Setiap manusia memiliki perbedaan, baik dalam
hal pemikiran, seperti saat menangkap sebuah maklumat yang dia pelajari. Akan
tetapi semua hakikat manusia itu sama, yaitu tercipta dalam keadaan yang tidak
mengetahui hal apapun alias dalam keadaan kosong.
Dalam hal ini ada suatu hal yang perlu kita bahas.
Pembahasan apakah itu? Ya, tentang sebuah kedewasaan, baik kedewasaan yang ada
pada diri manusia, seperti dalam segi pemikiran, perilaku, kebiasaan dsb.
Sebelum masuk dengan apa yang akan kita bahas,
yaitu tentang kedewasaan. Ada sebuah kalimat dari salah satu orang yang
berpengaruh di barat, ia berkata:
“Perhatikan pikiranmu karena itu akan menjadi
ucapan, perhatikan ucapanmu karena itu akan menjadi tindakan, perhatikanlah
tindakanmu karena itu akan menjadi sebuah kebiasaan, perhatikanlah kebiasaanmu karena
itu akan menjadi karaktermu, dan jika itu sudah menjadi karaktermu berarti
itulah sifat yang melekat pada diri mu.”
Dari kalimat tersebut kita bisa menyimpulkan
bahwa manusia bisa menjadi dewasa atau sukses itu bermula dari pemikiraan-nya,
dan bisa dikatakan seorang yang bijaksana dalam pandangan orang lain itu dari
sikap dan perilakunya (keseharian-nya), akan tetapi semua itu bermula dari
pemikiran dan seseorang akan berubah ketika pemikiran-nya berubah, sedikit demi
sedikit.
Jadi dari situ kita bisa mengetahui, jika
ingin berubah itu bisa dimulai dari pemikiran-nya. Akan tetapi pemikiran
tersebut terkadang tidak bisa berubah walau umur manusia bertambah sekalipun, karena
kedewasaan seseorang berometernya bukanlah tentang umur, melainkan dengan
seberapa dewasaan nya dia menghadapi masalah yang ada.
Dalam pelajaran ilmu nafs (psikologi)
kita diajari bagaimana kita bisa mengerti apa yang seseorang lakukan dan
bagaimana kehidupan serta cara dia untuk melakukan kehidupan dengan penuh
progres atau dengan penuh percaya diri. Perlu kita ketahui bahwa seseorang yang
cerdas dalam segala hal itu tidak mudah menyalahkan orang lain dan tidak mudah
menghina orang lebih rendah dari nya.
Dengan itu, kita belajar sebuah akhlaq atau
kepribadian yang baik dalam menjalani kehidupan dan mengajarkan kita salah satu
sifat yang tidak layak dimiliki seorang makhluk yaitu sifat sombong atau
menyombongkan diri terhadap orang lain. Karena itu termasuk suatu hal yang bisa
merusak moral seseorang. kesombongan adalah sifat yang hanya boleh dimiliki
oleh Allah swt., karena hanya sang kholiklah yang pantas untuk menyomobongkan
dirinya, dengan sifat- Nya qiyamuhu binafsihi (bisa berdiri dengan
sendirinya), alias tidak membutuhkan siapapun.
Dan sifat sombong itu akan menjadikan
seseorang itu seperti menghina dirinya sendiri, seperti apa yang dikatakan oleh
Al-Imam Al-Mujtahid Al-Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad dalam kitabnya Adab
Suluk al-Murid, beliau berkata:
"فالكِبر
يدُلُّ مِن صاحِبِه على غايةِ الحماقَة، ونهاية الجهالة والغباوةِ، وكيف يليقُ التكَبُّر مِمّن يعلم أنّه مخلوقٌ مِن نُطفةٍ مَذِرةٍ وعلى القُرب
يصِير جِيفةً قذِرةً"
“Sombong itu pertanda bahwa seseorang berada dalam kebodohan yang
dalam, dan dalam akhir yang bodoh serta
sangat teramat bodoh. Lalu bagaimana pantas dia sombong sedangkan kita tau
bahwa sesungguhnya dia tercipta dari tetesan air mani yang bertaburan, dan pada
akhirnya akan menjadi bangkai yang kotor.”
Begitulah perkataan Imam Haddad, yang mana harus kita ketahui bahwa kedewasaan bukan hanya
dibutuhkan untuk merubah kehidupan, akan tetapi kita butuhkan untuk memperbaiki
moral yang sudah rusak di dalam diri kita,
agar hari-hari yang dilewati menjadi berarti.
Sifat sombong merupakan sifat dari
iblis, padahal iblis adalah salah satu makhluk Allah swt. yang cerdas, dan
bahkan diceritakan oleh para ulama bahwa iblis pernah menjadi panglima perang,
akan tetapi karena sifat sombongnya itu, yang dimana ketika Allah swt. memerintahkannya
untuk sujud kepada Nabi Adam as., iblis pun enggan untuk melaksanakan itu karena
kesombongannya, sehingga ia dikeluarkan oleh Allah swt. dari surga – Nya.
Seperti apa yang disampaikan oleh
Allah swt. dalam Al-Qur’an:
”ﱔ ﱕ ﱖ ﱗ ﱘ ﱙ ﱚ ﱛ ﱜ ﱝ ﱞ ﱟ ﱠ " ) الأعراف: ١٣ (
“Apakah yang menghalangimu untuk
bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?" Iblis menjawab “Saya lebih baik dari padanya, Engkau menciptakanku dari api
sedangkan Engkau menciptakannya dari tanah.” KemudianAllah berfirman: “Turunlah
kamu dari surga itu; karena kamu tidak sepantasnya menyombongkan diri di
dalamnya, keluarlah, sesungguhnya kamu termassuk orang-orang yang hina.”
Seperti apa yang sudah kita mengerti, bahwa hidup ini tidak hanya untuk dinikmati,
melainkan untuk dimengerti dan juga dipahami. Kedewasaan sesorang ditentukan
dalam diri, yaitu merubah pola pikir yang akan dilakukan
setiap hari,
hindari sesuatu yang tidak berarti, agar moral manusia menjadi lebih baik lagi.
[Wallahu A’lam]
===============
Penulis: @subhan_fauzi_
Editor: @gilang_fazlur_rahman
Ilustrator: @najibalwijufri
Terus dukung dan ikuti perkembangan
kami lewat akun media sosial Nafas Hadhramaut di;
IG • FB • TW • TG | Nafas Hadhramaut • Website | www.nafashadhramaut.id
Posting Komentar