Sabtu, 21 November 2020

HAL SEPELE YANG MENENTUKAN SEGALA ASPEK KEHIDUPAN

Oleh : Ahmad Rizal(*)


Nafashadhramaut.id Manusia adalah makhluk sosial yang setiap detiknya tidak luput akan kesibukan yang menyertainya. Entah ibadah, kerja atau memenuhi kebutuhannya. Adakalanya manusia dengan kesibukannya mendapat nilai plus dari Sang Pencipta. Namun tidak menutup kemungkinan apabila ada juga yang mendapat nilai negatif dalam sudut pandangannya.

 

Lantas, sosok seperti apakah manusia tersebut? hingga ia mendapat nilai plus dari Pencipta-Nya, apa rahasianya?

Bukan suatu hal yang rahasia sih, akan tetapi banyak dari kalangan kita, manusia, melupakan hal tersebut. Bahkan kebanyakan dari kita tidak menyadari bahwa hal yang kita anggap sepele dalam kehidupan, ternyata menyimpan berbagai macam keutamaan. Maka dari sinilah, letak perbedaan antara orang alim dan orang yang kurang dalam soal agama.

Seperti apa yang telah tersurat dalam perkataan:

 

نوم العالم أفضل من عبادة الجاهل

 

"Tidurnya orang alim lebih baik daripada ibadahnya orang bodoh."

 

Kemudian dari sini, timbullah secarik pertanyaan, bagaimana bisa orang yang terlelap dalam tidur lebih baik daripada orang yang melakukan ketaatan? Jawabannya singkat. Karena orang alim selalu menyertakan niat dalam segala aspek kehidupan. Sedangkan orang yang bukan alim, ia melakukan ibadah tanpa adanya niat, bahkan bisa jadi tidak tahu syarat dan rukun ibadah yang menjadi syarat akan keabsahan. Di sinilah munculnya perbedaan.

 

Niat bukan termasuk hal yang payah bukan? Akan tetapi tidak jarang dari kita kurang memperhatikan, bahkan banyak juga yang melupakan. Berapa banyak di antara kita melakukan kegiatan sehari-hari, bahkan menjalankan suatu ibadah yang tidak disertai dengan niat yang sesuai dengan syariat Islam yang dominan. Padahal hanya dengan niat itulah amalan-amalan bisa diterima dan mendapat imbalan.

 

Kami contohkan kegiatan-kegiatan yang kita lakukan setiap hari tanpa adanya niat yang dianjurkan:

1.     Mereka tidur lebih cepat, bukan untuk bangun lebih awal agar mampu melakukan Shalat Tahajud dan Shalat Subuh, akan tetapi agar datang kerja tepat waktu dan tidak mengantuk ketika menekuni pekerjaan.

 

2.     Mereka makan karena lapar, tanpa berniat agar kuat untuk melakukan ibadah yang diwajibkan.

 

3.     Mereka minum bukan untuk melancarkan pencernaan supaya ibadahnya tidak terganggu, akan tetapi karena rasa dahaga pada tenggorokan.

 

 

4.     Mereka menjenguk kerabatnya yang sakit, bukan untuk silaturahim, karena berhutang budi  saat mereka sakit, agar tidak mengurangi rasa gengsi yang selama ini mereka pertahankan.

 

5.     Termasuk hal yang sangat disayangkan dan tidak sedikit yang telah mempraktikkan adalah menyertakan niat akhirat pun masih mengikutkan duniawi di dalamnya. Shalat bukan untuk mendekatkan diri kepada Allah, bukan karena akhirat, tapi shalat karena faedah-faedah yang hanya terdapat dalam kehidupan, misalnya untuk menyehatkan anggota badan.

 

Lantas bagaimanakah cara yang dianjurkan dalam syariat Islam? Bukan hal yang menyibukkan, hanya butuh kebiasaan, yaitu menyertakan 'niat baik' dalam setiap aspek kegiatan. Seperti yang telah dicantumkan dalam hadits Nabi Besar Muhammad saw. berikut ini:

 

عن عمر ابن الخطاب رضي الله عنه قال سمعت رسول الله يقول إنما الأعمال بالنيات.  رواه البخارى ومسلم في صحيحيهما اللذين هما من أصح الكتب المصنفة في الحديث

 

Sy. Umar  radhiyallahu anhu berkata, "Saya mendengar perkataan Nabi Muhammad saw, beliau bersabda, 'Semua amal perbuatan itu titik utamanya ada dalam niat.'" Diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Imam Muslim dalam kitab sahihnya yang termasuk paling sahihnya kitab hadis.

 

Nah, setelah kita telah mengetahui betapa pentingnya niat, tugas kita selanjutnya adalah melakukan pendekatan kepada Allah Swt. dengan melakukan berbagai macam ibadah serta menyertakan niat baik di dalamnya. Karena hakikat terciptanya manusia ke alam semesta ini tidak lain hanya untuk mengagungkan Allah dengan melakukan segala macam ketaatan. Seperti yang tertera di dalam Al-Quran:

 

وما خلقت الجن و الإنس إلا ليعبدون

 

"Tidaklah kami menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepadaku." QS. Adz-Dzariyat : 56.

 

Ibadah bukan hanya suatu hal yang diwajibkan kepada manusia, melainkan ibadah adalah kebutuhan. Bekal kita kelak di akhirat.

 

Alhasil kita diciptakan ke dunia ini hanya untuk beribadah pada Sang Pencipta dengan disertai niat dan tata cara yang sesuai dengan syariat agar mendapatkan pahala yang bisa mengantarkan menuju Keridlaan-Nya, sehingga kita bisa berbahagia masuk dalam surga-Nya.

 

Untuk mencapai itu semua, maka bukan serta-merta hanya dengan melakukan ibadah, akan tetapi masih ada hal-hal yang perlu diperhatikan. Ya, penyakit hati. Seperti sombong, takabur dan riya' yang dikenal dengan sebutan 'caper' dan masih banyak lagi macam-macam penyakit hati. Maka, dengan munculnya salah satu penyakit ini, dia akan menghapus pahala kita, bahkan bisa jadi kita mendapat imbalan siksa yang pedih dari Allah Swt. Karena sifat-sifat ini adalah penyakit yang sangat berbahaya yang wajib dijauhi.

 

Wallahu A’lam Bisshawab


Ditulis di Mukalla – Yaman, Agustus 2020.

(*) Penulis adalah alumni Univ. Imam Syafi'i, dan saat ini sedang menempuh pendidikan S2 di Hadhramaut University.

Posting Komentar

Whatsapp Button works on Mobile Device only

Start typing and press Enter to search