Bulan Sya’ban memiliki salah satu peristiwa
yang sangat penting yang harus kita ketahui yaitu peristiwa dirubahnya kiblat menuju Ka’bah di wilayah masjid kiblatain, Madinah.
Masjid Kiblatain merupakan petilasan sejarah
perpindahan kiblat sepanjang masa. Dahulu di tahun 2 H, saat masih kiblat mengarah
ke Bait al-Maqdis, pada bulan Sya’ban kanjeng Nabi saw. menunggu turun firman agar arahan kiblat sholat menuju ke Ka’bah al-Musyarrafah, dengan
semangat hatinya.
Setiap hari beliau membolak-balikkan wajah ke
arah langit agar bisa segera menerima wahyu dari Allah swt. dan mencapai
ekpektasinya yang sesuai diridhoi oleh Tuhan-Nya yang maha esa.
Pada saat kanjeng Nabi saw. sholat di madinah bersama para sahabat, turunlah
firman Allah swt. yang berbunyi:
قَدۡ نَرَىٰ تَقَلُّبَ
وَجۡهِكَ فِي ٱلسَّمَآءِۖ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبۡلَةٗ تَرۡضَىٰهَاۚ فَوَلِّ
وَجۡهَكَ شَطۡرَ ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡحَرَامِۚ وَحَيۡثُ مَا كُنتُمۡ فَوَلُّواْ
وُجُوهَكُمۡ شَطۡرَهُۥۗ [البقرة: 144]
“Sungguh kami telah melihat bolak balik wajahmu ke arah langit, maka kami memindahkan akan kiblat yang engkau ridhoi, maka arahkan wajahmu pada arah Masjid al-Haram dan sekiranya dimana kalian
berarah pindah kepada arah-Nya.” (QS. Al-Baqarah: 144)
Berbaliklah wajah kanjeng Nabi saw. bersama
para sahabat yang sedang sholat disana menuju ke arah Ka’bah Masjid al-Haram,
setelah itu kiblat Masjid Nabawi dan
lain-nya juga turut mengikuti Kiblat ke sana. Maka tempat yang mana mereka
berpindah kiblat disebut dengan Masjid Kiblatain yang menjadi sebuah bukti
adanya awal Kiblat ke Bait al-Maqdis berpindah ke Masjid al-Haram.
Al-Imam Abu Hatim al-Basatty r.a. berargument,
“Kaum muslimin yang telah sholat ke Bait al-Maqdis sudah selama 17 bulan 3
hari, dikarenakan kanjeng Nabi saw. datang ke kota Madinah hari senin bukan 12
malam selain dari bulan Rabi’ul Awal, sedangkan Allah swt. telah
memerintahkan-nya untuk menghadap Ka’bah hari selasa pada pertengahan dari
bulan Sya’ban.”
Namun dari arah berlainan, kaum Yahudi merasa
senang sebab kaum muslimin mengarahkan sholat ke Ka’bah yang mana disekitar-nya
ada berhala, seolah-olah menganggap kaum muslimin menyembah berhala yang mereka
sembah, tapi dilain sisi mereka juga putus asa karena tidak beriman.
Abuya Sayyid Muhammad al-Maliki r.a.
memaparkan penjelasan akan hal itu, dalam kitabnya Syariatullah al-Khalidah,
“Secara ideologi drastis, memang Ka’bah
adalah sebuah arah yang disembah, sedangkan yang dimaksud oleh hati hanyalah
ibadah kepada Allah, bukan berarti menyembah kiblat, menghadap kepada Kiblat
adalah sebuah perintah namun hakikat ibadah hanya kepada Allah. Jadi,
diperintahkan solat berarah kesana itu tidak masalah meski diantara Ka’bah
terdapat berhala. Siapapun yang bermaksud ibadah kepada Ka’bah maka ia adalah
pemuja berhala yang kafir.”
===============
Penulis: @el_ghubar.mubarok
Editor: @gilang_fazlur_rahman
Layouter: @najibalwijufri
Terus dukung dan ikuti perkembangan kami lewat akun media sosial
Nafas Hadhramaut di;
IG • FB • TW • TG | Nafas Hadhramaut • Website
| www.nafashadhramaut.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar