Rasulullah saw. terkenal dengan sifat lemah lembut dan
kasih sayangnya, bukan kepada sahabat-sahabatnya saja, namun kepada semua umat,
baik kepada yang taat atau kepada mereka yang suka bermaksiat.
Suatu ketika
Rasulullah berhadapan dengan pemuda yang suka bermaksiat. Dia sudah beriman dan
masuk Islam, namun perangai buruknya masih belum terbuang. Masih ada noda kotor
yang menempel dihatinya, membandel, susah dihilangkan.
Sebagaimana yang telah
diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Abi Umamah, bahwasannya ia berkata: “Sesungguhnya
telah datang kepada nabi Muhammad saw. seorang pemuda, pemuda itu meminta
kepada Rasulullah: “Wahai Rasulullah, izinkahlah diriku untuk melakukan zina!”
Sahabat yang mendengarkan ucapannya naik pitam, pemuda itu dicaci maki. “Wahai,
Dasar!”
Rasulullah saw. tetap
tenang, pemuda itu disuruhnya untuk mendekat “Naiklah dan mendekatlah!”, lalu Rasulullah
membalasnya dengan lembut: “Apakah kamu menyukainnya, jika perbuatan keji ini
terjadi pada ibumu?” “Tidak Rasulullah, demi jiwa ragaku dalam genggamannya,
semoga Allah menjadikanku jaminan darimu” -jawab pemuda itu. “Begitu juga semua
orang, mereka tidak suka jika itu terjadi kepada ibunya.” Imbuh Rasulullah.
Lalu Rasulullah
bertanya lagi “Apakah kamu menyukainya jika itu terjadi pada putrimu?” “Tidak Rasulullah,
demi jiwa ragaku dalam genggamannya, semoga Allah menjadikanku jaminan darimu”,
Jawab sang pemuda. “Begitu juga orang-orang, mereka semua tidak suka jika
itu terjadi terhadap putrinya,” tambah Rasulullah.
Pemuda itu ditanyai lagi
“Apakah kamu menyukainya jika itu terjadi pada saudara perempuanmu? Atau
terjadi pada bibimu?” Jawabannya masih sama, “Tidak Rasulullah, demi jiwa
ragaku dalam genggamannya, semoga Allah menjadikanku jaminan darimu.”
“Begitu juga semua
orang, mereka tidak menyukai jika itu terjadi pada saudara dan kerabatnya.” Imbuh
Rasulullah.
Pemuda itu menunduk,
dia bersimpuh dalam dekapan Rasulullah, kemudian Rasululah menepuk pundaknya
seraya mendoakannya “Ya Allah, ampunilah dosa-dosanya, bersihkan hatinya dan
jagalah farjinya.” Setelah kejadian ini pemuda itu menjadi pemuda yang
taat, ia tidak pernah sesekali melirik kepada perbuatan maksiat.
Ini adalah bentuk
contoh dakwah Rasulullah saw. kepada kita, merubah cara pandang kita akan
pentingnya penyampaian. Kita tidak perlu menggunakan ucapan yang kasar untuk
membenarkan kesalahan orang lain, karna kekerasan tidak menjadi sebab perubahan
akhlak seseorang.
Rasulullah tidak membalasnya dengan mencaci maki sebagimana yang dilakukan oleh para sahabat. Beliau tidak langsung berkata “Wahai fulan, sesungguhnya Allah telah mengharamkan zina”, “Wahai fulan, Allah telah menjadikan adzab yang pedih bagi para pelaku zina.” Namun Rasulullah mencaci keburukan perbuatan itu, bukan pelakunya. Allah telah bersabda dalam Qur’annya:
"ادع إلى سبيل ربك بالحكمة والموعظة
الحسنة وجدلهم بالتي هي أحسن"
“Ajaklah kepada jalan tuhanmu dengan hikmah dan nasehat yang indah,
dan berdiskusilah dengan baik.”
Dari sini kita tahu, bahwa pengobatan
dengan cara berdiskusi dan bermain logika adalah cara yang lebih manjur bin
mujarrab. [Wallahu A’lam]
*Dinukil dari kitab Hakadza Ta’amala
An-Nabi, karangan Ahmad Abdul Malik Ahmad Muhammad Hizabir Al-A’wadli.
===============
Penulis: @charissidqie_
Editor: @gilang_fazlur_rahman
Ilustrator: @najibalwijufri
Terus dukung dan ikuti perkembangan
kami lewat akun media sosial Nafas Hadhramaut di;
Terus dukung dan ikuti perkembangan
kami lewat akun media sosial Nafas Hadhramaut di;
IG • FB • TW • TG | Nafas Hadhramaut • Website | www.nafashadhramaut.id
Posting Komentar