Sudah menjadi suatu yang maklum dikalangan muslimin
bahwasanya ibadah umroh dan haji adalah wajib hukumnya satu kali dalam seumur
hidup. Dan tentunya pergi ke kota suci Mekkah dan Madinah adalah suatu hal yang
sangat membahagiakan bagi setiap muslim. Karena di sanalah seseorang dapat
beribadah dihadapan kiblat seluruh umat muslim sedunia yaitu ka’bah. Bersujud
di hadapan ka’bah, sungguh menambah kekhusyukan seorang hamba di hadapan sang kholiq.
Dan diantara ibadah di masjidil harom yang tidak
terdapat di tempat lainya adalah thowaf dan sa’i. Dan yang lebih istimewa lagi
dari kota mekkah adalah terdapatnya hajar aswad atau batu hitam yang
diriwayatkan bahwasanya ia berasal dari surga. Kemudian terkadang ada sebuah
pertanyaan yang muncul dari perilaku mencium hajar aswad tersebut. Apakah hukum
dari mencium hajar aswad tersebut? Jawabanya adalah sunnah. Karena baginda Nabi
shollallahu alaihi wassalam pernah mencium hajar aswad tersebut.
Akan tetapi, sangat disayangkan pada hari ini ada
kalangan yang mengatakan bahwasanya mencium hajar aswad adalah sunnah, akan
tetapi mereka mengatakan hal tersebut dengan rasa kurang menghargai bahkan
menganggap remeh hajar aswad sendiri. Dengan dalil bahwasanya ia adalah
sebongkah batu yang tidak dapat memberikan manfaat ataupun bahaya bagi siapa
saja.
Dan yang lebih disayangkan lagi, pada hari ini ada sebagain
kalangan yang mengungkapkan bahwa mencium hajar aswad adalah syirik dan
menganggapnya sebagai bentuk persembahan terhadap batu hitam tersebut. Memang benar apa yang mereka katakan dari segi bahwasanya
ia (hajar aswad) adalah makhluq yang tidak dapat memberikan manfaat ataupun
mudarat, dan yang dapat memberi manfaat dan bahaya adalah mutlaq kuasa Allah
subhanahu wa taala.
Akan tetapi, dari segi keberkahan yang Allah swt. letakkan di dalamnya, hal ini
adalah sebuah intiqosh (peremehan) terhadap hajar aswad sendiri. Mereka
juga berdalil dengan perkataan Sayyidina Umar bin Khotob
bahwasanya ia hanyalah sebongkah batu yang pernah dicium oleh Nabi Muhammad shollalhu
alaihi wassalaam. Akan tetapi, penulis dapat jelaskan bahwasanya itu adalah
potongan dari sebuah hadits saja. Dan hadits yang menunjukan bahwasanya hajar
aswad adalah batu yang dengan izin Allah dapat memberikan manfaat dan bahaya
terlebih di akhirat adalah hadits yang diriwayatkan oleh Sayyidina Abu Sa’id Al-Khudri rodhiyallahu
anhu lanjutan dari perkataan Sayyidina Umar di atas:
"حدثنا أبو
الوليد قال : حدثنا محمد بن أبي عمر ، حدثنا عبد العزيز بن عبد الصمد الأعمى ، عن
أبيه ، عن أبي هارون العبدي ، عن أبي سعيد الخدري قال : خرجنا مع عمر بن الخطاب
رضي الله عنه إلى مكة ، فلما دخلنا الطواف قام عند الحجر ، وقال : والله إني لأعلم
أنك حجر لا تضر ولا تنفع ، ولولا أني رأيت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقبلك ما
قبلتك . ثم قبله ومضى في الطواف ، فقال له علي عليه السلام : بلى يا أمير المؤمنين
، هو يضر وينفع . قال : وبم ذلك ؟ قال : بكتاب الله تعالى . قال : وأين ذلك من
كتاب الله تعالى ؟ قال : قال الله تعالى : ( وإذ أخذ ربك من بني آدم من ظهورهم
ذريتهم وأشهدهم على أنفسهم ألست بربكم قالوا بلى شهدنا (سورة : الأعراف آية رقم :
172) ) الآية . قال : فلما خلق الله عز وجل آدم مسح ظهره فأخرج ذريته من صلبه (الصلب
: ظهر الإنسان) ، فقررهم أنه الرب وهم العبيد ، ثم كتب ميثاقهم (الميثاق : العهد)
في رق ، وكان هذا الحجر له عينان ولسان ، فقال له : افتح فاك . قال : فألقمه (ألقمه:
وضعه في فمه) ذلك الرق ، وجعله في هذا الموضع ، وقال : تشهد لمن وافاك بالموافاة
يوم القيامة . قال : فقال عمر: أعوذ بالله أن أعيش في قوم لست فيهم يا أبا الحسن"
“Sayyidina Abu Said Al-Khudri
telah berkata: Pernah suatu ketika kami keluar bersama Umar bin Khothob rodhiyallahu
anhu ke kota Mekkah. Ketika kami memulai thowaf, berdirilah beliau
di hadapan hajar aswad dan berkata: Demi Allah, sungguh aku mengetahui betul
bahwasanya engkau adalah sebuah batu yang tidak dapat memberikan manfaat
ataupun bahaya, kalaulah aku tak pernah melihat Rasulullah shollallahu
alaihi wassalam pernah menciummu, sungguh aku takkan menciummu.
Kemudian beliau menciumnya dan berlalu untuk kembali berthowaf.
Kemudian Sayyidina Ali alaihissalam berkata: Sungguh wahai Amirul Mu’minin,
hajar aswad ini dapat memberikan bahaya dan manfaat. Sayyidina Umar berkata:
dengan dalil apakah perkataan engkau tersebut? Sayyidina Ali berkata: dengan Kitabullah.
Sayyidina Umar kembali berkata: Dimanakah ia di kitabullah? Sayyidina Ali
menjawab: Allah swt. telah berfirman:
"وإذ أخذ ربك من بني آدم من ظهورهم ذريتهم وأشهدهم على أنفسهم ألست بربكم
قالوا بلى شهدنا" (سورة : الأعراف آية: 172)
Kemudian Sayyidina Ali berkata: Ketika Allah swt. menciptakan Sayyidina
Adam alaihissalam, Dia mengusap punggung Sayyidina Adam kemudian
mengeluarkan keturunannya dari tulang shulbinya, kemudian menetapkan
bahwa Dzat-Nya adalah Robb dan mereka adalah hamba hamba-Nya kemudian
dituliskan diatas sesuatu yang lembut sebuah perjanjian, sedangkan hajar aswad
dahulu memiliki dua buah mata dan satu lisan. Kemudian Allah swt. berfirman: ‘’bukalah
mulutmu’’ dan ditaruhlah sesuatu yang lembut tadi di mulutnya dan kembali
berfirman: “engkau akan bersaksi bagi siapa saja yang menunaikan (kewajiban
kehambaan) pada hari kiamat.”
Sayyidina Umar pun lantas berkata: Aku berlindung kepada Allah dari
kaum yang aku tak ingin termasuk dari mereka’’.
Dari hadits yang dikerluarkan oleh Imam Al-Azroqi diatas kita bisa
menyimpulkan bahwasanya mencium hajar aswad adalah sebuah sunnah Nabi Muhammad shollalhu
aliahi wassalaam, dan hajar aswad akan menjadi saksi bagi siapa saja yang
menciumnya pada hari kiamat akan amal amal orang tersebut. Semoga bermanfaat. [Wallahu A’lam]
===============
Penulis: @ananda_0297
Editor: @gilang_fazlur_rahman
Layouter:
@najibalwijufri
Terus dukung dan ikuti perkembangan kami lewat akun media sosial
Nafas Hadhramaut di;
IG • FB • TW • TG | Nafas Hadhramaut • Website | www.nafashadhramaut.id
Posting Komentar