Selain memang tergolong salah satu Asyhur Hurum (Bulan-bulan
mulia), Rajab memiliki satu moment yang tidak mungkin hanya diperingati begitu
saja oleh seorang muslim. Apalagi jika tidak sama sekali (sebagaimana yang
diyakini oleh sebagian oknum). Iya, Isra’
Mi’raj. Namun pembahasan kali ini bukan sekedar peringatan yang tergambar di benak Anda saja, melainkan lebih.
Banyak sekali ulama’ yang membahas peristiwa Isra’ Mi’raj dalam kitab-kitab Mereka. Hanya
saja masih banyak pribadi muslim yang tidak mempedulikannya. Bukan berarti tidak mau membaca pembahasan
Isra’, tapi memang tidak sedikit yang belum menyadari bahwa peristiwa isra’
merupakan bukti suci akan keagungan cinta Rasulullah saw. pada umat-Nya.
Hadist tentang kecintaan Beliau pada Kita memang sering didengar, dan itu memang sangat banyak. Tapi sebagaimana lumrahnya manusia biasa (apalagi kalau sering berbuat dosa) tidak mungkin Kita luput dari yang namanya lupa. Contoh kecilnya, jika untuk mendirikan shalat saja kadang masih
menunggu adzan sampai ke telinga, lantas bagaimana dengan urusan ingat pada
Nabi-Nya. Dari itu, para
ulama’ sering berkata : ‘’Diantara manfa’at memperingati peristiwa
penting dalam islam seperti
‘Maulid, Isra’ Mi’raj dan lainnya adalah untuk meningkatkan ingatan dan
kecintaan Kita pada Rasulullah saw;
karena tidak mungkin Kita lupa pada-Nya, hanya saja kadang ingatan itu memudar dan melemah’’.
Pernahkah Anda bertanya, kenapa Rasulullah saw. memilih untuk
meminta keringanan rakaat shalat? Padahal 50 rakaat itu sama sekali bukan lah
beban bagi-Nya; kalau Anda perhatikan dengan seksama, ternyata jumlah
raka’at yang Beliau dirikan tiap hari-Nya hampir mendekati angka 50 atau bahkan lebih.
Mulai dari 17 raka’at shalat fardhu, ditambah sunnah rawatib 10 yang muakkad,
terus 10 ghairu muakkad, belum lagi shalat dhuha, tahajjud dan witir-Nya.
Kerennya lagi, itu semua Beliau langgengkan sampai akhir hayat.
Apakah selama ini Kita tidak pernah menyadari bahwa yang
menjadi motivasi Rasulullah saw. untuk rela bolak balik menahan malu pada Allah
Ta’ala adalah kecintaan Beliau pada Kita semua (umat-Nya). Coba anda bayangkan
seperti apa jadinya jika 50 rakaat itu benar-benar wajib pada
Kita.! Setelah beberapa kali memohon pada Allah agar berkenan untuk mengurangi
rakaat shalat, Nabi Musa as. masih menyarankan Beliau agar kembali meminta
keringanan, namun kali ini Rasulullah saw. menjawab:
"قد
راجعت ربي وسألته حتى استحييت منه"
“Sungguh Aku telah berulang kali menghadap dan memohon keringan
pada Allah Ta’ala, hingga Aku benar-benar malu pada-Nya.”
Apakah Anda berfikir bahwa Rasulullah saw. baru merasa malu setelah
berkali kali melakukan penawaran dan tidak pada permohonan pertama? Jelas tidak
demikian.
Disebutkan bahwa setelah berbicara langsung dengan Allah Ta'ala,
Nabi Musa as. seakan tuli atau tidak faham dengan apa yang dibicarakan oleh
orang disekitar-Nya. Hal itu disebabkan oleh kenikmatan yang Beliau peroleh
saat bermunajat. Para guru juga sering menjelaskan bahwa setelah masuk surga,
orang-orang akan lupa dengan segala kenikmatan yang pernah dirasakan di dunia,
namun ketika ditakdirkan untuk melihat Allah Ta'ala, semua kenikmatan surga
akan sirna dari benak Mereka. Dari 2
pernyataan itu Kita faham, bahwa cinta Rasulullah saw. pada umat-Nya
benar-benar tidak terhingga; buktinya walaupun baru bermunajat dan berhadapan
langsung dengan Allah Ta'ala, namun Kita tidak sirna dari benak-Nya. -Allahumma
Shalli Wa Sallim Wa Barik Alaih- Hal seperti inilah yang harus selalu diinga
baik-baikt; agar Kita tidak sampai lupa pada Rasulullah dan kadar cinta Beliau
pada umat-Nya.
Sebelum terakhir, kalau ada yang bertanya. Apa sih pentingnya
mengenang cinta Rasulullah? Menurut
hemat penulis jawabannya ada 2:
Pertama: Para ulama’ sepakat bahwa Ibadatul Qalb (amal perbuatan
yang berasal dari hati nurani seperti sabar, tawadu’ dan lainnya) jauh lebih
afdhal dari ibadah yang kasat mata; diantara alasannya adalah karena jauh dari
riya'. dan disebutkan dalam kitab I'anah At-Thalibin bahwa mencintai Rasulullah
saw. dan Ahlu Bait-Nya termasuk Ibadatul Qalb.
Kedua: Al-Munsib Al-Habib Ali bin Abdullah Al-Hamid pernah berkata
(yang kurang lebih artinya) seperti berikut: ‘’Jika dahulu kala kota
Mekah dan Madinah tidak pernah dituruni adzab karena ada Rasulullah saw. di
dalamnya, maka tempatkanlah Beliau pada sanubari-Mu dengan selalu menyebut dan
bershalawat pada-Nya; agar Engkau jauh dari malapetaka.''
Anda pasti sepakat, bahwa kedua hal tersebut tidak mungkin
dilakukan orang-orang yang lupa pada Rasulullah saw.
Terakhir, setelah panjang lebar membahas besarnya cinta Rasulullah saw. pada Kita. Sejatinya (walaupun hanya setahun
sekali) selaku umat peristiwa Isra’ Mi’raj itu juga harus dijadikan sebagai
batu loncatan untuk meng-Upgrade kecintaan Kita pada Beliau. Kasarannya, Masa
iya dalam urusan cinta saja Kita juga kalah dengan Rasulullah saw; apakah
sebagai umat tidak malu jika kecintaan Rasulullah saw. pada Kita melebihi cinta
Kita pada-Nya? Semoga Kita semua tergolong umat
yang dibanggakan oleh Rasulullah saw. [Wallahu A’lam]
===============
Penulis: @almalikiani
Editor: @gilang_fazlur_rahman
Layouter: @najibalwijufri
Terus dukung dan ikuti perkembangan kami lewat akun media sosial
Nafas Hadhramaut di;
IG • FB • TW • TG | Nafas Hadhramaut • Website | www.nafashadhramaut.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar