alamah Ali bin Ibrahim Al-Halabi As-Syafi'i.
Penulis: @matin_assyatiri
Editor: @gilang_fazlur_rahman
Layouter:
@najibalwijufri
Terus dukung
dan ikuti perkembangan kami lewat akun media sosial Nafas Hadhramaut di;
IG • FB • TW •
TG | Nafas Hadhramaut • Website | www.nafashadhramaut.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar