Nafashadhramaut.id | Manusia adalah makhluk sosial yang setiap detiknya tidak luput akan kesibukan yang menyertainya. Entah ibadah, kerja atau memenuhi kebutuhannya. Adakalanya manusia dengan kesibukannya mendapat nilai plus dari Sang Pencipta. Namun tidak menutup kemungkinan apabila ada juga yang mendapat nilai negatif dalam sudut pandangannya.
Lantas, sosok seperti apakah manusia
tersebut? hingga ia mendapat nilai plus dari Pencipta-Nya, apa rahasianya?
Bukan suatu hal yang rahasia sih, akan tetapi banyak dari kalangan
kita, manusia, melupakan hal tersebut. Bahkan kebanyakan dari kita tidak
menyadari bahwa hal yang kita anggap sepele dalam kehidupan, ternyata menyimpan
berbagai macam keutamaan. Maka dari sinilah,
letak perbedaan antara orang alim dan orang yang kurang dalam soal agama.
Seperti apa yang telah tersurat dalam perkataan:
نوم العالم أفضل من عبادة الجاهل
"Tidurnya orang alim lebih baik daripada ibadahnya orang bodoh."
Kemudian dari sini, timbullah secarik pertanyaan,
bagaimana bisa orang yang terlelap dalam tidur lebih baik daripada orang yang
melakukan ketaatan? Jawabannya singkat. Karena orang alim selalu menyertakan niat
dalam segala aspek kehidupan. Sedangkan orang yang bukan alim, ia melakukan
ibadah tanpa adanya niat, bahkan bisa jadi tidak tahu syarat dan rukun ibadah
yang menjadi syarat akan keabsahan. Di sinilah munculnya perbedaan.
Niat bukan termasuk hal yang payah bukan? Akan tetapi tidak jarang
dari kita kurang memperhatikan, bahkan banyak juga yang
melupakan. Berapa banyak di antara kita melakukan kegiatan sehari-hari,
bahkan menjalankan
suatu ibadah yang tidak disertai dengan
niat yang sesuai dengan syariat Islam yang dominan. Padahal hanya dengan niat
itulah amalan-amalan bisa diterima dan mendapat imbalan.
Kami contohkan kegiatan-kegiatan yang kita lakukan setiap hari
tanpa adanya niat yang dianjurkan:
1.
Mereka tidur
lebih cepat, bukan untuk bangun lebih awal agar mampu melakukan Shalat Tahajud
dan Shalat Subuh, akan tetapi agar datang kerja tepat waktu dan tidak mengantuk
ketika menekuni pekerjaan.
2.
Mereka makan
karena lapar, tanpa berniat agar kuat untuk melakukan ibadah yang diwajibkan.
3.
Mereka minum
bukan untuk melancarkan pencernaan supaya ibadahnya tidak terganggu, akan
tetapi karena rasa dahaga pada tenggorokan.
4.
Mereka
menjenguk kerabatnya yang sakit, bukan untuk silaturahim, karena berhutang budi
saat mereka sakit, agar tidak mengurangi
rasa gengsi yang selama ini mereka pertahankan.
5.
Termasuk hal
yang sangat disayangkan dan tidak sedikit yang telah mempraktikkan adalah
menyertakan niat akhirat pun masih mengikutkan duniawi di dalamnya. Shalat
bukan untuk mendekatkan diri kepada Allah, bukan karena akhirat, tapi shalat
karena faedah-faedah yang hanya terdapat dalam kehidupan, misalnya untuk
menyehatkan anggota badan.
Lantas bagaimanakah cara yang dianjurkan dalam syariat
Islam? Bukan hal yang menyibukkan, hanya butuh kebiasaan, yaitu
menyertakan 'niat baik' dalam setiap aspek kegiatan.
Seperti yang telah dicantumkan dalam hadits
Nabi Besar Muhammad saw. berikut ini:
عن عمر ابن الخطاب رضي الله عنه قال سمعت رسول الله يقول إنما الأعمال بالنيات. رواه البخارى ومسلم في صحيحيهما اللذين هما من أصح الكتب المصنفة في الحديث
Sy. Umar radhiyallahu anhu berkata, "Saya mendengar perkataan Nabi Muhammad saw,
beliau bersabda, 'Semua amal perbuatan itu titik utamanya ada dalam niat.'" Diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Imam Muslim dalam kitab
sahihnya yang termasuk paling sahihnya kitab hadis.
Nah, setelah kita telah mengetahui betapa pentingnya niat, tugas
kita selanjutnya adalah melakukan pendekatan kepada Allah Swt. dengan melakukan
berbagai macam ibadah serta menyertakan niat baik di dalamnya. Karena hakikat
terciptanya manusia ke alam semesta
ini tidak lain hanya untuk mengagungkan Allah dengan melakukan segala macam ketaatan.
Seperti yang tertera di dalam Al-Quran:
وما خلقت الجن و الإنس إلا ليعبدون
"Tidaklah kami
menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepadaku."
QS. Adz-Dzariyat : 56.
Ibadah bukan hanya suatu hal yang diwajibkan kepada manusia, melainkan ibadah adalah kebutuhan. Bekal kita kelak di akhirat.
Alhasil kita diciptakan ke dunia ini hanya untuk beribadah pada
Sang Pencipta dengan disertai niat dan tata cara yang sesuai dengan syariat
agar mendapatkan pahala yang bisa mengantarkan menuju Keridlaan-Nya, sehingga
kita bisa berbahagia masuk dalam surga-Nya.
Untuk mencapai itu semua, maka bukan
serta-merta hanya dengan melakukan ibadah, akan tetapi masih ada
hal-hal yang perlu diperhatikan. Ya, penyakit hati. Seperti sombong,
takabur dan riya'
yang dikenal dengan sebutan 'caper' dan masih banyak lagi macam-macam penyakit
hati. Maka, dengan munculnya salah satu
penyakit ini, dia akan menghapus pahala kita, bahkan bisa jadi kita mendapat
imbalan siksa yang pedih dari Allah Swt. Karena
sifat-sifat ini adalah penyakit yang sangat berbahaya yang wajib dijauhi.
Wallahu A’lam Bisshawab
Ditulis di Mukalla – Yaman, Agustus 2020.
Posting Komentar