Anak
usia delapan tahun itu duduk termenung memeluk kedua lututnya di teras rumah
yang anggun, sembari menyandarkan punggungnya ke dinding. Dari raut wajahnya
terlihat perasaannya tengah bercampur aduk antara marah dan sedih. Ia baru saja
bertengkar dengan teman baiknya, Gaga.
Siang
tadi ia bermain bola kaki bersama Gaga di kompleks perumahan sekitar rumahnya
dan ia tidak sengaja menendang bola milik Gaga ke pagar besi di salah satu
rumah komplek tersebut hingga bola itu pecah. Bola itu adalah hadiah dari sang Ayah
karena ia mendapat nilai seratus. Dengan wajah merah, Gaga mendekatinya.
Sebelum ia sempat mengatakan sesuatu Gaga telah mendorongnya hingga terjatuh.
"Aku
minta maaf, Ga. Aku nggak sengaja." Ucapnya, Ia tidak berani melawan.
Dibandingkan tubuh Gaga yang gempal, tubuhnya lebih kecil.
"Pokoknya
kamu harus ganti. Itu hadiah dari Ayahku." Perlahan matanya mulai berkaca-kaca.
"Tapi
kan aku tidak sengaja, Ga, ucapnya dengan nada bersedu-sedu"
"Aku
nggak mau tau, pokoknya harus ganti." Jawab Gaga dengan nada marah. Tak
lama kemudian, anak bertubuh gempal itu balik badan lantas meninggalkan
temannya yang sedang terjatuh itu.
Kini
anak usia sepuluh tahun itu tengah duduk menekur di teras rumahnya. Tak lama
kemudian pintu depan terbuka.
"Loh
Fatih, kok sudah pulang, bukannya tadi main bola sama Gaga?" Ujar ibunya.
Ia mengurungkan niatnya untuk menyusul putra semata wayangnya itu dan
mengajaknya pulang. Biasanya anak itu tidak akan pulang kecuali kalau disusul
oleh sang Ibu. Untuk membujuknya pulang pun tidak mudah. Anak bernama Fatih itu
hanya melirik sekilas ke arah Ibunya lantas menelungkupkan kepalanya dalam-dalam.
Sang Ibu merasa ada yang tidak beres dari anaknya itu.
"Ada
apa Fatih, ada yang usil ya?" Tanya Ibunya sambil duduk di dekat Fatih.
Fatih menggeleng pelan dan mulai terdengar suara tangis darinya. Ibunya segera
memeluk Fatih dengan hangat. Fatih membalas pelukan Ibunya. Tangisnya pecah
dalam dekapan Ibunya. Ia tak bisa lama-lama menahan tangis di hadapan Ibunya
tersebut.
"Cup..cup..cup,
nangis di pelukan Ibu sini. Nanti kalo sudah selesai, cerita ke ibu."
Tangis anak itu semakin pecah. Selang beberapa menit kemudian tangisnya mulai
reda dan ia langsung menceritakan semuanya di hadapan Ibunya dari awal
pertengkaran ia dan Gaga.
"Ooh,
gitu. Gampang nanti sore ke pasar bareng Ayah buat ganti bolanya Gaga ya."
Ucap sang Ibu. Fatih hanya bisa mengangguk pelan.
"Tapi,
kenapa harus diganti Bu, Fatih kan tidak sengaja. Fatih juga sudah minta maaf
kok?"
"Fatiih"
Ibunya menatap lembut putra kesayangannya itu. "Kalau Fatih punya komik,
terus ada temen Fatih yang tidak sengaja merobek komik itu, enak nggak?"
Anak itu hanya menggeleng.
"Terus
Fatih bakal minta ganti kan?" tanya Ibu.
"Ya
minta benerin aja. Kalo nggak bisa dibenerin ya minta ganti lah." Ibunya
tersenyum setengah tertawa melihat anaknya yang coba berkelit.
"Nak,
denger Ibu baik-baik. Setiap perbuatan yang kita lakukan akan
dipertanggungjawabkan di hadapan Allah swt. di akhirat nanti. Orang yang
mengerjakan perbuatan yang baik akan mendapat pahala dan akan diberi kenikmatan
di surga, sedangkan orang yang mengerjakan perbuatan buruk akan mendapat dosa
dan akan diazab di neraka." Dawuh Ibunya. Fatih hanya bisa memperhatikan
dengan seksama apa yang dikatakan oleh Ibunya.
"Kemudian
Ibu mau tanya. Menyakiti hati teman itu perbuatan baik atau buruk?"
"Perbuatan
buruk." Jawabnya lesu.
"Terus,
orang yang melakukan perbuatan buruk akan mendapatkan apa?"
"Dosa."
Jawabnya dengan nada yang lebih lesu. "Tapi kan Fatih nggak sengaja, Bu,
ucap Fatih."
"Nak,"
Ibunya menatap Fatih lamat-lamat dan tatapan yang penuh kasih sayang.
"Walaupun itu tidak disengaja, kalau berkaitan dengan orang lain tetap
salah kalau seandainya orang tersebut tidak ridha dengan apa yang kita lakukan
terhadapnya."
"Tadi
Fatih sudah minta maaf kok, Bu."
"Terus
dimaafin?"
"Kata
Gaga; ‘pokoknya ganti’ ucap Fatih."
"Itu
berarti Gaga belum ridha sebelum Fatih mengganti bola Gaga yang Fatih pecahkan
itu." Kata IBunya dengan lembut. Fatih merunduk, tak tahan melihat tatapan
Ibunya. "Emang Fatih mau nanti di akhirat, ketika sudah giliran Fatih
masuk surga Gaga ngadu ke Allah 'Ya Allah, dulu Fatih pernah mecahin bolaku dan
tidak diganti. Aku tidak terima, ya Allah." Akhirnya yang seharusnya Fatih
jalan ke surga, eh malah ubah haluan ke jalan yang lain?" Fatih menggeleng
tegas. Ia tidak mau kalau nanti dia tidak bisa masuk surga hanya karena tidak
mengganti bola Gaga yang ia pecahkan.
"Jadi,
Fatih harus ganti bola Gaga yang Fatih pecahkan. Ibu tidak mau salah satu anak Ibu
masuk ke neraka gara-gara mecahin bola temennya. Faham?" Ia mengangguk. "Nanti
sore pergi ke pasar sama Ayah ya buat beli bola. Sekalian potong rambut, sudah
panjang, nanti di marah Bu guru kalo rambutnya belum dipotong." Ucap Ibunya sambil mengelus rambut
bergelombang Fatih.
Tiin
tiin.
Bunyi
sepeda motor matic X-Ride berwarna hijau memasuki halaman depan, kemudian
diparkirkan di depan teras. Pengendaranya membuka helm lantas tersenyum melihat
Istri dan anaknya tengah duduk di teras.
"Assalamualaikum."
"Wa
alaikumus salam." Jawab Fatih dan ibunya. Mereka seketika berdiri
mengetahui ayah sudah pulang, Fatih langsung menyalami Ayahnya dan memeluknya.
Ibunya ikut menyalaminya juga.
"Ada
acara apa nih, kok pada ngumpul di teras?" Ayahnya heran, tumben sekali
anak dan Istrinya duduk di teras.
"Tidak,
cuma duduk nyantai saja." Jawab Ibu.
"Gini,
Yah. Tadi Fatih tidak sengaja mecahin bola temennya, Gaga. Nanti bisa minta
tolong ke pasar sama Fatih ngga, beli bola baru untuk Gaga?"
"Oh bisa insya Allah. Fatih istirahat dulu
sekarang, nanti sore habis solat ashar kita berangkat ke pasar ya, ucap Ayah
dengan nada lembut.” "Baik, Ayah, jawab Fatih. []
Penulis: @uweis_29
Editor: @gilang_fazlur_rahman
Layouter: @najibalwijufri
Terus dukung dan ikuti perkembangan
kami lewat akun media sosial Nafas Hadhramaut di;
IG • FB • TW • TG | Nafas Hadhramaut • Website | www.nafashadhramaut.id
Posting Komentar