Oleh : Muhammad Ali Fikri(*)
Nafashadhramaut.id | Pada bulan Shofar di tahun ke-3 setelah hijrah, Rasulullah saw. mengirim beberapa sahabatnya ke daerah Najd ( sekarang Najed adalah kota Riyadh dan sekitarnya ) untuk mengajari para penduduknya tentang islam. Hal ini dikarenakan ada utusan dari Najd yang meminta Rasulullah saw. untuk mengirimkan beberapa sahabatnya. Maka Rasulullah mengirim enam sahabatnya untuk pergi ke sana.
Tatkala mereka sampai di daerah tersebut,
ternyata mereka malah berkhianat, dan para sahabat diserang dengan panah. 3 sahabat
meninggal seketika itu juga, dan 3 sahabat yang lain kabur seraya lari menaiki
gunung.
Ketika para sahabat sampai di gunung, orang-orang
kafir tadi membuat perjanjian agar mereka mau turun dari gunung. Akhirnya tiga sahabat
ini mau menuruni gunung lantaran perjanjian yang mereka buat. Sesampainya di
kaki gunung, mereka kembali berkhianat dan melempari para sahabat dengan anak
panah serta menawan mereka. (Penduduk Najed terkenal berwatak keras dan suka berkhianat.
Bukti yang lain adalah Rasulullah sering mengirim pasukannya ke daerah itu
karena mereka sering melanggar perjanjian). Salah satu sahabat dibunuh setelah
itu, dan 2 sahabat yang tersisa mereka bawa ke Mekkah lantas mereka jual.
Sayyidina Zaid bin Ad-Datsinnah, salah
satu dari dua sahabat yang ditawan dijual di kota Mekkah. Beliau dibeli oleh
seorang kafir yang bernama Shofyan bin Umayyah bin Kholaf (Nantinya dia akan
masuk islam setelah "Fath Makkah" atau "Pembebasan kota
Mekkah"). Shofwan bin Umayyah membelinya karena Sayyidina Zaid bin Ad-Datsinnah
adalah orang yang telah membunuh ayahnya pada perang Badar.
Maka di hari Sayyidina Zaid akan
dieksekusi, beliau dibawa keluar dari haram Makkah – Haram (tidak diperbolehkan)
membunuh makhluk hidup di tanah Haram, kecuali hewan sembelihan dan serangga-.
Ketika itu, beberapa orang dari kaum Quraisy telah berkumpul, di antaranya Abu
Sufyan (ketika dia masih belum masuk Islam). Lantas Abu Sufyan berkata kepada Sayyidina
Zaid, "Aku bersumpah kepadamu, wahai Zaid, apakah kamu bersedia, apabila Nabi
Muhammad saw. sekarang bersama kami di posisimu dan kami akan memenggal
kepalanya, sedangkan kamu bisa kembali kepada keluargamu di rumah?"
Sayyidina Zaid menjawab, "Demi
Allah, bahkan aku tak rela apabila Nabi Muhammad saw. berada di tempatnya dia berada
sekarang tertusuk satu duri yang membuatnya dia terluka, sedangkan aku duduk
nyaman bersama keluargaku."
Seketika itu Abu
Sufyan berkata,
"مَا
رَأَيْتُ مِنَ النَاسِ أحَداً يُحِبُّ أَحَداً كَحُبِّ أَصْحَابِ مُحَمَّدٍ مُحَمَّداً."
"Tidaklah aku pernah melihat seorang pun
yang mencintai seseorang seperti cintanya sahabat Nabi Muhammmad kepada Nabi
Muhammad saw." Kemudian Sayyidina Zaid dieksekusi oleh Nisthos –yang pada
nantinya dia akan masuk Islam pula.
Akhir yang indah bagi Sayyiduna Zaid meskipun kematian adalah bayarannya. Kecintaan yang seperti inilah yang akan membuat seseorang bahagia di dunia dan di akhirat. Semoga kita dijadikan umat yang mencintai dan dicintai oleh nabi Muhammad saw. seperti cintanya sahabat-sahabat Nabi. Aamiin.[]
Kitab
: Subulul huda war rosyaad, Imam Muhammad bin Yusuf As-Sholihi.
Ditulis di Mukalla – Yaman, Agustus 2020.
(*) Penulis adalah alumni Univ. Imam Syafi'i, dan saat ini sedang menempuh pendidikan S2 di Hadhramaut University.
Posting Komentar