Nafashadhramaut.id | Mukalla (01/02), Tepatnya pada rabu sore sehabis wirid ashar, Universitas
Imam Syafi’i mengadakan bedah buku dengan seorang dai Hadhramaut, Sayyid Hasyim bin Abdillah Al-Hamid penulis kitab ‘Yanabi’ Al-Qiyam
1.’ Kitab ini sudah dicetak dalam jumlah yang besar dan tersebar ke segala
penjuru daerah.
Saat bulan Rabi’ul Akhir tahun
1443 beliau juga melakukan safari dakwah ke negeri tercinta Indonesia serta
membuka seminar bedah buku beliau dibeberapa pondok pesantren. Kini beliau
telah menulis kitab ‘Yanabi’ Al-Qiyam 2.’ Pada setiap kitab, beliau
meminta sebuah kata pengantar dari dua ulama besar Hadhramaut, Mufakkir Islam
Al-Allamah Al-Habib Abu Bakar Al-Adni bin Ali Al-Masyhur Rahimahullah Rahmat al-Abrar
dan Sayyidi al-Walid As-Syeikh Muhammad bin Ali Ba’atiyah Hafizhohullah Ta’ala.
Kitab kedua ini membahas beberapa
sub tema yang beliau tulis seperti kitab pertama. Yakni dengan secara ringkas
dan padat akan makna. Setiap tema terdapat ayat Al-Qur’an dan hadis serta
petuah bijak dari para ulama. Tulisannya pun diiringi dengan warna serta gambar
yang sesuai dengan tema. Tujuannya adalah agar para pembaca tidak bosan.
Setelah mengupas kitab ‘Yanabi’
Al-Qiyam’ beliau juga mengupas sebuah artikel yang kini menjelma menjadi
sebuah kitab dengan judul, ‘Al-Allamah Al-Masyhur At-Tumuhat wal-Injazat’
kitab yang berbicara secara khusus tentang keistimewaan yang dimiliki Al-Habib
Abu Bakar bin Ali Al-Masyhur.
Acara ini pun di akhiri dengan
sesi tanya jawab bersama para mahasiswa. Seorang santri bertanya, “Apakah
hubungan antara ‘Ukhuwah’ yang disebut di dalam Al-Quran dengan ‘Shuhubah’?”
Beliau menjawab, “Ukhuwah
adalah kalimat umum, siapa pun orangnya ia adalah saudara kita. Saat saya
bertemu dengan seorang Biksu mereka juga mengatakan hal yang sama, “Kami adalah
saudara kalian dalam kemanusiaan.” Tetapi ukhuwah berbeda dengan seorang
sahabat. Sahabat itu bermanfaat saat di dunia dan memberi syafaat saat di
akhirat.”
Beliau berdawuh “Pilihlah seorang
sahabat yang apabila engkau menangis ia akan menampung air matamu lantas ia
ubah tetesan itu menjadi sebuah pohon. Beliau bercerita bahwa ada seorang ulama
yang memiliki sekitar 300 sahabat, akan tetapi setengahnya telah wafat. Setiap
kali akan tidur beliau selalu mendoakan mereka yang telah wafat. Suatu ketika
ia lupa mendoakan lantas beliau bermimpi melihat temannya berkata, “Kenapa
cahaya ini meredup, sahabatku?” Inilah ia hakikat sahabat dalam kehidupan.”
Ada pula yang bertanya, “Sayyidi,
gimana pendapat antum dengan dakwah yang penuh dengan canda dan tawa sebagai
mana yang disukai oleh para masyarakat, khususnya Indonesia?”
“Setiap dai harus mengetahui fiqh
dakwah serta adab-adabnya. Tentunya setiap tempat memiliki ciri khas
tersendiri. Saya tahu bahwa masyarakat Indonesia memiliki sifat yang ramah,
suka senyum dan senang bercanda berbeda dengan para masyarakat Hadhramaut. Maka
menurut saya, seyogyanya masyarakat Indonesia meminimalisir candaannya sedikit
dan untuk masyarakat Hadhramaut agar menambahnya sedikit,” Jawab beliau sambil
tersenyum.
Sebelum acara ditutup seorang
dosen senior, Sayyid Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi mewakili rektor Universitas
Imam Syafi’i mengucapkan terima kasih atas ilmu yang beliau sampaikan serta
perjuangan yang beliau korbankan dalam dakwah ini. Setelah itu Sayyid Hasyim
bin Abdillah Al-Hamid pun menutup acara dengan doa. (AAB)
Penulis: @adoel_19
Editor:
@gilang_fazlur_rahman
Ilustrator:
@najibalwijufri
Terus dukung
dan ikuti perkembangan kami lewat akun media sosial Nafas Hadhramaut di;
IG • FB • TW •
TG | Nafas Hadhramaut
Website | www.nafashadhramaut.id
Posting Komentar