Nafashadhramaut.id | Alam mengajari kita tentang hidup, seperti udara yang kita hirup dan angin yang kerjanya hanya meniup. Itu semua menandakan kuasanya dzat yang Maha Hidup lagi Maha Menghidupkan.
Kejadian yang seringkali terjadi dalam kehidupan kita itu hanyalah
drama, yang seolah membuat manusia terlena, sehingga manusia tak mengerti bahwa
itu luka yang terbungkus cinta. Dan terkadang kejadian dalam kehidupan kita itu
perlu dibungkus dan dibawa pulang ke tempat akhir yang sudah ditentukan, untuk
dijadikan cerita dalam sebuah kehidupan.
Sebuah peradaban yang sekarang banyak dijalani masyarakat luar,
yang kadang mereka tak mengerti akan apa yang mereka lakukan. Kehidupan
modern membawa manusia kepada kehidupan yang modern pula. Tapi
sangat disayangakan, mereka membawa dunia modern, dan
ternyata mereka sendiri melupakan sesuatu yang harus mereka
pegang. Pada dasarnya semua itu ada pada dunia bebas, dalam zona yang nyaman,
dalam hembusan nafas yang seolah tak ada keraguan untuk melakukan kemaksiatan.
Sebenarnya, sebagai orang yang beriman, kita boleh
megikuti dunia modern. Bahkan, jika kita bisa membawa kemodernan itu ke dalam
peradatan Islam, itu jauh lebih baik. Karena semua
tidak ada yang tidak mungkin. Jika budaya barat saja bisa merubah
dunia, mengapa umat Islam tidak bisa merubah modernisasinya?
Pada dasarnya, kita sendiri memiliki kemauan dan juga pemikiran
yang hendak bertindak untuk perubahan, hanya saja pemikiran itu kalah dengan
keegoisan. Jika kita lihat pada dunia yang ada di sekeliling kita, contoh
kecilnya saja dari tayangan yang ada di layar TV mungkin. Bahkan,
sekarang sudah bukan hanya di TV, tapi di layar yang ada di
kantong sendiri.
Chanel TV, Youtube, Tiktok, atau video-video
yang lainnya. Itu semua menayangkan berbagai macam tayangan. Mulai dari sinema kartun, sinetron, drama, musik, sampai berita harian sekalipun.
Apa yang dilihat oleh umat manusia kalau bukan tontonan yang biasanya mereka
jadikan tuntunan, seolah dunia ini dituntun oleh tontonan. Bukannya
dunia ini yang harusnya menuntun? Atau mungkin kita yang harusnya menuntun itu
semua.
Entahlah! Yang
jelas zaman sudah semakin menarik untuk diperhatikan dan dilindungi tentunya.
Sebenarnya dalam masalah tontonan yang dijadikan tuntunan,
siapa yang salah? Padahal orang zaman dahulu, ketika mereka melihat layar lebar
(layar tancap), mereka selalu kritis terhadap sesuatu yang mereka lihat. Jadi, mereka dapat mengambil hal yang baik, dan tak lupa membuang
yang buruk. Eh, tak disangka, sekarang
kebanyakan itu kalau sedang nonton, semuanya ditiru, tidak dipertimbangkan
dahulu baik-buruknya.
Sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"من تشبه بقوم فهو منهم." رواه أبو داود.
"Barang siapa yang
menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk kaum itu." HR. Abu Daud.
Dari hadits tersebut sudah sangat jelas, jika memang seseorang yang
meniru gaya hidup, aturan hidup, cara berpakaian orang lain, misalnya, berarti dia sama saja dengan orang tersebut. Maka
jika bisa disamakan dengan orang tersebut, lalu bagaimana jika seorang yang
ditirunya atau diserupainya itu tidak beriman? Wallahu A'lam. Maka
dari itu, selayaknya manusia harus bisa lebih menilai dan
menimbang baik-buruknya sesuatu yang terjadi. Terutama sesuatu yang akan ia
lakukan.
Ketika kita melihat umat manusia di era modern ini, kita mungkin
tidak sadar terhadap sesuatu yang terjadi di sekeliling kita. Eh ternyata
sesuatu itu sudah melanggar hukum, tetapi seseorang dengan tidak berdosanya ia
melakukan itu semua, seolah semua itu baik-baik saja. Sesungguhnya banyak hal
yang terjadi dan hal tersebut melenceng dari syariatnya. Bahkan, di era
sekarang ini, seseorang lebih mementingkan apa yang dia idolakan daripada hukum
syariat yang seharusnya dia jalankan.
Yang membuat lucu negeri ini, orang-orang itu semuanya sudah belajar, sudah mendapatkan ilmu seharusnya. Akan
tetapi mereka tak sadar, seolah mereka seperti balita yang tak mengerti akan
dunia nyata. Pembahasan yang paling 'ngetrend' pada era
ini adalah sesosok perempuan. Bayangkan, perempuan di era globalisasi itu
lebih mencintai, menyayangi dan mengutamakan seorang yang tidak ada hubungan
apa pun terhadapnya. Contohnya apa? Contohnya
banyak sekali. Salah satunya; mereka lebih mengidolakan K-POP,
misalnya, sampai mereka meniru gaya hidup orang tersebut. Padahal mereka
mengerti dan paham akan hukum yang terkait masalah itu. Hal itu
memang sangat melanggar aturan agama Islam, namun
seolah-olah mereka tidak peduli terhadap sabda Nabi Muhammad saw.
"المرء مع من أحب." متفق عليه
"Seseorang kelak akan dikumpulkan bersama orang
yang dicintainya" (Hadits
yang disepakati oleh Bukhari dan Muslim.)
Dari penjelasan hadits tadi, itu
sudah sangat bisa dipahami, bahwa kita kelak itu akan dikumplkan bersama siapa
saja yang kita cintai. Jika seorang mencintai K-POP, tentu saja kelak dia akan
dikumpulkan bersamanya. Namun jika kita mencintai Baginda Nabi
Muhammad saw. insya Allah, kita akan disatukan dengan Beliau juga tentunya. Aamiin.
Jadi, semua itu kembali kepada diri kita. Kita sendiri yang akan menentukannya. Tetapi
terkadang manusia juga lupa akan hal yang harus dilakukan atau dipilih. Nah, di situlah
gunanya kita sebagai manusia untuk saling mengingatkan, karena kesadaran itu
tidak hanya tumbuh dari diri kita sendiri, tapi terkadang tumbuh dari orang
lain. Bagaimana tumbuh dari diri orang lain?
Dengan nasihat,
misalnya. Atau dengan teguran kita terhadapnya. Atau mungkin
juga dari perkataan / penjelasan ustadz yang ia
dengarkan.
Wallahu A'lam bis showab
Semoga bermanfaat!
Referensi:
-Al-Jami' As-Shogir,
Imam Suyuthi.
-Sunan Abi Daud, Imam Abu Daud.
-Shahih Bukhori, Imam Bukhari.
Ditulis di Mukalla – Yaman, 14 Agusutus 2020.
Posting Komentar