Sebagian
anak-anak yang sering kita temukan masih berada dalam dunia mainan, bingal nan
manja atas semua keinginan, hingga lalai dan lupa memperhatikan perjuangan
orang tuanya bagaimana mencari uang demi semua kebutuhannya.
Di antara para
orang tua ada yang rela kepanasan di bawah terik sinar mentari, mengangkat
beban berat, jatuh cedera dan meski di pandang hina oleh masyarakat sekalipun,
tidak diperdulikan.
Letih
kelelahan, kesakitan yang menggerutu di sekujur tubuh yang lemah renta itu
masih tetap berjuang demi memenuhi ekonomi keluarga kecil.
Oleh karena
itu, secarik kisah yang lazim di dengarkan oleh bocil milenial adalah
kemungilan perangai simpati Sayyidah Fatimah az-Zahra r.a semasa kecilnya pada
sang Ayahanda Rasulullah saw.
Di tahun dimana
Rasulullah saw. delima karena ketiadaan 2 orang yang sangat besar peranannya di
sisi beliau, yakni sang paman Abu Thalib dan Sayyidah Khadijah r.a. Rasulullah
saw. masih berdakwah meskipun harus di gundah sedih karena kepergian orang yang
di cintai.
Saat itu tidak
banyak yang menghibur beliau, malah kaum kafir Quraisy semakin berani menghina
dan menjatuhkan harga diri beliau, karena tiada paman yang melindungi serta
menolong beliau.
Namun dengan
kegigihan beliau, jalan dakwah adalah risalah yang paling paten di laksanakan.
Mulailah beranjak kaki menuju kampung Thaif, sesampainya tetapi kujuran
darah yang di balas oleh mereka lantas menolak ajakan agama yang selaras rasio
dan leluhur nenek moyang mereka.
Namun, karena
di sisi beliau masih ada Putri yang jelita Sayyidah Fatimah az-Zahra r.a sedang
sedih memandang sang ayahanda telah terluka, di dzolimi. Dengan simpatiknya,
mengulur ayah agar mundur, berobat dan istirahat.
Akan tetapi
dengan kegigihan Rasulullah saw., beliau tidak ingin putrinya sedih, lisan
mulai berucap pada putrinya, “Jangan menangis putriku, Allah pasti melindungi
ayah.”
Beginilah
keluarga yang seharusnya kita jadikan tauladan, saling mengayumi, mengasihi dan
sakinah mawadah warahmah. Untuk sakinah tidak hanya untuk suami istri, namun
antara simpati ayah dan anak juga bagian penting dari mawadah tersebut, bukan
hanya ada mau ambil manfaat ketika butuh pada keluarga. [Wallahu A’lam]
===============
Penulis: @el_ghubar.mubarok
Editor:
@gilang_fazlur_rahman
Ilustrator:
@najibalwijufri
Terus dukung
dan ikuti perkembangan kami lewat akun media sosial Nafas Hadhramaut di;
IG • FB • TW • TG | Nafas Hadhramaut • Website | www.nafashadhramaut.id
Posting Komentar