Mukalla (13/02), Nafas Hadhramaut - Tepatnya pada hari Senin pagi Buya Yahya dan jama’ah umrohnya kembali
mengunjungi Universitas Imam Syafi’i guna melihat tempat serta aktivitas kegiatan belajar mengajar para mahasiswa.
Perlu diketahui Universitas Imam Syafi’i menerapkan peraturan pondok pesantren yang
membatasi para pelajar untuk keluar wilayah Universitas dan menggunakan barang elektronik. Kampus ini terletak di pesisir pantai kota Mukalla, Jl. Nurul Huda, Ibnu
Sina, Mukalla, Hadhramaut. Seluruh mahasiswa berjumlah 174
orang. Mayoritas santri berasal dari Indonesia. Di antaranya berasal dari Pondok Pesantren Al-Bahjah. Selain bersilaturahmi Buya Yahya
juga ingin melihat anak didik beliau yang umumnya belajar di Universitas Imam
Syafi’i.
Hingga saat ini, minat para pelajar Indonesia untuk meneruskan pendidikannya di
Universitas Imam Syafi’i terus meningkat, sehingga Sayyidi Syeikh harus membangun sebuah gedung yang berukuran besar guna menampung para mahasiswa yang semakin bertambah banyak. Selain itu, Saayidi Syeikh juga sedang membangun gedung
untuk pelajar madrasah Ibtidaiyah dan Tsanawiyah.
Tempat pertama yang dilihat Buya Yahya dan
jama’ah umrohnya adalah gedung baru, Kemudian semuanya memasuki audiotorium, perpustakaan,
masjid, Asrama dan tempat-tempat lainya.
Sebelum sholat dzuhur Buya Yahya dan
jama’ah umroh memasuki ruangan khusus Sayyidi Syeikh. Di dalamnya para jama’ah mendapat siraman rohani berupa mau’izhoh hasanah yang disampaikan langsung oleh Sayyidi Syeikh.
Salah satu jama’ah pun diberi kesempatan
untuk bertanya, “Sayyidi, kami minta bimbingan dan nasehat terhadap zaman yang
penuh dengan pencitraan, dalam artian, yang hak dan batil, yang ikhlas dan
riya tipis bedanya. Semuanya abu-abu. Terkhusus setelah menyebarnya teknologi
sosial yang kian canggih ini, maka kiat-kiat apa yang bisa kami pegang
agar mampu mencapai kualitas ibadah seperti orang-orang terdahulu?”
Kesimpulannya beliau mengatakan bahwa kita
perlu lebih berhati-hati dalam menggunakan sosial media. Karena hal itu
memiliki pengaruh dalam kehidupan sehari-hari. Orang-orang dahulu jika berjalan
melintasi suatu tempat ternyata di depannya terdapat pasar, ia rela mengambil
jalan lain walau pun lebih jauh, karena menghindari dari kata-kata buruk yang
ada di pasar.
Sebelum internet ini tersebar sedemikian
rupa Habib Husein bin Ahmad Al-Kaff pernah berkata, “Aku takut jika pendidikan
Nasrani akan memasuki rumah-rumah umat muslim melalui jendela rumah mereka.”
Hal ini terbukti. Kini ideologi mereka
dengan mudah masuk ke rumah-rrumah kita hanya dengan
melalui handphone yang kita pegang sekarang. Maka orang tua harus lebih perhatian dengan
anak-anaknya. Pastinya dengan memperbaiki akhlak mereka terlebih dahulu. Karena
ia akan menjadi contoh bagi anak-anaknya.
Buya Yahya pun mengatakan bahwa Universitas ini adalah salah satu cara untuk membentengi anak-anak
kita. Karena walau pun lembaga ini berupa Universitas ia juga tetap mempertahankan nilai-nilai ke-pesantrenan.
Yakni, kegiatan belajar mengajar serba ketat, keluar
kampus dan penggunaan alat elektronik sangat terbatas. Namun, disis lain Universitas ini juga
sangat memperhatikan adab para mahasiswanya, karena itu adalah hal yang paling utama.
Sebelum acara berakhir, Sayyidi Syeikh memberikan kesempatan sangat mulia untuk para hadirin, beliau mengabarkan bahwa telah diberikan amanah untuk menyimpan rambut
Rasulullah saw., maka pada kesempatan itu pula para jama’ah
dipersilahkan untuk mencium rambut Rasulullah saw.
Lantunan Qasidah ‘Tola’al Badru’ terdengar
merdu. Penciuman itu pun dimulai dari Sayyidi Syeikh kemudian Habib Ali bin Abdillah Al-Hamid, Buya Yahya dan para
hadirin. Suara tangis pun memecah. Rasa rindu tak bisa membohongi mata. Isakan
tangis dan cucuran air mata adalah bukti rasa cinta tersebut.
Usai mencium rambut para jama’ah
menyediakan banyak botol air dengan tutup terbuka, agar didoakan oleh Sayyidi
Syeikh Muhammad bin Ali Ba’atiyah dan
Al-Munshib Al-Habib Ali bin Abdillah Al-Hamid.
Acara ini ditutup dengan doa. Buya Yahya dan para jama’ah bersalaman serta pamit untuk berpindah silaturahmi ke kediaman Habib Abdullah Baharun selaku
rektor Universitas Al-Ahgaff tempat Buya Yahya belajar dahulu. (AAA)
Penulis: @adoeel_19
Editor: @gilang_fazlur_rahman
Layouter:
@najibalwijufri
Terus dukung
dan ikuti perkembangan kami lewat akun media sosial Nafas Hadhramaut di;
IG • FB • TW •
TG | Nafas Hadhramaut
Website |
www.nafashadhramaut.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar