Saat senja
ingin berlari dari bumi, aku duduk di sudut jalan kota Syirij, Mukalla, memandang sebuah sungai di tengah kota yang dipenuhi hiruk pikuk manusia, ditemani
secangkir jus mangga dan sepotong roti coklat yang lezat. Semilir angin
yang kencang tiba-tiba memukul wajahku, saat itu aku melihat sebuah
kejadian yang sangat fenomenal.
Aku melihat ada seorang Suami dihadapanku, ia sedang membantu Istrinya yang nampak
terletih, meskipun ada seorang anak kecil mungil disampingnya, merengek-rengek
sambil menarik baju wanita tersebut, dengan sejenak sang suami itu bisa
membuatnya terdiam seketika, lalu ia menuntunnya serta mengajaknya untuk
beristirahat sejenak dikursi samping jalan, lalu laki-laki tersebut membukakan
pintu mobil untuk sang istri dengan pelan, seraya berkata; “Inni
uhibbuka ya habibi” (Aku sungguh sangat mencintaimu
wahai sang kekasihku).
Tatkala itu aku
merenungi dan mengamati baik-baik kejadian yang telah Allah swt. perlihatkan
kepadaku, karena dibalik layar semua yang terjadi di muka bumi ini pastilah ada
sebuah hikmah, dan hanyalah orang-orang yang Allah berikan sebuah petunjuk
untuk mengambil sebuah pelajaran dari sesuatu yang telah terjadi.
Mengingat itu, Aku
langsung bergegas menelusuri kehidupan panutan umat Islam, sang baginda Nabi
Muhammad saw., seorang yang sangat sempurna yang telah Allah swt. khususkan
bagi dunia ini, perfeksi akhlaknya yang sangat mulia bagaikan cahaya mentari
yang menerangi bumi, sang panutan bagi para raja dunia, tiadalah akhlak yang
indah kecuali itu telah ada di kehidupan sang baginda Nabi Muhammad saw.
Memang betul,
tepatnya di kitab Shahih Bukhori ada sebuah kisah mutiara yang menarik
sekali, tatkala Sayyidah Shafiyyah binti Huyay bin Akhtab dipinang oleh baginda
Rasulullah saw. setelah perang Khaibar, lalu sampailah disebuah tempat bernama Sadd
Rauha (salah satu tempat yang dekat dengan kota Madinah) untuk beristirahat
sejenak, saat itu sang baginda Nabi membuatkan sebuah makanan yang terbuat dari
kurma dan susu untuk dihidangkan bagi sang Istri dan beberapa sahabat yang
dekat dengan baginda Rasul, setelah itu sebelum melanjutkan perjalanan yang
amat panjang, sang baginda Nabi menghiasi untanya dengan sepotong kain-kain
yang akan menjadi tunggangan yang indah bagi sang Istri, lalu baginda Rasullah saw.
memberikan kakinya agar Sayyidah Shafiyyah menaiki unta dan bisa menaikinya.
Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Sayyidina Anas
bin Malik r.a:
عن
أنس بن مالك رضي الله عنه، قال: (فرأيت النبي صلى الله عليه وسلم يحوي لها وراءه
بعباءة، ثم يجلس عند بعيره فيضع ركبته، وتضع صفية رجلها على ركبته حتى تركب)
Ini sebuat potret kecil dari
kehidupan baginda Nabi saw., suatu kejadian ini jikalau dipraktekkan dan dijadikan pedoman oleh setiap
orang di era zaman sekarang yang banyak sekali rasa acuh tak acuh diantar
sesama, di era berkembang pesatnya alat komunikasi, sehingga orang terdekat
terasa jauh begitu pula sebaliknya, maka kehidupan ini akan menjadi sangat indah nan istimewa.
Misalnya; sang Suami membukakan
pintu mobil bagi sang Istri, sang Istri membuatkan secangkir teh, meyiapkan sarapan pagi, sang anak
menyenangkan kedua orang tuanya dengan cara membantu membersihkan rumah, tidak
berkelahi antara saudara, saling mengucapkan kalimat-kalimat yang
baik. Sang sahabat saling bekerja sama
untuk memajukan yang lainnya, saling mendukung, mengucapkan selamat jikalau ia
sukses, menghiburnya tatkala ia galau dan gelisah, mendengarkan perkataannya
dengan wajah yang ceria.
Imam Munawi r.a.
didalam kitabnya Faidhul Qodir Syarh Jami’ Shagir telah menjelaskan cara-cara
agar membahagiakan sahabatnya, salah satunya seperti memberi sebuah kado, meringankan
kesulitan seseorang yang sedang tertimpa musibah dan masih banyak cara-cara
yang bisa dilakukan untuk membuat orang di sekitar kita bahagia.
Ada sebuah
hadits yang diriwayatkan oleh Imam Abu Nu’aim di kitabnya Hilyatul Awliya
dari sahabat Sayyidina Abdullah bin Umar r.a.:
قال: قيل: يا رسول الله أي العباد أحب إلى الله؟
قال: )أنفع
الناس للناس( قيل: فأي العمل أفضل؟ قال: )إدخال السرور على قلب المؤمن(
قيل: وما سرور المؤمن؟ قال: )إشباع
جوعته وتنفيس كربته، وقضاء دينه(
Dikatakan kepada baginda Nabi; wahai Rasulullah, siapakah hamba yang sangat dicintai oleh Allah swt.? maka Beliau berkata: “Dia adalah hamba
yang paling bermanfaat bagi hamba yang lainnya,” lalu
ditanyakan lagi, amalan apa yang paling utama? Maka Beliau menjawab: “Membahagiakan
hati seorang mu’min,” lalu bertanya lagi, apakah yang di maksud dengan kebahagiaan tersebut? Maka Beliau berkata: “Menghilangkan
kelaparannya, meringankan kesulitannya dan membayari hutangnya.”
Setiap orang
hendaknya membenahi perspektif, pola pikir orang sekeliling kita, dengan cara
bergaul yang baik, berkata yang sopan, saling berbagi, saling bercanda tawa,
saling diskusi ilmiah dengan etika dan saling menghormati satu sama lainnya.
Patut
diketahui, bahwasanya begitu banyak masalah fikih di kitab-kitab kuning yang
bercabang atas dasar ini, seperti halnya tatkala seseorang diundang untuk
menghadiri acara resepsi pernikahan dan dia sedang puasa sunah, maka
disunnahkan untuknya agar ikut makan dan membatalkan puasa sunnahnya agar ia
bisa menyenangkan hati sang pengundang.
Tebarkanlah sebuah
rasa cinta dan kasih sayang yang telah Allah berikan diantara umat Islam,
meskipun susu yang engkau berikan dibalas dengan air ketuban atau senyumanmu
berakhir dengan buruk sangka, namun balaslah semua itu dengan kebaikan serta
diiringi dengan doa, maka itu akan lebih bermakna, karena doa adalah senjatanya
orang beriman. Teruslah berbuat baik, tanpa perlu banyak bicara sampai orang
kenal tanpa membaca, tapi merasakan.
Kebahagiaan itu
memang mudah untuk diciptakan, caranya sangat sederhana, tidak perlu
mengeluarkan miliyaran rupiah untuk mewujudkannya, cukup dengan kata-kata yang
indah dan baik, cukup dengan sikap kepedulian yang sangat tinggi, serta dengan membantu
satu sama lain tanpa memiliki rasa angkuh dan sombong.
Jangan lupa
selalu menebar senyuman serta mengucapkan salam kepada sesama muslim, hal itu
sangatlah mudah namun sulit untuk dipraktekkan, teruslah menjadi agen muslim
sejati yang selalu mengikuti ajaran Nabi Muhammad saw. Maafkanlah semua
kesalahan orang lain, niscaya kamu akan beruntung di dunia dan di akhirat, karena
memaafkan adalah soal ketenangan, kematangan dan kedewasaan, bukan sekedar
untuk menunjukan soal kebenaran dan kesalahan. Semoga bermanfa’at . [Wallahu
A’lam]
Editor: @gilang_fazlur_rahman
Layouter: @najibalwijufri
Terus dukung dan ikuti perkembangan kami lewat akun media sosial
Nafas Hadhramaut di;
IG • FB • TW • TG | Nafas Hadhramaut • Website | www.nafashadhramaut.id
Posting Komentar