Jumat, 13 Januari 2023

“Wahai Rasulullah, Izinkan Aku Zina!” Oleh: Kharis Shidqi (Mahasiswa Tingkat Tiga, Fakultas Syariah, Universitas Imam Syafi’i)

 



Rasulullah saw. terkenal dengan sifat lemah lembut dan kasih sayangnya, bukan kepada sahabat-sahabatnya saja, namun kepada semua umat, baik kepada yang taat atau kepada mereka yang suka bermaksiat.

 

Suatu ketika Rasulullah berhadapan dengan pemuda yang suka bermaksiat. Dia sudah beriman dan masuk Islam, namun perangai buruknya masih belum terbuang. Masih ada noda kotor yang menempel dihatinya, membandel, susah dihilangkan.

 

Sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Abi Umamah, bahwasannya ia berkata: “Sesungguhnya telah datang kepada nabi Muhammad saw. seorang pemuda, pemuda itu meminta kepada Rasulullah: “Wahai Rasulullah, izinkahlah diriku untuk melakukan zina!” Sahabat yang mendengarkan ucapannya naik pitam, pemuda itu dicaci maki. “Wahai, Dasar!”

 

Rasulullah saw. tetap tenang, pemuda itu disuruhnya untuk mendekat “Naiklah dan mendekatlah!”, lalu Rasulullah membalasnya dengan lembut: “Apakah kamu menyukainnya, jika perbuatan keji ini terjadi pada ibumu?” “Tidak Rasulullah, demi jiwa ragaku dalam genggamannya, semoga Allah menjadikanku jaminan darimu” -jawab pemuda itu. “Begitu juga semua orang, mereka tidak suka jika itu terjadi kepada ibunya.” Imbuh Rasulullah.

 

Lalu Rasulullah bertanya lagi “Apakah kamu menyukainya jika itu terjadi pada putrimu?” “Tidak Rasulullah, demi jiwa ragaku dalam genggamannya, semoga Allah menjadikanku jaminan darimu”, Jawab sang pemuda. “Begitu juga orang-orang, mereka semua tidak suka jika itu terjadi terhadap putrinya,” tambah Rasulullah.

 

Pemuda itu ditanyai lagi “Apakah kamu menyukainya jika itu terjadi pada saudara perempuanmu? Atau terjadi pada bibimu?” Jawabannya masih sama, “Tidak Rasulullah, demi jiwa ragaku dalam genggamannya, semoga Allah menjadikanku jaminan darimu.”

“Begitu juga semua orang, mereka tidak menyukai jika itu terjadi pada saudara dan kerabatnya.” Imbuh Rasulullah.

 

Pemuda itu menunduk, dia bersimpuh dalam dekapan Rasulullah, kemudian Rasululah menepuk pundaknya seraya mendoakannya “Ya Allah, ampunilah dosa-dosanya, bersihkan hatinya dan jagalah farjinya.” Setelah kejadian ini pemuda itu menjadi pemuda yang taat, ia tidak pernah sesekali melirik kepada perbuatan maksiat.

 

Ini adalah bentuk contoh dakwah Rasulullah saw. kepada kita, merubah cara pandang kita akan pentingnya penyampaian. Kita tidak perlu menggunakan ucapan yang kasar untuk membenarkan kesalahan orang lain, karna kekerasan tidak menjadi sebab perubahan akhlak seseorang.

 

Rasulullah tidak membalasnya dengan mencaci maki sebagimana yang dilakukan oleh para sahabat. Beliau tidak langsung berkata “Wahai fulan, sesungguhnya Allah telah mengharamkan zina”, “Wahai fulan, Allah telah menjadikan adzab yang pedih bagi para pelaku zina.” Namun Rasulullah mencaci keburukan perbuatan itu, bukan pelakunya. Allah telah bersabda dalam Qur’annya:

"ادع إلى سبيل ربك بالحكمة والموعظة الحسنة وجدلهم بالتي هي أحسن"

 

“Ajaklah kepada jalan tuhanmu dengan hikmah dan nasehat yang indah, dan berdiskusilah dengan baik.”

 

Dari sini kita tahu, bahwa pengobatan dengan cara berdiskusi dan bermain logika adalah cara yang lebih manjur bin mujarrab. [Wallahu A’lam]

 

*Dinukil dari kitab Hakadza Ta’amala An-Nabi, karangan Ahmad Abdul Malik Ahmad Muhammad Hizabir Al-Awadli.

 

===============

Penulis: @charissidqie_

Editor: @gilang_fazlur_rahman

Ilustrator: @najibalwijufri

 

Terus dukung dan ikuti perkembangan kami lewat akun media sosial Nafas Hadhramaut di;

  

Terus dukung dan ikuti perkembangan kami lewat akun media sosial Nafas Hadhramaut di;

IG • FB • TW • TG | Nafas Hadhramaut Website | www.nafashadhramaut.id

 

 

 

Posting Komentar

Whatsapp Button works on Mobile Device only

Start typing and press Enter to search