Sabtu, 21 November 2020

SEJARAH PERINGATAN MAULID NABI DAN BERDIRI KETIKA PEMBACAANNYA

SEJARAH PERINGATAN MAULID NABI DAN BERDIRI KETIKA PEMBACAANNYA

Oleh : Abdullah Matin As-Syatiri
(*)


Nafashadhramaut.id Dalam artikel ini, saya akan mengupas sejarah peringatan Maulid Nabi Muhammad saw. dan sejarah berdiri ketika pembacaan Maulid. Sebelumnya, saya akan menjelaskan bahwa bulan ini adalah bulan yang mulia. Bulan yang di dalamnya dilahirkan insan paling mulia nan sempurna sejagad raya. Bulan dilahirkannya Nabi Muhammad saw. bulan Rabi'ul Awal. Bulan ini menjadi bulan yang mulia lantaran sang Nabi dilahirkan di dalamnya.

 

Nah, untuk penamaan bulan Rabi'ul Awal, bulan ini dinamakan demikian karena bulan tersebut bertepatan dengan permulaan musim semi. Oleh karena itu, bulan ini dinamakan bulan Rabi'ul Awal.  

 

SEJARAH PERINGATAN MAULID NABI MUHAMMAD SAW

 

Bani Fatimiyah sempat merayakan Maulid Nabi Muhammad saw. selama masa pemerintahan mereka di Mesir yang menyebar mulai dari tahun 362-567 H. Akan tetapi, para pakar sejarah jika menyebutkan orang yang pertama kali merayakan Maulid Nabi saw. adalah Al-Malik Al-Muzoffar Abu sa'id Kaukubra Malik Arbal pada masa Shalahuddin Al-Ayyubi.

 

Mungkin sebabnya ialah karena ketiadaannya sudut pandang yang berkaitan antara perayaan-perayaan yang istimewa, seperti yang telah ditulis oleh pakar sejarah dalam mensifatinya dengan perayaan-perayaan Fatimiyah yang remeh. Hal ini dikarenakan perhatian mereka (Fatimiyah) lebih besar terhadap perayaan-perayaan kaum Syi'ah, Khalifah Fatimiyah, dan juga dengan pesta duduknya di atas singgasana.

 

Ini adalah suatu adat yang biasa bagi mereka. Hal ini karena sedikitnya ulama dan orang-orang sholeh pada masa Fatimiyah, dan banyak dari mereka (para ulama) yang tak dikenal masyarakat karena bertentangannya dengan Akidah Ahlussunnah. Mereka juga menindas para ulama dan sangat berupaya untuk menjadikan penduduk berakidah Syi'ah.

 

Tidaklah Maulid Nabi Muhammad saw. dilaksanakan dengan teratur kecuali oleh orang-orang yang memiliki kedudukan tinggi disisi Allah Swt. Bersumber daripara ulama. Amalan-amalan serta bacaan-bacaan yang ada di dalam maulid pada dasarnya merupakan ilmu dan adat para auliya.

 

Maka dari itu, sebuah kesalahan yang jelas jika ada yang mengaitkan Maulid Nabi saw. dengan dinasti Fatimiyah.

 

Jadi, sebagaimana yang dikatakan pakar sejarah, bahwa Al-Malik As-Shalih Abu Sa'id Kaukubra Malik Arbal adalah orang yang pertama kali merayakan Maulid Nabi Muhammad saw. secara besar-besaran dengan metode yang benar.

 

Akan tetapi, sebelumnya juga ada yang pernah merayakan Maulid Nabi saw. di Irak, tepatnya di Mosil. Seorang wali besar, Syekh Umar Al-Mala, orang yang dicintai oleh Nuruddin Zanki, pemimpin para raja yang bertakwa, panutan para auliya. Beliau adalah rambu untuk para pejuang di jalan Allah SWT. Lalu, siapakah Syekh Mala?

 

Beliau adalah orang yang ahli di berbagai bidang keilmuaan, juga mempunyai banyak karangan, di antaranya sebuah kitab yang membahas sejarah Nabi Muhamamad saw. Beliau juga memiliki pengetahuan akan hukum-hukum Al-Qur'an dan Hadit-hadits Nabi saw. Para ulama, ahli fikih, raja-raja, pejabat-pejabat mengunjungi ruang shalat / masjid kecilnya untuk mencari keberkahan dengan vitalitas / ambisinya yang begitu besar, serta mengharapkan keberkahannya.

 

Pakar sejarah pun juga menyebutkan, bahwasanya beliau pernah mengadakan Maulid Nabi saw. dengan perayaan yang luar biasa besar di setiap tahunnya. Beliau juga mengundang banyak orang, baik dari kalangan awam ataupun khusus, juga para ulama, fakir miskin, penyair-penyair dll. Dari situlah, seperti yang dikatakan Abu Syamah, "Beliau mempunyai undangan setiap tahunnya, yaitu dengan merayakan Maulid Nabi saw. Hadir pula di dalamnya penguasa Mosil, para penyair, dan mereka melantukan qasidah, puja dan puji untuk Rasulullah saw. pada perayaan tersebut.

 

Syekh Umar Al-Mala wafat pada masa pemerintahan Al-Atabikiyyah. Para pembesar-pembesar pun ikut menyaksikan pemakaman beliau, orang-orang memandang kepadanya. Beliau juga memiliki pandangan dan masjid. Nampak dari makamnya, para peziarah yang ingin mencari keberkahan dengannya. Pandangannya dari luar dinding di jalan. Para pendatang dari sungai yang berada di Irak, terletak di daerah yang diberi nama dengan nama beliau "Mahallah As-Syekh Umar", pengarang kitab "Tarjamatul Auliya".

 

Syekh Umar wafat meninggalkan para penerusnya dengan pandangannya yang besar dan berkembang. Sering dikunjungi dan dicari keberkahan di dalamnya, sebagaimana dalam riwayat. Beliau juga meninggalkan sejarah yang besar, ingatan yang baik, serta pelajaran-pelajaran, dan kepadanyalah banyak para pelajar mengambil manfaat.

 

Adapun peninggalan beliau yang terpenting secara mutlak adalah perayaan Maulid Nabi Muhammad saw. karena beliau adalah orang yang pertama kali merayakan Maulid. Itulah pekerjaan terbaik yang pernah beliau buat. Maka barang siapa yang meneruskannya hingga hari kiamat, maka beliau akan memperoleh pahala seperti pahala orang yang merayakannya, sebagaimana disebutkan dalam hadits.

 

SEJARAH BERDIRI KETIKA PEMBACAAN MAULID

 

Adapun berdiri dalam pembacaan Maulid Nabi Muhammad saw. ketika beliau lahir ke alam dunia, bukanlah suatu hukum yang bersifat wajib atau sunah. Akan tetapi itu merupakan suatu gambaran akan senang dan gembiranya mereka, sebagaimana ketika seseorang berdiri kepada raja / orang yang memiliki kedudukan.

Maka jika nama Rasulullah saw. disebutkan pada saat itu, niscaya orang yang mendengar pun akan terbayang di benaknya bahwa seluruh alam semesta bahagia dan gembira dengan nikmat ini dan seketika mereka berdiri untuk mengambarkan kegembiraan itu.

Hal ini tentunya adalah hal yang biasa. Tiada kaitannya dengan ibadah sebagaimana yang dinilai orang-orang yang mengingkarinya. Tidaklah berdiri ini kecuali sebagai bentuk penghormatan dengan gambaran yang tersimpan di jiwa mereka akan dzat Rasulullah saw.

Pernah suatu waktu Rasulullah saw. lewat di hadapan para sahabat, lantas Nabi menyuruh mereka untuk duduk. Akhirnya seluruh sahabat duduk kecuali sahabat Hasan bin Tsabit yang masih berdiri dan melantunkan sebuah syair:

 

قيامي للعزيزعلي فرض

وترك الفرض ما هو مستقيم

عجبت لمن له عقل

يرى هذا الجمال ولا يقوم

 

"Berdirinya diriku untuk yang mulia adalah suatu kewajiban

Dan meninggalkan kewajiban bukanlah suatu hal yang lurus

Aku heran dengan seseorang yang memiliki akal

tidak berdiri ketika melihat keindahan ini"

Seperti yang diriwayatkan dalam Hadits Nabi saw. kepada kaum Ansar:

 

"قوموا لسيدكم."  يعني سعد بن معاذ رضي الله عنه. أخرجه البخاري(٣٥٢٠) ومسلم(٣٣١٤) من حديث أبي سعيد الخدري رضي الله تعالى عنه.

 

"Berdirilah untuk pemimpin kalian, (Saad bin Muadz) radhiaallahu 'anhu." (HR. Bukhari,  3520) dan (HR. Muslim, 3314) dari Hadits Abi Sa'id Al-Khudriy radhiaallahu 'anhu.

 

Sebagian individu melontarkan suatu pertanyaan: "Apa hukum berdiri ketika pembacaan Maulid Nabi Muhammad saw.?

Maka para Ulama menjawab: "Adat yang telah berjalan ini, seperti berdiri ketika pembacaan Maulid adalah bentuk senang, bahagia, serta gembira dengan lahirnya Nabi saw. ke alam semesta ini. Para Ulama telah bersepakat dan menyetujui akan hal tersebut sebagai bentuk pengagungan terhadap sang Nabi saw. Dan tidak ditemukan perbedaan pendapat di antara mereka, kecuali pendapat yang melenceng sehingga kita peduli akan hal itu.

 

Adapun bid'ah yang diingkari dalam syariat yaitu dengan menambah hal-hal dalam ibadah yang telah ditentunkan syariat dengan ketetapannnya. Untuk masalah adat, seperti amalan yang tertinggal, maka tergantung apa yang ia kehendaki untuk mengaturnya. Banyak dari para sahabat Nabi saw. yang memiliki wirid-wirid tersendiri dengan menjaga dan merapikannya. Pun tiada riwayat dari mereka bahwa hal tersebut adalah suatu kerusakan."


Ditulis di Mukalla – Yaman, Agustus 2020.

(*) Penulis adalah alumni Univ. Imam Syafi'i, dan saat ini sedang menempuh pendidikan S2 di Hadhramaut University.

Posting Komentar

Whatsapp Button works on Mobile Device only

Start typing and press Enter to search