Sabtu, 21 November 2020

SEBUAH PILIHAN

Oleh : Subhan Fauzi(*)


Nafashadhramaut.id Alam mengajari kita tentang hidup, seperti udara yang kita hirup dan angin yang kerjanya hanya meniup. Itu semua menandakan kuasanya dzat yang Maha Hidup lagi Maha Menghidupkan.

 

Kejadian yang seringkali terjadi dalam kehidupan kita itu hanyalah drama, yang seolah membuat manusia terlena, sehingga manusia tak mengerti bahwa itu luka yang terbungkus cinta. Dan terkadang kejadian dalam kehidupan kita itu perlu dibungkus dan dibawa pulang ke tempat akhir yang sudah ditentukan, untuk dijadikan cerita dalam sebuah kehidupan.

 

Sebuah peradaban yang sekarang banyak dijalani masyarakat luar, yang kadang mereka tak mengerti akan apa yang mereka lakukan. Kehidupan modern membawa manusia kepada kehidupan yang modern pula. Tapi sangat disayangakan, mereka membawa dunia modern, dan ternyata mereka sendiri melupakan sesuatu yang harus mereka pegang. Pada dasarnya semua itu ada pada dunia bebas, dalam zona yang nyaman, dalam hembusan nafas yang seolah tak ada keraguan untuk melakukan kemaksiatan.

 

Sebenarnya, sebagai orang yang beriman, kita boleh megikuti dunia modern. Bahkan, jika kita bisa membawa kemodernan itu ke dalam peradatan Islam, itu jauh lebih baik. Karena semua tidak ada yang tidak mungkin. Jika budaya barat saja bisa merubah dunia, mengapa umat Islam tidak bisa merubah modernisasinya?

 

Pada dasarnya, kita sendiri memiliki kemauan dan juga pemikiran yang hendak bertindak untuk perubahan, hanya saja pemikiran itu kalah dengan keegoisan. Jika kita lihat pada dunia yang ada di sekeliling kita, contoh kecilnya saja dari tayangan yang ada di layar TV mungkin. Bahkan, sekarang sudah bukan hanya di TV, tapi di layar yang ada di kantong sendiri.

 

Chanel TV, Youtube, Tiktok, atau video-video yang lainnya. Itu semua menayangkan berbagai macam tayangan. Mulai dari sinema kartun, sinetron, drama, musik, sampai berita harian sekalipun. Apa yang dilihat oleh umat manusia kalau bukan tontonan yang biasanya mereka jadikan tuntunan, seolah dunia ini dituntun oleh tontonan. Bukannya dunia ini yang harusnya menuntun? Atau mungkin kita yang harusnya menuntun itu semua.

 

Entahlah! Yang jelas zaman sudah semakin menarik untuk diperhatikan dan dilindungi tentunya. Sebenarnya dalam masalah tontonan yang dijadikan tuntunan, siapa yang salah? Padahal orang zaman dahulu, ketika mereka melihat layar lebar (layar tancap), mereka selalu kritis terhadap sesuatu yang mereka lihat.  Jadi, mereka dapat mengambil hal yang baik, dan tak lupa membuang yang buruk. Eh,  tak disangka, sekarang kebanyakan itu kalau sedang nonton, semuanya ditiru, tidak dipertimbangkan dahulu baik-buruknya.

 

Sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi  wasallam bersabda:

 

"من تشبه بقوم فهو منهم." رواه أبو داود.

 

"Barang siapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk kaum itu." HR. Abu Daud.

 

Dari hadits tersebut sudah sangat jelas, jika memang seseorang yang meniru gaya hidup, aturan hidup, cara berpakaian orang lain, misalnya, berarti dia sama saja dengan orang tersebut. Maka jika bisa disamakan dengan orang tersebut, lalu bagaimana jika seorang yang ditirunya atau diserupainya itu tidak beriman? Wallahu A'lam. Maka dari itu, selayaknya manusia harus bisa lebih menilai dan menimbang baik-buruknya sesuatu yang terjadi. Terutama sesuatu yang akan ia lakukan.

 

Ketika kita melihat umat manusia di era modern ini, kita mungkin tidak sadar terhadap sesuatu yang terjadi di sekeliling kita. Eh ternyata sesuatu itu sudah melanggar hukum, tetapi seseorang dengan tidak berdosanya ia melakukan itu semua, seolah semua itu baik-baik saja. Sesungguhnya banyak hal yang terjadi dan hal tersebut melenceng dari syariatnya. Bahkan, di era sekarang ini, seseorang lebih mementingkan apa yang dia idolakan daripada hukum syariat yang seharusnya dia jalankan.

 

Yang membuat lucu negeri ini, orang-orang itu semuanya sudah belajar, sudah mendapatkan ilmu seharusnya. Akan tetapi mereka tak sadar, seolah mereka seperti balita yang tak mengerti akan dunia nyata. Pembahasan yang paling 'ngetrend' pada era ini adalah sesosok perempuan. Bayangkan, perempuan di era globalisasi itu lebih mencintai, menyayangi dan mengutamakan seorang yang tidak ada hubungan apa pun terhadapnya. Contohnya apa? Contohnya banyak sekali. Salah satunya; mereka lebih mengidolakan K-POP, misalnya, sampai mereka meniru gaya hidup orang tersebut. Padahal mereka mengerti dan paham akan hukum yang terkait masalah itu. Hal itu memang sangat melanggar aturan agama Islam, namun seolah-olah mereka tidak peduli terhadap sabda Nabi Muhammad saw.

 

"المرء مع من أحب." متفق عليه

 

"Seseorang kelak akan dikumpulkan bersama orang yang dicintainya" (Hadits yang disepakati oleh Bukhari dan Muslim.)

 

Dari penjelasan hadits tadi, itu sudah sangat bisa dipahami, bahwa kita kelak itu akan dikumplkan bersama siapa saja yang kita cintai. Jika seorang mencintai K-POP, tentu saja kelak dia akan dikumpulkan bersamanya. Namun jika kita mencintai Baginda Nabi Muhammad saw. insya Allah, kita akan disatukan dengan Beliau juga tentunya. Aamiin.

 

Jadi, semua itu kembali kepada diri kita. Kita sendiri yang akan menentukannya. Tetapi terkadang manusia juga lupa akan hal yang harus dilakukan atau dipilih. Nah, di situlah gunanya kita sebagai manusia untuk saling mengingatkan, karena kesadaran itu tidak hanya tumbuh dari diri kita sendiri, tapi terkadang tumbuh dari orang lain. Bagaimana tumbuh dari diri orang lain?  Dengan nasihat, misalnya. Atau dengan teguran kita terhadapnya. Atau mungkin juga dari perkataan / penjelasan ustadz yang ia dengarkan.

 

Wallahu A'lam bis showab

Semoga bermanfaat!

 

Referensi:

-Al-Jami' As-Shogir, Imam Suyuthi.

-Sunan Abi Daud, Imam Abu Daud.

-Shahih Bukhori, Imam Bukhari.

-Shahih Muslim, Imam Muslim.


Ditulis di Mukalla – Yaman, 14 Agusutus 2020.

(*) Penulis adalah alumni Univ. Imam Syafi'i, dan saat ini sedang menempuh pendidikan S2 di Hadhramaut University.

Posting Komentar

Whatsapp Button works on Mobile Device only

Start typing and press Enter to search