Jumat, 20 Januari 2023

"Persoalan Bocil Milenial" Oleh: Ali Rahman bin Saniwi (Mahasiswa Tingkat Tiga, Fakultas Syariah, Universitas Imam Syafi’i)

 

 


Sebagian anak-anak yang sering kita temukan masih berada dalam dunia mainan, bingal nan manja atas semua keinginan, hingga lalai dan lupa memperhatikan perjuangan orang tuanya bagaimana mencari uang demi semua kebutuhannya.

 

Di antara para orang tua ada yang rela kepanasan di bawah terik sinar mentari, mengangkat beban berat, jatuh cedera dan meski di pandang hina oleh masyarakat sekalipun, tidak diperdulikan.

 

Letih kelelahan, kesakitan yang menggerutu di sekujur tubuh yang lemah renta itu masih tetap berjuang demi memenuhi ekonomi keluarga kecil.

 

Oleh karena itu, secarik kisah yang lazim di dengarkan oleh bocil milenial adalah kemungilan perangai simpati Sayyidah Fatimah az-Zahra r.a semasa kecilnya pada sang Ayahanda Rasulullah saw.

 

Di tahun dimana Rasulullah saw. delima karena ketiadaan 2 orang yang sangat besar peranannya di sisi beliau, yakni sang paman Abu Thalib dan Sayyidah Khadijah r.a. Rasulullah saw. masih berdakwah meskipun harus di gundah sedih karena kepergian orang yang di cintai.

 

Saat itu tidak banyak yang menghibur beliau, malah kaum kafir Quraisy semakin berani menghina dan menjatuhkan harga diri beliau, karena tiada paman yang melindungi serta menolong beliau.

 

Namun dengan kegigihan beliau, jalan dakwah adalah risalah yang paling paten di laksanakan. Mulailah beranjak kaki menuju kampung Thaif,  sesampainya tetapi kujuran darah yang di balas oleh mereka lantas menolak ajakan agama yang selaras rasio dan leluhur nenek moyang mereka.

 

Namun, karena di sisi beliau masih ada Putri yang jelita Sayyidah Fatimah az-Zahra r.a sedang sedih memandang sang ayahanda telah terluka, di dzolimi. Dengan simpatiknya, mengulur ayah agar mundur, berobat dan istirahat.

 

Akan tetapi dengan kegigihan Rasulullah saw., beliau tidak ingin putrinya sedih, lisan mulai berucap pada putrinya, “Jangan menangis putriku, Allah pasti melindungi ayah.”

 

Beginilah keluarga yang seharusnya kita jadikan tauladan, saling mengayumi, mengasihi dan sakinah mawadah warahmah. Untuk sakinah tidak hanya untuk suami istri, namun antara simpati ayah dan anak juga bagian penting dari mawadah tersebut, bukan hanya ada mau ambil manfaat ketika butuh pada keluarga. [Wallahu A’lam]

 

===============

Penulis: @el_ghubar.mubarok

Editor: @gilang_fazlur_rahman

Ilustrator: @najibalwijufri

 

Terus dukung dan ikuti perkembangan kami lewat akun media sosial Nafas Hadhramaut di;

 

IG • FB • TW • TG | Nafas Hadhramaut • Website | www.nafashadhramaut.id

 

Posting Komentar

Whatsapp Button works on Mobile Device only

Start typing and press Enter to search