Pagi itu saat matahari belum terlihat kembali dan gelap pun
masih menyelimuti bumi, merasa hidup ini sulit untuk dimengerti. Entah apa yang ada
pada benak ini, awal tahun kali ini tidak begitu berpengaruh, berbeda dengan
tahun-tahun sebelum, yang mana semangat selalu tumbuh tatkala tahun berganti.
Akan tetapi tiba-tiba semangat itu tumbuh kembali tatkala teringat dengan kalam
hukama yang terdengar dari salah satu guru, beliau berkata:
" أن يوم
المتفوق خير
من أمسه وأن غده خير من يومه
"
“Sesungguh hari ini bisa dikatakan beruntung, jika
lebih baik hari hari kemarin, dan hari esok lebih baik dari hari ini.”
Begitupun dengan tahun baru ini,
yang mana harus lebih baik dari tahun sebelumnya agar bisa menjadi tahun yang
penuh dengan keberuntungan, dari situlah muncul semangat baru untuk memulai
hari.
Pada hari itu, di tengah pelajaran,
seorang dosen bercerita dengan ciri khasnya yang membuat semua mahasiswa yang
ada di kelas saat itu tertawa, dosen itu menceritakan tentang sebuah cinta
antara Qois bin Mulawwah dengan wanita yang ia kagumi yaitu Laila, atau biasa didengar
dengan Majnun Laila.
Ketika mendengar itu, sebenarnya
sudah tidak asing,
akan tetapi di dalam cerita tersebut ada pelajaran yang bisa di ambil dan ada
sebuah nasehat yang harus kita aplikasikan dalam hidup, yaitu ketika seorang
mencintai, tidak mungkin ia lupa terhadap orang yang dicintainya, begitu pula
kita sebagai umat Nabi Muhammad saw., apakah layak kita melupakan sosok orang
mencintai kita? Sampai di akhir hayatnya pun masih memikirkan nasib
umatnya dan meminta kepada Allah swt. untuk menjadikan umat yang selamat di
dunia begitu pula di akhirat.
Terkadang,
masih banyak yang bertanya dalam hal itu. Ada yang terbesit dalam hati dan
memikirkan bagaimana bisa seseorang mencintai orang yang belum pernah kita
temui, bahkan melihat wajahnya pun tidak pernah? Akan tetapi semua itu terjawab
dengan sebuah kisah.
Dahulu ada seseorang
yang bertemu dengan Rasulullah
di dalam mimpinya, namun Rasulullah tidak
mengenalinya. Lalu, dia pun bertanya kepada Rasulullah, bagaimana engkau tidak
mengenaliku sedangkan dikatakan oleh para ulama bahwa seorang Rasulullah itu
lebih mengenali umatnya dibandingkan dengan dirinya sendiri. Lalu Rasulullah pun
menjawab, bagaimana aku bisa mengenalimu sedangkan kau tak pernah menyapaku
(dengan bersholwat
kepadanya).
Setelah Rasulullah
menjawab, diapun bangun dari tidurnya lalu melazimkan bersholawat kepada Rasulullah
sebanyak seratus kali di siang dan malam harinya. Lalu setelah beberapa hari kemudian dia bertemu
lagi dengan Rasulullah yang ke dua kalinya di dalam mimpinya, sebelum dia
menyapa Rasulullah, beliau berkata “Sekarang aku mengenalimu.”
Dari cerita
itu, kita bisa mengambil pelajaran dan menjadikan cerita tersebut sebagai
renungan. Apakah kita sebagai umatnya sudah dikenal? Atau sebaliknya. Pelajaran yang
bisa kita ambil bahwa berometer
kecintaan kita kepada orang yang kita cintai itu dengan seberapa banyak kita
menyebutnya. Seperti halnya cerita yang ada di Majnun dan Laila. Seorang
qois selalu menyebut Laila
dihidupnya walaupun pada akhirnya dia tidak mendapatkan-nya.
Dan seorang
yang mencintai akan dikumpulkan bersama-Nya kelak di hari akhir seperti apa
yang sudah di katakan rasul muhammad saw dalam hadisnya.mBeliau
bersabda:
"المرء مع من أحب"
“Seseorang
dikumpulkan bersama orang yang dicintainya”
Dan keraguan
tadi pun dijawab oleh para pecinta, bahwa tidak di syaratkan mencintai seseorang itu
dengan melihat wajahnya terlebih dahulu, tetapi bisa juga dengan mendengar
ceritanya atau membaca kisahnya.
Lalu
babagaimana jika kita ingin mencintai rasul, sedangkan kita belum pernah
melihat wajahnya? Jawabanya adalah dengan mendengarkan kisahnya atau
membaca buku yang menggambarkan sifat, tubuh dan segala hal yang bersangkutan
dengan baginda Rasulullah.
Dan tentu
orang yang menggambarkan
segala hal yang berkaitan dengan Nabi Muhammad saw. adalah orang
yang mencintai baginda
Rasulullah saw. kalau tidak, bagaimana bisa menggambarkan itu semua,
jika tidak ada rasa yang tumbuh dalam hat nya.
Perlu kita
ketahui bahwa seorang yang memiliki rasa cinta dalam hidupnya itu merupakan
anugrah terindah yang di berikan Allah saw. kepadanya. Maka jangan kau kotori rasa cinta
itu dengan keburukan atau kemaksiatan yang kau selimuti dengan atas nama cinta,
karena seseorang yang mengatakan cinta, akan tetapi rasa cinta itu melanggar
dengan ajaran yang sudah di tetapkan oleh syariat agama. Ketahuilah,
sesungguhnya itu bukan cinta melainkan hawa nafsu belaka. [Wallahu A’lam]
===============
Penulis: @subhan_fauzi_
Editor:
@gilang_fazlur_rahman
Ilustrator:
@najibalwijufri
Terus dukung
dan ikuti perkembangan kami lewat akun media sosial Nafas Hadhramaut di;
IG • FB • TW • TG | Nafas Hadhramaut • Website | www.nafashadhramaut.id
Posting Komentar