Oleh : Abdullah Matin As-Syatiri(*)
Nafashadhramaut.id | Dalam artikel ini, saya akan mengupas sejarah peringatan Maulid Nabi Muhammad saw. dan sejarah berdiri ketika pembacaan Maulid. Sebelumnya, saya akan menjelaskan bahwa bulan ini adalah bulan yang mulia. Bulan yang di dalamnya dilahirkan insan paling mulia nan sempurna sejagad raya. Bulan dilahirkannya Nabi Muhammad saw. bulan Rabi'ul Awal. Bulan ini menjadi bulan yang mulia lantaran sang Nabi dilahirkan di dalamnya.
Nah, untuk penamaan bulan Rabi'ul Awal, bulan ini dinamakan demikian karena bulan tersebut bertepatan dengan permulaan musim semi. Oleh karena itu, bulan ini dinamakan bulan Rabi'ul Awal.
SEJARAH PERINGATAN MAULID NABI MUHAMMAD SAW
Bani Fatimiyah sempat merayakan Maulid Nabi Muhammad saw. selama
masa pemerintahan mereka di Mesir yang menyebar mulai dari tahun 362-567 H. Akan
tetapi, para pakar sejarah jika menyebutkan orang yang pertama kali merayakan Maulid
Nabi saw. adalah Al-Malik Al-Muzoffar Abu sa'id Kaukubra Malik Arbal pada masa
Shalahuddin Al-Ayyubi.
Mungkin sebabnya ialah karena ketiadaannya sudut pandang yang
berkaitan antara perayaan-perayaan yang istimewa, seperti yang telah ditulis
oleh pakar sejarah dalam mensifatinya dengan perayaan-perayaan Fatimiyah yang
remeh. Hal ini dikarenakan perhatian mereka (Fatimiyah) lebih besar terhadap
perayaan-perayaan kaum Syi'ah, Khalifah Fatimiyah, dan juga dengan pesta
duduknya di atas singgasana.
Ini adalah suatu adat yang biasa bagi mereka. Hal ini karena sedikitnya
ulama dan orang-orang sholeh pada masa Fatimiyah, dan banyak dari mereka (para
ulama) yang tak dikenal masyarakat karena bertentangannya dengan Akidah Ahlussunnah.
Mereka juga menindas para ulama dan sangat berupaya untuk menjadikan penduduk berakidah Syi'ah.
Tidaklah Maulid Nabi Muhammad saw. dilaksanakan
dengan teratur kecuali oleh orang-orang yang memiliki kedudukan tinggi disisi
Allah Swt. Bersumber daripara ulama. Amalan-amalan serta bacaan-bacaan yang ada di dalam
maulid pada dasarnya merupakan ilmu dan adat para auliya.
Maka dari itu, sebuah
kesalahan yang jelas jika ada yang mengaitkan Maulid
Nabi saw. dengan dinasti Fatimiyah.
Jadi, sebagaimana yang dikatakan pakar sejarah, bahwa Al-Malik
As-Shalih Abu Sa'id Kaukubra Malik Arbal adalah orang yang pertama kali
merayakan Maulid Nabi Muhammad saw. secara besar-besaran dengan metode
yang benar.
Akan tetapi, sebelumnya juga ada yang pernah merayakan Maulid
Nabi saw. di Irak, tepatnya di Mosil. Seorang wali besar, Syekh Umar Al-Mala,
orang yang dicintai oleh Nuruddin Zanki, pemimpin para raja yang bertakwa,
panutan para auliya. Beliau adalah rambu untuk
para pejuang di jalan Allah SWT. Lalu, siapakah Syekh Mala?
Beliau adalah orang yang ahli di berbagai bidang keilmuaan, juga
mempunyai banyak karangan, di antaranya sebuah kitab yang membahas sejarah Nabi
Muhamamad saw. Beliau juga memiliki pengetahuan akan hukum-hukum Al-Qur'an dan
Hadit-hadits Nabi saw. Para ulama, ahli fikih, raja-raja, pejabat-pejabat
mengunjungi ruang shalat / masjid kecilnya untuk mencari keberkahan dengan
vitalitas / ambisinya yang begitu besar, serta mengharapkan keberkahannya.
Pakar sejarah pun juga menyebutkan, bahwasanya beliau pernah
mengadakan Maulid Nabi saw. dengan perayaan yang luar biasa besar di setiap tahunnya. Beliau juga mengundang
banyak orang, baik dari kalangan awam ataupun khusus, juga para ulama, fakir
miskin, penyair-penyair dll. Dari situlah, seperti yang
dikatakan Abu Syamah, "Beliau mempunyai undangan setiap tahunnya, yaitu
dengan merayakan Maulid Nabi saw. Hadir
pula di dalamnya penguasa Mosil, para penyair, dan mereka melantukan qasidah, puja dan puji untuk Rasulullah saw.
pada perayaan tersebut.
Syekh Umar Al-Mala wafat pada masa pemerintahan Al-Atabikiyyah. Para
pembesar-pembesar pun ikut menyaksikan pemakaman beliau, orang-orang memandang kepadanya.
Beliau juga memiliki pandangan dan masjid. Nampak dari makamnya, para peziarah
yang ingin mencari keberkahan dengannya. Pandangannya
dari luar dinding di jalan. Para
pendatang dari sungai yang berada di Irak, terletak di daerah
yang diberi nama dengan nama beliau "Mahallah As-Syekh Umar", pengarang
kitab "Tarjamatul Auliya".
Syekh Umar wafat meninggalkan para penerusnya dengan pandangannya
yang besar dan berkembang. Sering dikunjungi dan dicari keberkahan di dalamnya,
sebagaimana dalam riwayat. Beliau juga meninggalkan sejarah yang
besar, ingatan yang baik, serta pelajaran-pelajaran, dan kepadanyalah banyak para pelajar mengambil manfaat.
Adapun peninggalan beliau yang terpenting secara mutlak adalah
perayaan Maulid Nabi Muhammad saw. karena beliau adalah orang yang pertama
kali merayakan Maulid. Itulah pekerjaan terbaik yang
pernah beliau buat. Maka barang siapa yang meneruskannya hingga hari kiamat,
maka beliau akan memperoleh pahala seperti pahala orang yang merayakannya,
sebagaimana disebutkan dalam hadits.
SEJARAH BERDIRI KETIKA PEMBACAAN MAULID
Adapun berdiri dalam pembacaan Maulid
Nabi Muhammad saw. ketika beliau lahir ke alam dunia, bukanlah suatu hukum yang
bersifat wajib atau sunah. Akan tetapi itu merupakan suatu
gambaran akan senang dan gembiranya mereka, sebagaimana ketika seseorang
berdiri kepada raja / orang yang memiliki kedudukan.
Maka
jika nama Rasulullah saw. disebutkan pada saat itu, niscaya orang yang
mendengar pun akan terbayang di benaknya bahwa seluruh alam semesta bahagia dan
gembira dengan nikmat ini dan seketika mereka berdiri untuk mengambarkan
kegembiraan itu.
Hal ini tentunya adalah hal yang biasa. Tiada kaitannya dengan
ibadah sebagaimana yang dinilai orang-orang yang mengingkarinya. Tidaklah
berdiri ini kecuali sebagai bentuk penghormatan dengan gambaran yang tersimpan
di jiwa mereka akan dzat Rasulullah saw.
Pernah suatu waktu Rasulullah saw. lewat di hadapan para sahabat,
lantas Nabi menyuruh mereka untuk duduk. Akhirnya seluruh sahabat duduk kecuali
sahabat Hasan bin Tsabit yang masih berdiri dan
melantunkan sebuah syair:
قيامي للعزيزعلي فرض
وترك الفرض ما هو مستقيم
عجبت لمن له عقل
يرى هذا الجمال ولا يقوم
"Berdirinya diriku untuk yang mulia
adalah suatu kewajiban
Dan
meninggalkan kewajiban bukanlah suatu hal yang lurus
Aku
heran dengan seseorang yang memiliki akal
tidak berdiri ketika melihat keindahan ini"
Seperti yang diriwayatkan dalam Hadits
Nabi saw. kepada kaum Ansar:
"قوموا لسيدكم." يعني سعد بن معاذ رضي الله عنه.
أخرجه البخاري(٣٥٢٠) ومسلم(٣٣١٤) من حديث أبي سعيد الخدري رضي الله تعالى عنه.
"Berdirilah untuk pemimpin kalian,
(Saad bin Muadz) radhiaallahu 'anhu." (HR. Bukhari, 3520) dan (HR. Muslim, 3314) dari Hadits Abi
Sa'id Al-Khudriy radhiaallahu 'anhu.
Sebagian individu melontarkan suatu pertanyaan: "Apa hukum
berdiri ketika pembacaan Maulid Nabi Muhammad saw.?
Maka para Ulama menjawab: "Adat yang telah berjalan ini, seperti
berdiri ketika pembacaan Maulid adalah bentuk senang, bahagia,
serta gembira dengan lahirnya Nabi saw. ke alam
semesta ini. Para Ulama telah bersepakat dan menyetujui akan hal
tersebut sebagai bentuk pengagungan terhadap sang Nabi saw. Dan tidak ditemukan perbedaan pendapat di antara
mereka, kecuali pendapat yang melenceng sehingga kita peduli akan hal itu.
Adapun bid'ah yang diingkari dalam syariat yaitu dengan menambah hal-hal dalam ibadah yang telah ditentunkan syariat dengan ketetapannnya. Untuk masalah adat, seperti amalan yang tertinggal, maka tergantung apa yang ia kehendaki untuk mengaturnya. Banyak dari para sahabat Nabi saw. yang memiliki wirid-wirid tersendiri dengan menjaga dan merapikannya. Pun tiada riwayat dari mereka bahwa hal tersebut adalah suatu kerusakan."
Ditulis di Mukalla – Yaman, Agustus 2020.
Posting Komentar