Jumat, 13 Januari 2023

“Seni Dalam Menasihati” Oleh: M. Fathurraman (Mahasiswa Tingkat Satu, Fakultas Syariah, Universitas Imam Syafi’i)

 

 


Andaikata engkau memiliki seorang teman, ia adalah seorang yang baik hati, bersih, selalu berpakaian rapi, dan seluruh sifat yang ada di dalam dirinya mengandung makna keindahan. Engkau telah lama bersamanya, bahkan sejak kecil engkau selalu bermain bersamanya, engkau mengenalnya sebagai orang yang baik.

 

Akan tetapi, apa yang terjadi jika suatu hari, temanmu itu melakukan sesuatu yang tidak kau sangka-sangka, ia melakukan sesuatu yang buruk terhadapmu, dari lisannya keluar kata-kata yang kotor yang menusuk hatimu. Menurutmu, masih adakah keindahan di dalam diri temanmu ketika itu? Dan pastinya kau akan berhadapan dengan dua pilihan; mengingatkannya bahwa perbuatan yang ia lakukan itu salah atau meninggalkannya dan mencari teman yang baru.

 

Dalam hidup ini ada sesuatu yang sangat perlu kita jaga dan kita pelihara semasa hidup kita, yaitu akhlaq. Dengan keindahan akhlaq yang dimiliki oleh seseorang, Allah akan mengangkat derajat orang tersebut di kalangan penduduk langit dan bumi. Sebaliknya, dengan kerendahan yang dimiliki seseorang, Allah akan menghinakan orang tersebut dan merendahkannya serendah-rendahnya.

 

Sebagai contoh nabi kita nabi besar Muhammad saw. sebagaimana yang kita ketahui bahwa beliau adalah orang yang paling mulia akhlaq dan tingkah lakunya. Bahkan Rasulullah pun sebelum masa kenabiannya, beliau adalah orang yang terpandang di kalangan masyarakar Mekah saat itu. Beliau sangat dicintai oleh keluarga, karib kerabat, tetangga, bahkan para pedagang yang melakukan transaksi jual-beli dengan Beliau.

 

Suatu ketika, Sayyidatuna 'Aisyah ditanya mengenai akhlaq baginda Rasulullah, Sayyidah ‘Aisyah pun menjawab “Akhlaq beliau adalah Al-Qur'an.”  Di dalam Al-Qur'an juga disebutkan yang artinya "Dan sesungguhnya Engkau (Muhammad) memiliki akhlaq yang agung."  [Qs. Al-Qalam ayat 4].

Allah telah menjaga Beliau dari berbagai macam perangai yang buruk lagi tercela. Allah juga telah menjaga nasab beliau sehingga Rasulullah saw. terlahir dari keturunan orang-orang yang shaleh. Dengan akhlaq terpuji, kita akan mendapat keberkahan serta keridhaan dari Allah sawt. di setiap pekerjaan yang kita lakukan. Dan apa itu keberkahan? Keberkahan ialah tambahan kebaikan dari Allah ta'ala. Maksudnya ialah setiap perbuatan yang kita lakukan membuat diri kita menjadi lebih baik. Jika kita seorang penuntut ilmu, dengan ilmu tersebut kita akan mengajarkan ilmu tersebut untuk hal-hal yang baik dan kita tidak akan sombong dengan ilmu yang kita punya tersebut.

 

Jika kita seorang pedagang maka kita tidak akan melakukan kecurangan serta penipuan dalam timbangan maupun harga. Jika kita seorang yang kaya raya, maka kita tidak akan kufur terhadap nikmat yang Allah berikan tersebut dan tidak akan menimbun harta tersebut, justru dengan harta yang melimpah itu kita akan menginfakkan harta kekayaan kita tersebut di jalan Allah serta menyedekakhkannya kepada orang yang lebih membutuhkan. Jika kita seorang yang fakir sekalipun, dengan akhlaq yang mulia kita tidak akan berburuk sangka terhadap orang yang mengabaikan kita sebagai seorang fakir. Justru kita akan bahagia atas semua yang Allah takdirkan untuk kita.

 

Berbicara tentang akhlaq maka kita perlu membahas tentang hubungan sosial antar sesama manusia. Seperti deskripsi yang saya paparkan di atas, jika salah seorang teman kita berbuat hal yang tidak layak dilakukan atau bahkan menyakiti hati kita, apakah kita akan mengingatkannya bahwa yang ia lakukan itu salah atau malah menjauhinya? Kalaupun seandainya kita memilih untuk menjauhinya itu wajar, sebab kita tidak ingin ikut-ikutan berperilaku buruk seperti dia bukan? Akan tetapi alangkah baiknya jika kita memilih untuk mengingatkannya. Sebab, jika teman kita itu menerima nasehat yang kita berikan, maka setiap amal baik yang ia lakukan karena nasehat tersebut kita juga akan mendapat ganjaran dari Allah. Bukan hanya itu melainkan hubungan persahabatan kita dengannya juga akan semakin erat.

 

Hal ini senada dengan apa yang dikatakan oleh Rasulullah: "Barang siapa yang mencontohkan sesuatu yang baik, maka ia akan mendapatkan pahalanya dan pahala orang yang mengamalkannya samapai hari kiamat." [HR. Tirmidzi]

 

Akan tetapi didalam mengingatkan seseorang ada beberapa poin penting yang harus diperhatikan. Diantaranya adalah:

1. Memilih tempat yang tepat.

Alangkah baiknya jika kita ingin menasihati seseorang, carilah tempat yang sepi, yang tidak terlalu ramai orang. Karena seseorang akan merasa tidak enak jika diingatkan didepan umum. Dan jika mengingatkan seseorang di hadapan banyak orang, sama saja dengan kita membongkar kekurangan dan menampakkan aib orang tersebut secara terang-terangan. Bukankah di dalam sebuah hadis dikatakan "Barang siapa yang menutupi (aib) seorang muslim, maka Allah akan menutupi (aib)-nya di hari kiamat."? Lantas, bagaimana dengan orang yang mengumbarkan aib saudaranya di depan umum? Tentu ia akan mendapatkan balasan atas perbuatannya tersebut.

 

Termasuk dalam kategori mengumbar aib seseorang adalah 'ghibah'. Kita harus berhati-hati. Tanpa kita sadari kita telah mengikis pahala sedikit demi sedikit dan menukarnya dengan dosa orang yang kita ghibah. Dan digambarkan oleh Allah di dalam Al-Qur'an bahwasannya ghibah itu sama dengan memakan bangkai saudara sendiri. Allah swt. berfirman yang artinya: "Dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah salah seorang di antara kalian ingin memakan bangkai saudaranya? Tentu kalian merasa jijik."  [Qs. Al-Hujurat ayat 12].

 

Maka dari itu, kita harus sebisa mungkin menjauhi perbuatan tercela tersebut supaya di akhirat kelak kita tidak terbebani dikarenakan apa yang telah kita perbuat di dunia ini.

 

2. Memilih kata-kata yang tepat.

Dalam mengingatkan seseorang, tentunya kita mesti memilah kosakata yang sopan dan tidak menyakiti perasaan. Contohnya kalimat "Lain kali kalo mau pergi pamit dulu." Berbeda dengan kalimat "Harusnya kalo mau pergi pamit dulu." Meskipun maksud dari kedua kalimat ini sama, tetapi kesopanan tentu berbeda. Kata "lain kali" saya rasa lebih halus untuk digunakan daripada kata "seharusnya" karena kata "seharusnya" lebih seperti mendikte sesuatu yang sudah terlanjur dan untuk mengembalikan sesuatu yang sudah terlanjur tidak akan mungkin.

 

Sama seperti kata "Terserah" dan "Mana bagusnya". Misalkan, kita pergi ke toko buku bersama teman kita dan uang yang ia punya hanya bisa untuk membeli satu buku sedangkan ia menemukan dua buah buku yang membuatnya tertarik. Karena bingung ia meminta saran dari kita. "Enaknya beli buku yang mana ya, dua-duanya bagus soalnya?" Terus kita jawab "Ya, terserah." Walaupun diucapkan dengan intonasi yang sopan, menurut saya pribadi kalimat ini tetap terdengar kasar. Akibatnya si teman tersebut membeli buku yang tidak cocok dengannya.

 

Berbeda kalau kita menjawab dengan "Mana yang bagus buat kamu." Atau "Mana yang lebih penting buat kehidupanmu sehari-hari." Tentu ia akan betul-betul memilih antara dua buku tersebut. Dengan itu kita sekaligus memberi saran kepadanya walaupun tidak ada niat memberi saran sama sekali. Di dalam Al-Qur'an, Allah memerintahkan kita untuk bertuturkata yang baik. "Dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik."

 

3. Menggunakan intonasi yang halus.

Meskipun kita sudah memilih tempat yang sepi dan kata-kata yang sopan tanpa disertai intonasi yang baik maka yang terjadi hanya ada prasangka buruk dari orang yang kita nasehati tersebut. Supaya tidak menimbulkan permusuhan, alangkah baiknya jika kita menggunakan intonasi yang lembut.

 

Dengan memperhatikan serta menerapkan tiga hal di atas, insya Allah orang tersebut yang kita nasihati menerima apa yang kita katakan. Sebagai seorang mukmin hendaknya kita saling berlemah lembut terhadap sesama. Karena dari lemah lembut terhadap saudara, akan nampaklah betapa indahnya ikata ukhuwah Islamiyah. Dan kita meminta kepada Allah supaya ikatan persaudaraan kita sesama muslim. Amiin Allahumma Aamiin.

 

Sebagai penutup, saya mengutip perkataan salah seorang tabi'in yang bernama Raja' bin Haiwah Ra:

"Alangkah indahnya Islam jika dihiasi dengan Iman, alangkah indahnya Iman jika dihiasi dengan taqwa, alngkah indahnya taqwa jika dihiasi dengan amal, dan alangkah indahnya amal jika dihiasi dengan kelembutan." [Wallahu A’lam]

 

*Dikutip dari buku para Tabi'in.

 

===============

Penulis: @fathurrahman_uweis

Editor: @gilang_fazlur_rahman

Ilustrator: @najibalwijufri

 

Terus dukung dan ikuti perkembangan kami lewat akun media sosial Nafas Hadhramaut di;

 IG • FB • TW • TG | Nafas Hadhramaut Website | www.nafashadhramaut.id 

 

 

Posting Komentar

Whatsapp Button works on Mobile Device only

Start typing and press Enter to search