Jumat, 20 Januari 2023

“Hakikat Cinta dan Berometernya” Oleh: Subhan Fauzi (Mahasiswa Tingkat Dua, Fakultas Syariah, Universitas Imam Syafi’i)

 


Pagi itu saat matahari belum terlihat kembali dan gelap pun masih menyelimuti bumi, merasa hidup ini sulit untuk dimengerti. Entah apa yang ada pada benak ini, awal tahun kali ini tidak begitu berpengaruh, berbeda dengan tahun-tahun sebelum, yang mana semangat selalu tumbuh tatkala tahun berganti. Akan tetapi tiba-tiba semangat itu tumbuh kembali tatkala teringat dengan kalam hukama yang terdengar dari salah satu guru, beliau berkata:

" أن يوم المتفوق خير من أمسه وأن غده خير من يومه "

“Sesungguh hari ini bisa dikatakan beruntung, jika lebih baik hari hari kemarin, dan hari esok lebih baik dari hari ini.

 

Begitupun dengan tahun baru ini, yang mana harus lebih baik dari tahun sebelumnya agar bisa menjadi tahun yang penuh dengan keberuntungan, dari situlah muncul semangat baru untuk memulai hari.

 

Pada hari itu, di tengah pelajaran, seorang dosen bercerita dengan ciri khasnya yang membuat semua mahasiswa yang ada di kelas saat itu tertawa, dosen itu menceritakan tentang sebuah cinta antara Qois bin Mulawwah dengan wanita yang ia kagumi yaitu Laila, atau biasa didengar dengan Majnun Laila.

 

Ketika mendengar itu, sebenarnya sudah tidak asing, akan tetapi di dalam cerita tersebut ada pelajaran yang bisa di ambil dan ada sebuah nasehat yang harus kita aplikasikan dalam hidup, yaitu ketika seorang mencintai, tidak mungkin ia lupa terhadap orang yang dicintainya, begitu pula kita sebagai umat Nabi Muhammad saw., apakah layak kita melupakan sosok orang mencintai kita? Sampai di akhir hayatnya pun masih memikirkan nasib umatnya dan meminta kepada Allah swt. untuk menjadikan umat yang selamat di dunia begitu pula di akhirat.

 

Terkadang, masih banyak yang bertanya dalam hal itu. Ada yang terbesit dalam hati dan memikirkan bagaimana bisa seseorang mencintai orang yang belum pernah kita temui, bahkan melihat wajahnya pun tidak pernah? Akan tetapi semua itu terjawab dengan sebuah kisah.

 

Dahulu ada seseorang yang bertemu dengan Rasulullah  di dalam mimpinya, namun Rasulullah tidak mengenalinya. Lalu, dia pun bertanya kepada Rasulullah, bagaimana engkau tidak mengenaliku sedangkan dikatakan oleh para ulama bahwa seorang Rasulullah itu lebih mengenali umatnya dibandingkan dengan dirinya sendiri. Lalu Rasulullah pun menjawab, bagaimana aku bisa mengenalimu sedangkan kau tak pernah menyapaku (dengan bersholwat kepadanya).

 

Setelah Rasulullah menjawab, diapun bangun dari tidurnya lalu melazimkan bersholawat kepada Rasulullah sebanyak seratus kali di siang dan malam harinya. Lalu  setelah beberapa hari kemudian dia bertemu lagi dengan Rasulullah yang ke dua kalinya di dalam mimpinya, sebelum dia menyapa Rasulullah, beliau berkata “Sekarang aku mengenalimu.”

 

Dari cerita itu, kita bisa mengambil pelajaran dan menjadikan cerita tersebut sebagai renungan. Apakah kita sebagai umatnya sudah dikenal? Atau sebaliknya. Pelajaran yang bisa kita ambil bahwa berometer kecintaan kita kepada orang yang kita cintai itu dengan seberapa banyak kita menyebutnya. Seperti halnya cerita yang ada di Majnun dan Laila. Seorang qois selalu menyebut Laila dihidupnya walaupun pada akhirnya dia tidak mendapatkan-nya.

 

 

Dan seorang yang mencintai akan dikumpulkan bersama-Nya kelak di hari akhir seperti apa yang sudah di katakan rasul muhammad saw dalam hadisnya.mBeliau bersabda:

"المرء مع من أحب"

Seseorang dikumpulkan bersama orang yang dicintainya”

 

Dan keraguan tadi pun dijawab oleh para pecinta, bahwa tidak di syaratkan mencintai seseorang itu dengan melihat wajahnya terlebih dahulu, tetapi bisa juga dengan mendengar ceritanya atau membaca kisahnya.

 

Lalu babagaimana jika kita ingin mencintai rasul, sedangkan kita belum pernah melihat wajahnya? Jawabanya adalah dengan mendengarkan kisahnya atau membaca buku yang menggambarkan sifat, tubuh dan segala hal yang bersangkutan dengan baginda Rasulullah.

 

Dan tentu orang yang menggambarkan segala hal yang berkaitan dengan Nabi Muhammad saw. adalah orang yang mencintai baginda Rasulullah saw. kalau tidak, bagaimana bisa menggambarkan itu semua, jika tidak ada rasa yang tumbuh dalam hat nya.

 

Perlu kita ketahui bahwa seorang yang memiliki rasa cinta dalam hidupnya itu merupakan anugrah terindah yang di berikan Allah saw. kepadanya. Maka jangan kau kotori rasa cinta itu dengan keburukan atau kemaksiatan yang kau selimuti dengan atas nama cinta, karena seseorang yang mengatakan cinta, akan tetapi rasa cinta itu melanggar dengan ajaran yang sudah di tetapkan oleh syariat agama. Ketahuilah, sesungguhnya itu bukan cinta melainkan hawa nafsu belaka. [Wallahu A’lam]

 

 

===============

Penulis: @subhan_fauzi_

Editor: @gilang_fazlur_rahman

Ilustrator: @najibalwijufri

 

Terus dukung dan ikuti perkembangan kami lewat akun media sosial Nafas Hadhramaut di;

IG • FB • TW • TG | Nafas Hadhramaut Website | www.nafashadhramaut.id

 

 

 

 

 

 

 

           

 

Posting Komentar

Whatsapp Button works on Mobile Device only

Start typing and press Enter to search